Senin, 07 Juli 2014

KETERAMPILAN BERBAHASA LINTAS SASTRA

Sawyer dan Comer (1991 : 2-5) mengatakan bahwa karya sastra dapat menolong anak untuk memahami dunia mereka, membentuk sikap-sikap yang positif dan menyadari hubungan yang manusiawi. Pada dasarnya anak-anak berfikir secara konkret dan nyata sehingga apa bila guru mampu meggabungkan model pembelajaran dengan sastra akan lebih bermakna dalam pembelajaran selain guru berusaha memahami anak lewat dunianya juga berusaha untuk membentuk sikap positif seperti, kesadaran harga diri, toleransi terhadap orang lain, keingin tahuan tentang hidup. Hingga akhirnya apa bila kita sebagai calon guru mengetahui apa yang mereka inginkan, dunia seperti apa yang mereka sukai akan dengan mudah untuk mengolah pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik itu sendiri seperti halnya melalui sastra.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu sastra?
2.      Bagaimana pelaksanaan satra?
3.      Apa saja bentuk bentuk sastra?
4.      Bagaimana pembelajaran sastra pada anak?

C.     Tujuan
1.      Mengetahui pembelajaran sastra.
2.      Mamahami pentingnya pembelajaran sastra pada siswa.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sastra
Kata sastra pada awalnya sebenarnya adalah kesusastraan, akan tetapi orang lebih suka menggunakan istilah sastra. Kata kesusastraan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu susastra dengan memperoleh iombuhan ke-an. Kata su berarti baik atau indah, dan kata sastra berarti tulisan atau karangan. Jadi, kesusastraan adalah semua tulisan atau karangan yang indah dan baik, semua tulisan atau karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah.
Fungsi sastra bagi hidup dan kehidupan manusia adalah :
1.      Fungsi reaktif, yaitu fungsi atau manfaat memberikan rasa senang, gembira, dan menghibur
2.      Fungsi didaktif, yaitu fungsi atau manfaat mengarahkan dan mendidik pembaca karena mengandung nilai-nilai moral
3.      Fungsi estetika, yaitu fungsi atau manfaat yang dapat memberikan keindahan bagi pembaca karena bahasanya yang indah
4.      Fungsi moralitas, yaitu fungsi atau manfaat yang dapat membedakan moral yang baik dan tidak baik bagi pembacanya karena sastra yang baik selalu mengandung nilai-nilai moral yang tinggi
5.      Fungsi religiusitas, yaitu fungsi atau manfaat yang mengandung ajaran-ajaran agama yang harus diteladani oleh pembaca
Pelaksanaan Pembelajaran Sastra
Sastra tidak bisa dikelompokkan ke dalam aspek ketrampilan berbahasa karena bukan merupakan bidang yang sejenis. Walaupun demikian, pembelajaran sastra dilaksanakan secara terintegrasi dengan pembelajaran bahasa baik dengan ketrampilan menulis, membaca, menyimak, maupun berbicara. Dalam praktiknya, pengajaran sastra berupa pengembangan kemampuan menulis sastra, membaca sastra, menyimak sastra, dan berbicara sastra.
Berdasarkan hal di atas, pembelajaran sastra mencakup hal-hal berikut:
1)      Menulis sastra : menulis puisi, menulis cerpen, menulis novel, menulis drama
2)      Membaca sastra : membaca karya sastra dan memahami maknanya, baik terhadap karya sastra yang berbentuk puisi, prosa, maupun naskah drama
3)      Menyimak sastra : mendengarkan dan merefleksikan pembacaan puisi, dongeng, cerpen, novel, pementasan drama
4)      Berbicara sastra : berbalas pantun, deklamasi, mendongeng, bermain peran berdasarkan naskah, menceritakan kembali isi karya sastra, menanggapi secara lisan pementasan karya sastra

B.     Bentuk Sastra
Secara umum sastra dibagi dalam 3 bentuk yaitu :
1.      Puisi
Puisi adalah karya sastra yang formatnya dipilih dan ditata dengan cermat sehingga mampu mempertajam kesadaran orang akan suatu pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama dan makna khusus. Puisi mencakup satuan yang lebih kecil seperti sajak, pantun, dan balada.
a)      Sajak
Sajak ialah karya sastra yang berciri mantra, rima, tanpa rima, ataupun kombinasi keduanya. Kekhususannya jika dibandingkan dengan bentuk sastra lain, terletak pada kata-katanya yang topang-menopang dan berjalinan dalam arti dan irama.
Rima ialah pengulangan bunyi berselang dalam sajak, baik di dalam larik (baris) maupun pada akhir larik-larik yang berdekatan. Agar terasa keindahannya, bunyi yang berirama itu ditampilkan dalam tekanan, nada, atau pemanjangan suara. Jenis rima antara lain runtun vocal atau asonansi, purwakanti atau aliterasi, dan rima sempurna.
b)      Pantun
Pantun adalah salah satu jenis puisi lama yang sangat dikenal dalam bahasa-bahasa nusantara. Lazimnya pantun terdiri dari empat larik (baris), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a. Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian yaitu sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
2.      Prosa
Prosa ialah jenis sastra yang dibedakan dari puisi karena tidak terlalu terikat oleh irama, rima, atau kemerduan bunyi. Bahasa prosa dekat dengan bahasa sehari-hari. Yang termasuk prosa antara lain novel, cerita pendek dan esai.
3.      Drama
Drama ialah jenis sastra dalam bentuk puisi atau prosa yang bertujuan menggambarkan kehidupan lewat lakuan dan dialog (cakapan) para tokoh.
Disamping tiga jenis bentuk diatas, seiring dengan kreativitas para pencipta dan seniman sastra, maka bentuk sastra dikembangkan menjadi berbagai bentuk lain, diantaranya adalah :
1.      Syair
Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak. Syair berasal dari Persia (Iran) dan di bawa masuk ke Nusantara bersama dengan kedatangan Islam. Kata syair berasal dari bahasa Arab yaitu Syu’ur yang berarti puisi dalam pengertian umum.
Menurut isinya, syair dapat dibagi menjadi lima golongan, yaitu :
a)      Syair Panji
Menceritaka tentang keadaan yang terjadi dalam istana dan keadaan orang-orang yang berada atau berasal dari dalam istana.
b)      Syair Romantis
Berisi tentang percintaan yang biasa terdapat dalam cerita pelipur lara, hikayat, maupun cerita rakyat.
c)      Syair Kiasan
Berisi tentang percintaan ikan, burung, bunga atau buah-buahan. Percintaan tersebut merupakan kiasan atau sindiran terhadap peristiwa tertentu
d)     Syair Sejarah
Syair yang berdasarkan peristiwa sejarah. Sebagian besar berisi tentang peperangan.
e)      Syair Agama
Syair agam dibagi menjadi 4, yaitu syair sufi, syair tentang ajaran agama, syair riwayat cerita nabi, dan syair nasihat.
2.      Hikayat
Hikayat adalah salah satu bentuk prosa yang berisikan tentang kisah, cerita, dongeng, maupun sejarah. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan meupun kepahlawanan seserorang lengkap dengan keanehan, kesaktian, serta mukjizat tokoh utama.
3.      Gurindam
Gurindam adalah salah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan iram akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi. Ada dua jenis gurindam yang diketahui yaitu, gurindam lama dan gurindam dua belas.
4.      Seloka
Seloka merupakan bentuk puisi Melayu Klasik, berisikan pepatah maupun perumpamaan yang mengandung senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Biasanya ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair, kadang-kadang dapat juga ditemui seloka yang ditulis leebih dari empat baris.
5.      Karmina
Karmina adalah bentuk lain dari pantun. Karmina merupakan pantun versi pendek yang terdiri hanya dua baris. Baris pertama berupa sampirandan baris kedua adalah isi. Memiliki pola sajak lurus (a-a). Biasanya digunakan untuk menyampaikan sindiran ataupun ungkapan secara langsung.
6.      Talibun
Talibun adalah pantun versi panjang. Talibun memiliki sampiran dan isi, tetapi lebih dari empat baris, mulai dari 6-20 baris. Berirama abc-abc, abcd-abcd dan seterusnya.
Dilihat dari isinya, sastra terdiri dari 4 macam yaitu :
1.      Epik, karangan yang melukiskan sesuatu secara obyektif tanpa mengikutkan pikiran dan perasaan pribadi pengarang
2.      Lirik, karangan yang berisi curahan perasaan pengarang secara subyektif
3.      Didaktif, karya sastra yang isinya mendidik penikmat/pembaca tentang masalah moral, tatakrama, masalah agama, dll.
4.      Dramatik, karya sastra yang isinya melukiskan sesuatu kejadian (baik atau buruk) dengan pelukisan yang berlebih-lebihan.
Dilihat dari sejarahnya, sastra terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1.      Kesusastraan Lama, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat lama dalam sejarah bangsa Indonesia. Kesusastraan lama Indonesia dibagi menjadi :
-          Kesusastraan zaman purba
-          Kesusastraan Hindu Budha
-          Kesusastraan Islam
-          Kesusastraan Arab-Melayu
2.      Kesusastraan Peralihan, kesusastraan yang hidup di zaman Abdullah bin Abdulkadir Munsyi.
3.      Kesusastraan Baru, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat baru Indonesia.

C.     Pembelajaran Sastra Anak
Sastra memiliki tempat khusus dalam perkembangan anak. Karya sastra yang dibaca kepada anak dalam suasana yang penuh kehangatan dapat merupakan wahana bagi mereka untuk mempelajari dunia sekitarnya.
1.      Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra
Karya sastra memenuhi kebutuhan rohani dan menanamkan berbagai nilai yang tidak dapat terlihat secara langsung. Anak-anak sering membutuhkan waktu untuk merefleksikan pemahaman mereka yang memungkinkan mereka memikirkan hasil mempelajari dan memahami sesuatu.
Sawyer dan Comer (1991 : 2-5) mengatakan bahwa karya sastra dapat menolong anak untuk memahami dunia mereka, membentuk sikap-sikap yang positif, dan menyadari hubungan yang manusiawi.

a.       Memahami Dunia Lewat Sastra
Lewat karya sastra anak-anak dapat mempelajari dan memaknai dunia mereka, misalnya dengan membaca karya sastra yang melukiskan seorang anak yang sering menolong, sering disayangi oleh gurunya dan teman-temannya, maka anak akan mengerti bahwa mereka pun harus bersifat seperti tokoh cerita itu.
Dengan membaca karya sastra mereka sering dapat memahaminya secara tepat, misalnya seorang anak memahami sedikit perselisihan dengan temannya dan tidak dapat menemukan penyelesaiannya dengan tepat. Setelah membaca cerita yang bertemakan “persahabatan” dia dapat menemukan cara-cara untuk menjalin persahabatan kembali dengan temannya.
b.      Membentuk Sikap Positif
1)      Kesadaran akan Harga Diri
Membaca karya satra yang baik dapat menolong anak mengembangkan kesan yang positif mengenai diri mereka, karena sastra dapat menolong anak menemukan dirinya, mengenal perasaannya sendiri. Dengan demikian anak-anak dapat mengerti bahwa diri mereka normal dan mereka dapat belajar bahwa tidak perlu selalu merasa bersalah atau memiliki kesadaran akan harga diri yang rendah.
2)      Toleransi Terhadap Orang Lain
Karya sastra yang baik dapat menolong anak memahami pentingnya berhubungan dengan orang lain dan mengerti cara menyesuaikan diri dalam pergaulan. Dengan mempelajari tokoh-tokoh dalam cerita mengatasi masalah-masalah sosial, anak dapat mulai mengenal peran yang perlu dilakukan dalam mencapai suatu tujuan dan perlunya membatasi tingkah laku sendiri serta dapat mengungkap perbedaan antar manusia satu dengan yang lain dan menerima keadaan orang lain yang berbeda dengan dirinya. Dengan membaca buku seperti itu, toleransi anak diharapkan dapat berkembang.
3)      Keingintahuan Tentang Kehidupan
Anak-anak memiliki keingintahuan tentang dunia sekitar mereka. Mereka ingin tahu tentang benda dan tempat yang ada disekitar mereka. Mereka ingin tahu mengenai orang-orang yang berbeda, mereka bangga akan hal yang telah mereka pelajari. Apabila keingintahuan yang menakjubkan ini ditanggapi lewat program baca-tulis, termasuk program membacakan karya sastra anak, akan dapat mendorong keberhasilan pada jenjang sekolah berikutnya dan dalam kehidupan selanjutnya.
4)      Menyadari Hubungan yang Manusiawi
Cerita yang bagus dapat memiliki berbagai dampak yang positif pada anak. Kegiatan membaca buku kepada anak dapat membuat anak seolah-olah menjadi pembaca. Lewat berbagai pengalaman seperti ini dapat terbentuk hubungan yang manusiawi. Misalnya ketika membacakan cerita sampai pada bagian cerita yang menakutkan, orang tua atau guru dapat menanyakan perasaan anak. Apabila dia merasa takut dapat dikatakan bahwa anak tidak perlu takut, karena Tuhan Yang Maha Esa selalu melindungi.

2.      Memilih Sastra Anak
Dengan memahami anak-anak guru dapat menanggapinya dengan memilih buku-buku yang bermakna bagi anak. Janganlah guru memilih buku-buku yang didasarkan pada minat dan keinginannya sendiri. Buku-buku yang mencerminkan minat anak akan membuat guru dan anak bersemangat dalam proses belajar mengajar.
Betty Hearne (1991 : 44) menyatakan bahwa buku anak-anak merupakan tempat bagi emosi yang kuat, bahasa yang tepat, dan seni yang hebat. Anak-anak seharusnya tidak dibuat bosan dengan mendengarkan dan membaca buku-buku yang tidak bermutu atau kurang sesuai dengan mereka. Peran guru adalah membangkitkan semangat, hasrat mengetahui, berimajinasi dan membaca.
Aspek-aspek buku yang harus dipertimbangkan bagi anak-anak :
1)      Penokohan
Syarat utama tokoh cerita yang cocok bagi anak-anak ialah :
a.       Tokoh utama harus dapat dipercaya
b.      Tokoh harus taat asas (konsisten), maksudnya watak dasar tokoh teteap utuh, tidak diubah-ubah.
c.       Tokoh bintang menarik bagi anak, maksudnya tokoh binatang tersebut harus memberikan pendidikan pada anak dan diharapkan dengan tokoh ini anak dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap binatang
2)      Latar Cerita
3)      Alur Cerita
Alur atau jalan cerita untuk anak-anak harus jelas, sederhana dan sesuai dengan kehidupan nyata. Agar anak tidak sulit memahami isi cerita.
4)      Tema
Illustrator dalam cerita dapat mempertegas tema cerita yang sesuai. Kita harus bisa memilih tema yang sesuai dengan perkembangan kehidupan anak.

3.      Macam-macam Karya Sastra Anak
a.       Dongeng
Dongeng merupakan suatu cerita yang hidup dikalangan rakyat yang disajikan dengan cara bertutur lisan. Pada mulanya dongeng berkaitan dengan kepercayaan masyarakat yang berkebudayaan primitive.
Jacob Grimn mengemukakan bahwa dongeng menggambarkan peri kehidupan dan kebudayaan nenek moyang bangsa Jerman, serta sumber mempelajari bahasa dan menemukan hukum-hukum bahasa jerman.
Berdasarkan isinya dongeng digolongkan atas beberapa jenis yaitu legenda, fable, dan cerita rakyat.
b.      Fabel
Fabel adalah cerita yang digunakan untuk pendidikan moral. Kebanyakan fabel menggunakan tokoh-tokoh binatang. Selain menggunakan tokoh binatang, ada juga yang menggunakan manusia atau benda mati sebagai tokoh.
c.       Legenda
Legenda adalah cerita purbakala yang meriwayatkan tentang masa lalu yang belum pasti kebenarannya. Legenda adalah cerita yang isinya tentang asal usul suatu daerah.
d.      Cerita Rakyat
Cerita rakyat merupakan cerita yang alurnya mirip dengan legenda, yang mengungkapkan penyelesaian masalah secara baik dan adil. Cerita rakyat digunakan untuk menerangkan suatu masyarakat, sejarah, dan gejala alam.



PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kata sastra pada awalnya sebenarnya adalah kesusastraan, akan tetapi orang lebih suka menggunakan istilah sastra. Kesusastraan adalah semua tulisan atau karangan yang indah dan baik, semua tulisan atau karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah.
Pembelajaran sastra dilaksanakan secara terintegrasi dengan pembelajaran bahasa baik dengan ketrampilan menulis, membaca, menyimak, maupun berbicara.
Sastra memiliki tempat khusus dalam perkembangan anak. Karya sastra yang dibaca kepada anak dalam suasana yang penuh kehangatan dapat merupakan wahana bagi mereka untuk mempelajari dunia sekitarnya.
B.     Saran
Alangkah baiknya apabila kita nantinya menjadi seorang pendidik untuk dapat mengembangkan sastra di sekolah dasar karena sastra juga memilki banyak nilai positif yang dapat ditanamkan pada diri si anak pada usia dini.
Selain itu, sastra itu perlu dikembangkan agar budaya sastra kita dapat terjaga dan terpelihara dari generasi ke generasi selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin, 1989. Pengantar Apresiasi karya Sastra. Bandung : Sinar Baru.
Suchdi, Darmiayati. 1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta : Depdikbud.
Tarigan, Djago. 1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta : Depdikbud.
Tarigan, Hendri Guntur. 1986. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Jakarta : Erlangga.

Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta : Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar