Senin, 07 Juli 2014

MEMBACA PERMULAAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya tujuan membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi dan memahami makna bacaan. Selain itu, membaca merupakan keterampilan dasar, ini menunjukan bahwa keterampilan membaca perlu dimiliki setiap orang karena mempunyai peranan yang sangat penting.
Membaca juga merupakan salah satu jenis keterampilan yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca, seseorang akan dapat memperoleh informasi, ilmu dan pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh dari bacaan akan memungkinkan pembaca untuk mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya. Pernyataan tersebut menekankan tentang pentingnya membaca bagi peningkatan kualitas diri seseorang.
Seseorang akan ‘gagap teknologi’ dan ‘gagap informasi’ apabila jarang atau tidak pernah melakukan kegiatan membaca. Informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, politik, sosial kemasyarakatan dan berbagai informasi aktual lainnya senantiasa berkembang pesat dari hari ke hari. Segala macam informasi dan perkembangan zaman tersebut selain dapat diikuti dari media elektronik misalnya TV, juga dapat diikuti melalui media cetak dengan cara membaca.
Dari penelasan diatas dapat dikemukakan bahwa kegiatan membaca mempunyai berbagai macam tujuan dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang yang akan melakukan kegiatan membaca tentu mempunyai maksud mengapa dia perlu membaca teks tersebut yang selanjutnya dapat mengambil manfaat setelah kegiatan membaca berlangsung.
Adapun manfaat kegiatan membaca antara lain sebagai media rekreatif, media aktualisasi diri, media informatif, media penambah wawasan, media untuk mempertajam penalaran, media pembentuk kecerdasan emosi dan spiritual dan sebagainya.
Dengan demikian, kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapa pun yang ingin maju dan meningkatkan diri. Oleh karena itu, metode pembelajaran membaca permulaan ditingkat SD kelas satu dan dua mempunyai peranan penting sebagai modal awal dalam mengembangkan kualitas membaca seorang siswa ditingkat lebih tinggi.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian Membaca Permulaan ?
2.      Bagaimanakah tujuan Membaca Permulaan ?
3.      Apa sajakah Metode yang digunakan dalam pembelajaran Membaca Permulaan ?
4.      Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan anak mengalami kesulitan Membaca Permulaan ?
C.     Tujuan
1.      Menjelaskan pengertian Membaca Permulaan.
2.      Menjelaskan tujuan Membaca Permulaan.
3.      Menjelaskan Metode yang digunakan dalam pembelajaran Membaca Permulaan.
4.      Menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan anak mengalami kesulitan Membaca Permulaan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Membaca Permulaan
Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Pada waktu anak belajar membaca, ia belajar mengenal kata demi kata, mengejanya, membedakannyadengan kata-kata lain. Misalnya padi dan pagi, ibu dan ubi. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebisaan membaca sebagai suatu yang menyenangkan.
Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki keterampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan / kemampuan membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut, untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan lambang-lambang tulis, penguasaan kosakata untuk memberi arti dan memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.
Menurut Darwadi (2002) menyatakan bahwa:
Membaca permulaan merupakan tahap awal dalam belajar membaca yang difokuskan kepada mengenal simbol-simbol atau tanda-tanda yang berkaitan dengan huruf-huruf sehingga menjadi pondasi agar anak dapat melanjutkan ketahap membaca permulaan.
Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai sesuatu yang menyenangkan. Suasana belajar harus dapat diciptakan melalui kegiatan permainan bahasa dalam pembelajaran membaca. Hal itu sesuai dengan karakteristik anak yang masih senang bermain. Permainan memiliki peran penting dalam perkembangan kogniti dan sosial anak.
Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf. Maksudnya, anak-anak dapat mengubah dan melafalkan lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambang-lambang huruf yang dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambang bunyi-bunyi tersebut.
Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan dalam teori keterampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian membaca secara mekanikal. Mebaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses recording dan decoding. Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasi. Melalui proses recording, pembaca mengasosiasikan gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat yang bermakna.
Disamping itu, pembaca mengamati tanda-tanda baca untuk membantu memahami maksud baris-baris tulisan. Proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Melalui proses decoding, gambar-gambar bunyi dan kombinasinya diidentifikasi, diuraikan kemudian diberi makna. Proses ini melibatkan knowledge of the world dalam schemata yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan.
Membaca permulaan merupakan saat kritis dan strategik di kembangkannya kemampuan membaca tanpa teks yaitu membaca dengan cara menceritakan gambar situasional yang tersedia. Pengembangan yang tepat pada membaca permulaan ini perlu sekali, biasanya yang paling cocok dan sesuai alarn anak yaitu membaca sambil bermain misalnya membaca menggunakan permainan kartu kata bergambar.
Menurrut La Barge dan Samuels proses membaca permulaan melibatkan tiga komponen, yaitu visual memory, phonological memory, dan semantic memory. Pada tingkat visual memory, huruf, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis, sedangkan pada tingkat phonological memory terjadi proses pembunyian lambang. Lambang tersebut juga dalam bentuk kata dan kalimat. Akhirnya pada tingkat semantic memory terjadi proses pemahaman terhadap kata dan kalimat.
Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan lambang-lambang tulis, penguasaan kosakata untuk member arti, dan memasukkan makna dalam kemahiran bahasa. Pada tingkatan membaca permulaan,pembaca belum memiliki keterampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan atau kemampuan membaca.

B.     Tujuan Membaca Permulaan
Tujuan membaca permulaan tidak terlepas dari tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pengajaran pada khususnya. Tujuan pengajaran membaca permulaan pada dasarnya adalah memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan siswa untuk menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik dan benar.
Menurut Ritawati (1996:43) tujuan pengajaran membaca permulaan adalah “agar siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat. Pengajaran membaca permulaan disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan kejiwaan peserta didik”.
Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to read). Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan. Tingkatan ini disebut sebagai membaca untuk belajar (reading to learn). Kedua tingkatan tersebut bersifat kontinum, artinya pada tingkatan membaca permulaan yang fokus kegiatannya penguasaan sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran membaca lanjut dengan pemahaman walaupun terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut menekankan pada pemahaman isi bacaan, masih perlu perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik membaca permulaan.

C.     Metode yang digunakan dalam pembelajaran Membaca Permulaan
1.      Metode Eja
Pembelajaran Membaca Permulaan dengan metode ini memulai pengajarannya dengan mengenalkan huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut dilafalkan anak sesuai bunyinya menurut abjad. Setelah melalui tahapan ini , para siswa diajak untuk berkenalan dengan suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.
Misalnya :
·         b, a – ba (dibaca be.a – ba), d,u – du (dibaca de.u – du), ba-du dilafalkan badu
·         b, u, k, u menjadi b.u – bu (dibaca be.u – bu), k.u – ku (dibaca ka.u – ku)
2.      Metode Bunyi dan Abjad
Proses Pembelajaran Membaca Permulaan dengan metode bunyi hampir sama dengan metode eja, hanya saja perbedaannya terletak pada sistem pelafalan abjad atau huruf.

Misalnya :
·         b dilafalkan /beh/
·         d dilafalkan /deh/
·         c dilafalkan /ceh/
·         g dilafalkan /geh/
·         p dilafalkan /peh/ dan sebagainya.
Dengan demikian kata “nani” dieja menjadi :
En.a – na
En.i – ni – dibaca – na-ni

Metode abjad yaitu na,na-nana

Metode ini sebenarnya merupakan bagian dari metode eja. Prinsip dasar proses pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan metode eja/abjad. Perbedaannya hanya terletak pada cara atau sistem pembacaan (pelafalan) abjad. Beda antara metode abjad, huruf diucapkan sebagai abjad, sedangkan pada metode bunyi huruf diucapkan sebagai bunyi.

3.      Metode Suku Kata dan Metode Kata
Langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan dengan metode suku kata adalah:
a.       Tahap pertama, pengenalan suku-suku kata
Misalnya : ba, bi, be, bu, bo, ca, ci, cu, ce, co, da, di, du, de, do
b.      Tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata
Misalnya : ba-bu ca-ci du-da ku-ku
c.       Tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kalimat sederhana
Misalnya : ka-ki ku-da, ba-ca bu-ku, cu-ci ka-ki
d.      Tahap keempat, pengintegrasian kegiatan perangkaian dan pengupasan (kalimat kata-kata – suku kata – kata).

4.      Metode Global
a.       Memperkenalkan gambar dan kalimat
b.      Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata; kata menjadi suku kata; suku kata menjadi huruf-huruf.
Misalnya : ini mimi
i-n-i mi-mi
i-n-i m-i-m-i

5.      Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik)
SAS merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan untuk proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan bagi siswa pemula.  Dalam hal ini Momo (1979) mengungkapkan beberapa cara, metode ini dibagi menjadi dua tahap, yakni : tanpa buku dan menggunakan buku.
a.       Tahap tanpa buku, dengan cara :
1)      Merekam bahasa siswa, bahasa yang digunakan oleh siswa dalam percakapan mereka, direkam untuk digunakan sebagai bahan bacaan. Karena bahasa yang digunakan sebagai bahan bacaan adalah bahasa siswa sendiri maka siswa tidak mengalami kesulitan.
2)      Menampilkan gambar sambil bercerita. Dalam hal ini guru memperlihatkan gambar kepada siswa, sambil bercerita seperti gambar tersebut. Kalimat-kalimat yang digunakan guru dalam bercerita itu digunakan sebagai pola dasar bahan bacaan.
Contoh : guru memperlihatkan gambar seorang anak yang sedang menulis sambil bercerita, misalnya : ini Adi, Adi sedang duduk dikursi.
3)      Membaca gambar
Contoh : guru memperlihatkan gambar seorang ibu yang sedang memegang sapu, sambil mengucapkan kalimat “ini ibu”. Siswa melanjutkan bacaan tersebut dengan bimbingan guru.
4)      Membaca gambar dengan kartu kalimat.
Setelah siswa dapat membaca gambar dengan lancar, guru menempatkan kartu kalimat gambar dibawah. Untuk memudahkan pelaksanaan dapat digunakan media papan slip atau papan flanel, kartu kalimat, kartu kata, kartu huruf, kartu gambar. Dengan menggunakan media seperti itu untuk menguraikan dan menggabungkan kembali akan lebih mudah.
5)      Membaca kalimat secara struktural (S).
Setelah siswa dapat membaca tulisan dibawah gambar, sedikit demi sedikit gambar dikurangi sehingga ahirnya mereka dapat membaca tanpa dibantu gambar. Dalam kegiatan ini yang digunakan kartu-kartu kalimat serta papan slip atau flanel. Dengan dihilangkan gambar maka yang dibaca siswa adalah kalimat.
Misalnya            : ini bola
ini bola Adi
6)      Proses Analitik (A).
Sesudah siswa dapat membaca kalimat, mulailah menganalisis kalimat itu menjadi kat, kata menjadi suku, suku menjadihuruf.
Misalnya : ini bola
Ini                bola
I ni               bo        la
I       n          i           b          o          l           a



7)      Proses Sintetik (S).
Setelah siswa mengenal huruf-huruf dalam kalimat yang digunakan, huruf-huruf itu dirangkai lagi menjadi suku kata dan akta menjadi kalimat.
Misalnya : Ini                 bola
I ni               bo        la
I       n          i           b          o          l           a

b.      Tahap dengan buku, dengan cara :
1)      Membaca buku pelajaran
2)      Membaca majalah bergambar.
3)      Membaca bacaan yang disusun oleh guru dan sisw
4)      Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara berkelompok.
5)      Membaca bacaan yang disusun siswa secara individual.

Kelemahan Metode SAS yaitu:
-          Kurang Praktis
-          Membutuhkan banyak waktu
-          Membutuhkan alat peraga

D.    Faktor-faktor yang Menyebabkan Anak Mengalami Kesulitan Membaca Permulaan
1.      Faktor Internal
a.       Minat baca
Minat merupakan kegiatan siswa dengan penuh kesadaran terhadap suatu objek, oleh karena itu minat perlu dikembangkan dan dilatih dengan pembiasaan- pembiasaan terus menerus. Jika minat baca anak rendah maka tingkat keberhasilan anak dalam membaca akan sulit tercapai. Minat baca anak harus ditumbuhkembangkan sejak dini. Dan untuk membangkitkan minat baca siswa, guru harus memberikan motivasi dan bimbingan pada diri siswa.
b.      Motivasi
Kegiatan pembelajaran akan berhasil dan tercapai tujuannya jika dalam diri siswa tertanam motivasi. Motivasi dalam proses pembelajaran berfungsi untuk: fungsi membangkitkan (arousal function) yaitu mengajak siswa belajar, fungsi harapan (expectasi function) yaitu apa yang harus bisa dilakukan setelah berakhirnya pengajaran, fungsi intensif (incentive function) yaitu memberikan hadiah pada prestasi yang akan datang, (4) fungsi disiplin (disciplinary function) yaitu menggunakan hadiah dan hukuman untuk mengontrol tingkah laku yang menyimpang (Abd. Rachman, 1993 : 115 dalam http://digilib.unnes.ac.id)
c.       Kepemilikan Kompetensi Membaca
Keterampilan berbahasa ada empat, yaitu : keterampilan membaca, berbicara, menyimak dan menulis. Keterampilan dalam membaca diperlukan latihan- latihan tahap demi tahap. Kegiatan membaca terkait dengan pengenalan huruf, bunyi dan huruf atau rangkaian kata, makna atau maksud dan pemahaman terhadap makna atau maksud. Jika kegiatan membaca tidak dilakukan secara teratur maka keterampilan membaca yang dimiliki anak akan berkurang dengan sendirinya.

2.      Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini meliputi unsur-unsur yang berasal dari lingkungan baca. Dalam hal ini sekolah sebagai pusat kebudayaan harus menciptakan siswa yang gemar membaca melalui perpustakaan sekolah. Sekolah harus dapat menciptakan suasana perpustakaan yang menyenangkan dan memberi kenyamanan siswa dalam belajar. Lingkungan baca sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan membaca anak. Lingkungan baca anak yang menyenangkan akan memberi kenyamanan bagi si pembaca dan mempermudah anak dalam membaca.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Membaca Permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik.
Untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan :
·         Lambang-lambang tulis,
·         Penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan
·         Memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.
Pembelajaran Membaca Permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Tujuan membaca permulaan juga dijelaskan dalam (Depdikbud, 1994:4) yaitu agar “Siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat”.
B.     Saran
Hasil penulisan ini diharapkan dapat membreikan sumbangan dalam upaya meningkatkan mutu proses pembelajaran membaca. Dalam proses ini guru hendaknya dapat menerapkan metode SAS. Dengan tulisan ini pula kami mengharapkan agar pembaca lebih memahami  cara mengajarkan membaca permulaan yang benar dan mudah dipahami peserta didik. Selain itu juga agar para pembaca lebih memahami model pembelajaran membaca permulaan.

DAFTAR PUSTAKA

Nuryati, Sri. 2007. Pembelajaran Membaca Permulaan Melalui Permainan Bahasa di Kelas Awal Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah Dasar.
Purwanto, M. Ngalim dan Djeniah. 1997. Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Rosda Jayaputra

Rahim, Farida. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar