Jumat, 09 Desember 2022

BEST PRACTICES PPL PPG DALJAB TAHUN 2022

 LK 3.1 Menyusun Best Practices

 

Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice)  Menggunakan Metode STAR

(Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak) 

Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran


Lokasi                     : SD Negeri Melayu 11

Lingkup Pendidikan : Sekolah Dasar

Tujuan yang ingin dicapai :

  • Meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada kelas 1 tema 3 kegiatanku subtema 2 kegiatan siang hari.
  • Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengenal lambang huruf dan membaca permulaan pada kelas 1 tema 3 kegiatanku subtema 4 kegiatan malam hari.
  • Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menentukan kosakata bahasa Indonesia yang tepat pada kelas 1 tema 4 keluargaku subtema 1 anggota keluargaku.
  • Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengenal konsep lambang bilangan dan menentukan pola bilangan dengan tepat pada kelas 1 tema 4 keluargaku subtema 2 kegiatan keluargaku.

Penulis : Risa Arianti, S.Pd

Tanggal :

·         Penuliasan : Rabu, 07 Nopember 2022

·         Pelaksanaan Aksi

-      Aksi 1

Pertemuan 1 : Sabtu, 15 Oktober 2022

Pertemuan 2 : Senin, 17 Oktober 2022

-      Aksi 2

Pertemuan 1 : Senin, 31 Oktober 2022

Pertemuan 2 : Rabu, 02 Nopember 2022

-      Aksi 3

Pertemuan 1 : Senin, 14 Nopember 2022

Pertemuan 2 : Rabu, 16 Nopember 2022

-      Aksi 4

Pertemuan 1 & 2 : Kamis, 24 Nopember 2022

Situasi :

Kondisi yang menjadi latar belakang masalah

Rendahnya motivasi belajar peserta didik, dikarenakan tahun-tahun sebelumnya ada pandemi covid-19. Peserta didik terbiasa belajar dari rumah. Sehingga pada saat mereka sekolah, mereka lebih terfokus untuk bermain bersama teman-temannya. Hal ini nampak ketika saat belajar mereka kurang fokus pada pembelajaran, sering bercanda dengan teman disebelahnya, atau menengok keluar kelas melihat kelas lain yang sedang olahraga dilapangan.

Selain itu, peserta didik kelas 1 ini masih banyak yang belum mengenal huruf dan lambang bilangan, belum bisa membaca permulaan dan belum bisa menulis. Hal ini tampak dari kemampuan dasar peserta didik. Ketika diminta untuk menyebutkan abjad A-Z yang susunannya di acak masih banyak yang tidak tepat. Tetapi jika menyebutkan secara berurutan sebagian besar peserta didik bisa. Hal ini dikarenakan hampir sebagian dari peserta didik tidak mengenyam pendidikan di TK, dan di rumah pun tidak dibimbing orang tuanya karena kesibukan bekerja.

Kemudian juga, sebagian peserta didik penguasaan kosakata bahasa Indonesia masih rendah. Hal ini tampak saat diberikan pertanyaan atau anak diminta untuk bercerita dengan lisan menggunakan bahasa Indonesia masih terbata-bata dan kadang tercampur dengan bahasa sehari-hari. Hal ini dikarenakan mereka jarang menggunakan bahasa Indonesia saat di rumah.

Selain itu juga, saya baru mengajar kelas 1 pada tahun ajaran ini (2022/2023). Sehingga saya sedikit kesulitan menghadapi anak kelas 1. Saya harus belajar lagi baik itu tentang karakteristik dari peserta didik itu sendiri, kemudian gaya mengajar yang akan saya gunakan, model dan media yang akan saya gunakan pada saat proses pembelajaran. Hal inilah yang membuat saya juga merasa ini sebagai tantangan baru yang harus saya selesaikan. Karena selama ini, pembelajaran yang saya gunakan terpusat pada guru, metode yang digunakan ceramah, dan jarang sekali mengajak peserta didik untuk bekerja kelompok. Hal ini lah juga menjadi faktor peserta didik kurang semangat dalam belajar.

Mengapa praktik ini penting untuk dibagikan

Praktik pembelajaran ini penting untuk dibagikan, karena pada praktik ini, saya menggunakan model pembelajaran Problem Basen Learning (PBL) dan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL). Dimana model pembelajaran ini melibatkan peserta didik untuk dapat berdiskusi, berpikir kritis untuk memecahkan masalah ataupun dalam membaut suatu karya atau proyek.

Selain itu juga ada beberpa dampak yang bisa dirasakan saat proses pembelajaran menggunakan PBL maupun PjBL, yaitu :

  • Model pembelajaran yang bervariasi meningkatkan semangat dan motivasi belajar peserta didik
  • Media dan alat, bahan pembelajaran lebih inovatif dan menarik, sehingga peserta didik tidak bosan pada saat belajar
  • Proses pembelajaran lebih terstruktur dan berpusat pada peserta didik
  • Peran guru lebih kepada fasilitator pada saat belajar
  •  Adanya penanaman karakter seperti, disiplin, bekerjasama, dan rasa tanggung jawab

Dengan adanya praktik ini, diharapkan bisa menjadi referensi dan inspirasi bagi rekan-rekan guru yang mengalami masalah yang sama dengan saya yang ditemukan pada sekolah tempat mengajar masing-masing. Sehingga berdampak pada perbaikan pembelajaran di dalam kelas, otomatis juga berdampak pada peserta didik, baik dari segi kemampuannya, pemahamannya, dan juga hasil belajarnya.

 Apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini

Saya sebagai guru berperan aktif dan mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan praktik pembelajaran ini dengan maksimal melalui penerapan model pembelajaran PBL ataupun PjBL. Serta penggunaan media yang tepat untuk menunjang model pembelajaran yang digunakan agar lebih menarik untuk peserta didik. Selain itu juga, saya bertanggung jawab untuk terus melakukan inovasi dalam merancang atau mengembangkan perangkat pembelajaran sehingga tujuan dan hasil belajar peserta didik bisa tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Tantangan :

Tantangan untuk mencapai tujuan PPL AKSI 1 hingga AKSI 4, yaitu :

  • Terdapat 2 orang peserta didik yang mengalami kesulitan dalam diskusi kelompok dan hanya memperhatikan teman-temannya berdiskusi. Hal ini dikarenakan peserta didik tersebut belum mengenal huruf dan belum bisa menulis, sehingga kesusahan untuk membaca petunjuk dan memahami tugas yang diberikan.
  • Peserta didik yang lain juga masih ada yang kurang aktif dan bingung dengan perannya di dalam kelompok. Sehingga hanya beberapa peserta didik yang terlihat aktif dalam kegiatan diskusi tersebut.
  • Peserta didik mengalami kesulitan dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Karena masih banyak peserta didik yang belum bisa membaca.
  • Peserta didik masih belum mampu memberikan tanggapan kepada hasil presentasi kelompok lain. Karena rendahnya kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai, serta pemahaman peserta didik masih rendah.
  • Tingkat antusias dan keaktifan peserta didik untuk bermain, mengakibatkan pengelolaan kelas tidak berjalan seperti yang diinginkan.

Yang terlibat pada PPL AKSI 1 hingga AKSI 4, yaitu :

  • Peserta didik kelas 1 sebagai subjek dalam kegiatan pembelajaran
  • Guru sebagai pelaksana dan fasilitator bagi peserta didik
  • Bapak Dr. Supriyatman, S.Si, M.Pd (Dosen) dan Ibu Lulu Patma, S.Pd, M.Pd (guru pamong), sebagai pembimbing dalam mengarahkan penyusunan perangkat pembelajaran dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran agar berjalan dengan baik, serta mengarahkan bagaimana cara pengambilan video yang baik agar proses pembelajaran terlihat lancar dan tepat.
  • Ibu Wahidah, S.Pd.I, M.Pd selaku Kepala sekolah sebagai pendukung dan juga fasilitator terlaksananya praktik pembelajaran di sekolah. Beliau juga sebagai narasumber ketika saya mengeksplor penyebab masalah dan solusi yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah tersebut.
  • Ibu Mustika, S.Pd.I merupakan rekan guru yang pernah mengajar di kelas 1 sebagai narasumber ketika saya mengeksplor penyebab masalah dan solusi yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Selain itu juga, beliau sebagai observer terhadap terlaksananya praktik pembelajaran yang saya lakukan.
  • Ibu Rita Meilani, A.md, Kom., Ibu Mega Mursinah, SE dan Ibu Mefthiah Alfisah yang bertugas untuk pengambilan video selama praktik pembelajaran berlangsung.

Aksi :

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan, pada:

Langkah pertama adalah menentukan solusi apa yang akan digunakan agar motivasi atau semangat peserta didik untuk belajar bisa lebih meningkat lagi. Berdasarkan hasil wawancara dan kajian literatur, ada beberapa solusi yang dapat digunakan. Seperti memahami karakteristis anak dalam belajar, mengubah gaya mengajar guru, menggunakan berbagai model pembelajaran yang inovatif dan kreatif, penggunaan media pembelajaran yang menarik, mengajak anak belajar sambil bermain, dan lainnya.

Langkah selanjutnya adalah menyiapkan sarana dan prasarana yang akan di gunakan pada saat kegiatan pembelajaran. Seperti handphone, laptop, proyektor, jaringan internet, listrik, dan ruang kelas yang bersih. Memastikan peserta didik agar semuanya bisa berhadir kesekolah. Selain itu juga memastikan rekan guru yang ditunjuk sebagai observer dan videografer bersedia dan berhadir pada saat kegiatan berlangsung.

Strategi yang digunakan:

Untuk permasalahan rendahnya motivasi belajar peserta didik pada kelas 1 tema 3 kegiatanku subtema 2 kegiatan siang hari, saya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang dipadukan dengan alat peraga atau media benda nyata seperti penggunaan bilah lidi, kartu angka, dan kartu gambar. Serta dengan menggunakan metode diskusi, tanya jawab, dan penugasan.

Pada permasalahan rendahnya kemampuan peserta didik dalam mengenal lambang huruf dan membaca permulaan pada kelas 1 tema 3 kegiatanku subtema 4 kegiatan malam hari., saya menggunakan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) berbantu media biji-bijian dan gambar, serta dengan menggunakan metode diskusi, tanya jawab, dan penugasan (membuat karya kolase).

Kemudian untuk permasalahan rendahnya kemampuan peserta didik dalam menentukan kosakata bahasa Indonesia yang tepat pada kelas 1 tema 4 keluargaku subtema 1 anggota keluargaku. Menggunakan pendekatan saintifik dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning yang dipadukan dengan media crossword puzzle (teka teki silang) dan papan flanel, serta dengan menggunakan metode diskusi, tanya jawab, dan penugasan (memecahkan masalah).

Permasalahan terakhir yaitu rendahnya kemampuan peserta didik dalam mengenal konsep lambang bilangan dan menentukan pola bilangan dengan tepat pada kelas 1 tema 4 keluargaku subtema 2 kegiatan keluargaku. Saya menggunakan pendekatan saintifik dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dibantu media gambar dan pola gambar bangun datar (segitiga, segi empat, dan lingkaran), serta dengan menggunakan metode diskusi, tanya jawab, dan penugasan (memecahkan masalah).

Dengan menggunakan model PBL dan PjBL ini aktivitas peserta didik akan lebih dominan, karena pembelajaran berpusat pada peserta didik. Sehingga peserta didik dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Peserta didik juga dapat mengembangkan kemampuan sosial dan keterampilan berkomunikasi yang memungkinkan mereka belajar dan bekerja dalam tim. Kemudian mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis, serta memperoleh keterampilan mengelola waktu.

Langkah selanjutnya adalah merancang perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Bahan Ajar, Media Pembelajaran, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), serta alat penilaian (Kisi-kisi soal, instrumen penilaian, dan rubrik penilaian).

Proses yang dilakukan untuk mengahadapi tantangan:

Menurut Delsi Novelni dan Elfia Sukma (2021) Adapun langkah-langkah model pembelajaran PBL, sebagai berikut :

Sintak 1 Orientasi masalah : guru meberikan suatu masalah yang akan diselesaikan oleh peserta didik dengan saling bertukar informasi atau memecahkannya bersama-sama.

  • Permasalahan ke-1 (Aksi 1 Pertemuan 1): menemukan kegiatan pada siang hari dengan mengamati orang-orang disekitar rumah mereka atau sekitar sekolah.
  • Permasalahan ke-2 (Aksi 2 Pertemuan 2) : menemukan nilai tempat suatu bilangan dengan menggunakan media tusuk gigi.
  • Permasalahan ke-3 (Aksi 3 Pertemuan 1) : meminta peserta didik untuk melakukan perkenalan diri dan anggota keluarga yang tinggal bersama mereka dirumah. Kemudian peserta didik menyelesaikan teka teki silang yang berkaitan dengan anggota keluarga tersebut.
  • Permasalahan ke-4 (Aksi 3 Pertemuan 2) : bersyukur kepada Tuhan YME termasuk mencerminkan bahwa kita telah melaksanakan sila Pancasila yang pertama yaitu Ketuahanan Yang Maha Esa. Pancasila itu ada 5 sila. Guru meminta peserta didik untuk menemukan simbol dan teks Pancasila, kemudian disusun menjadi sebuah teks Pancasila yang utuh dengan bekerjasama dalam kelompok.
  • Permasalahan ke-5 (Aksi 4) : guru menampilkan teks percakapan Lani dan Ayah. Lani sedang belajar bilangan sama ayahnya. Ayahnya mengajari Lani menentukan pola bilangan dengan menggunakan media gambar bangun ruang (segitiga, segi empat, dan lingkaran). Sekarang kalian bantu Lani untuk menemukan pola bilangan yang lainnya.

Sintak 2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar : guru membentuk peserta didik menjadi 3 kelompok yang heterogen. Guru membagikan LKPD kepada peserta didik, dan menjelaskan bagaimana cara mengerjakannya.

Sintak 3 Membimbing penyelidikan kelompok: guru berkeliling untuk melihat kerja kelompok peserta didik, dan memberikan arahan kepada peserta didik jika ada temuan yang kurang pas dengan masalah yang dipecahkan.

Sintak 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya: guru memberikan kesempatan kepada kelompok untuk menampilkan hasil diskusinya.

Sintak 5 Menganalisis hasil pemecahan masalah: guru dan peserta didik yang lain memberikan saran atau tanggapan terhadap hasil kerja kelompok yang maju kedepan kelas.

 

Menurut Nadia Ulfa Dinda dan Elfia Sukma (2021) adapun langkah-langkah model pembelajaran PjBL, sebagai berikut :

Sintak 1 Menentukan pertanyaan dasar :

  • Guru dan peserta didik menyanyikan lagu “Burung Hantu” yang ditampilkan melalui proyektor
  • Guru menampilkan video keadaan di malam hari
  • Guru meminta peserta didik menyebutkan ciri-ciri malam hari berdasarkan tayangan video
  • Guru menampilkan bacaan terkait dengan kebiasaan baik yang dilakukan pada malam hari dan membacakannya dengan nyaring
  • Guru meminta peserta didik untuk membuat karya kolase kata, yang berkaitan dengan keadaan di malam hari.
  • Guru membagi peserta didik menjadi 3 kelompok yang heterogen

Sintak 2 Penyusunan rancangan proyek:

  • Guru menanyakan alat dan bahan yang digunakan untuk membuat karya kolase.
  • Guru membagi tugas peserta didik dalam kelompok, dan menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
  • Guru membagikan LKPD kepada peserta didik.

Sintak 3 Menyusun jadwal pembuatan:

  • Guru membuat kesepakatan dengan peserta didik tantang tahapan-tahapan pembuatan dan jadwal pengumpulan.
  • Guru bersama peserta didik menyepakati untuk lamanya pembuatan karya kolase.
  • Guru menjelaskan cara membuat kolase
  • Guru meminta peserta didik untuk memulai pembuatan kolase

Sintak 4 Memonitor kemajuan proyek: guru berkeliling untuk melihat keaktifan peserta didik dalam kelompok, kemudian membimbing peserta didik yang mengalami kesulitan membaut kolase kata

Sintak 5 Penilaian hasil:

  • Guru mengukur ketercapaian keikutsertaan peserta didik dalam proyek pembuatan kolase
  • Guru menanyakan apakah yang mereka buat sudah bagus, rapi, dan sesuai dengan pola, sehingga kata yang terbetuk bisa terbaca dengan jelas.

Sintak 6 Evaluasi pengalaman belajar:

  • Guru meminta kelompok untuk menampilkan hasil karya pembuatan kolasenya
  • Guru dan peserta didik yang lainnya memberikan tanggapan terhadap hasil karya kelompok yang maju ke depan kelas.

Yang terlibat dalam proses ini adalah :

  • Guru sebagai perancang dan pelaksana praktik
  • Peserta didik sebagai subjek dalam kegiatan pembelajaran
  • Rekan guru yang membantu dalam menentukan penyebab masalah dan menentukan solusi, membantu dalam mengobservasi kegiatan pembelajaran, dan juga memberikan masukan dan semangat.
  • Kepala sekolah yang sudah memberikan masukan dalam menentukan penyebab masalah dan menentukan solusi, memberikan izin untuk melaksanakan PPL, serta mendukung dalam praktik pembelajaran ini.
  • Dosen dan guru pamong yang memberikan masukan dan semangat agar kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Sumber materi yang diperlukan, pada aksi 1 hingga aksi 4 :

  • Buku guru dan buku siswa kelas 1 tema 3 (untuk Aksi 1 dan Aksi 2)
  • Buku guru dan buku siswa kelas 1 tema 4 (untuk Aksi 3 dan Aksi 4)
  • Google
  • Youtube
  • Lingkungan rumah dan sekolah
  • Pemanfaatan TIK dalam bentuk PPT (media ajar) yang ditampilkan melalui proyektor.
  • Speaker

Refleksi Hasil dan Dampak :

Dampak dari langkah-langkah aksi yang dilakukan, sebagai berikut :

Dampak dari peggunaan model pembelajaran PBL dan PjBL yang dilakukan memiliki hasil yang efektif. Dilihat dari keaktifan peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung, serta antusias peserta didik dalam memperhatikan materi yang disajikan melalui powerpoint (PPT) pembelajaran yang ditayangkan melalui proyektor karena menjadi hal baru untuk peserta didik dalam menerima materi  dari guru. Meskipun pada aksi 1 terdapat kendala seperti suara lagu yang ditampilkan terdengar kurang keras dikarenakan tidak ada speaker. Namun kendala tersebut tidak menjadi halangan yang berarti karena guru juga membimbing peserta didik saat menyanyikan lagu tersebut. Sehingga peserta didik tetap bisa fokus dan mampu mencapai hasil belajar yang baik dan sesuai harapan.

Selain itu juga, adanya kerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah ataupun dalam membuat proyek, membuat peserta didik lebih bersemangat dalam belajar dan tidak cepat bosan. Walaupun ada beberapa kendala saat kegiatan kolompok. Pada Aksi 1 ada 2 orang peserta didik yang kurang aktif dalam kelompok yaitu M. Fathul Hasan dan Suhaimi. Hal ini dikarenakan ke-2 anak tersebut belum bisa membaca dan menulis sehingga pada kegiatan menyusun kalimat berdasarkan gambar, mereka kurang tertarik untuk ikut berdiskusi. Namun pada saat aksi berikutnya ke-2 anak tersebut sudah mulai aktif dalam diskusi, karena pada saat diskusi kelompok saya berikan arahan untuk berbagi tugas sesuai dengan kemampuan peserta didik. Jadi walaupun ke-2 anak tersebut belum bisa membaca tetapi mereka sudah mulai aktif untuk ikut membantu mengerjakan tugas kelompoknya.

Berdasarkan hasil observasi, serta penilaian yang dilakukan hasilnya efektif, dapat dilihat dari data sebagai berikut :

  1. Peserta didik terlihat antusias dan bersemangat serta aktif selama pembelajaran. Hal ini sejalan dengan hasil penilaian sikap peserta didik yang mana rata-rata nilai sikap jujur 89, rata-rata nilai sikap santun 87,5, dan rata-rata nilai sikap percaya diri 87,5. Peserta didik juga sudah bagus dalam menyelesaikan tugas kelompoknya. Sebagian besar peserta didik terlibat aktif dalam diskudi kelompok.
  2. Berdasarkan hasil belajar peserta didik, yang dapat dilihat dari penilaian evaluasi belajar juga sudah bagus. Pada hasil belajar aksi 1 dan aksi 2 terdapat 2 orang peserta didik yang belum tuntas yaitu M. Fathul Hasan dan Suhaimi. Hal ini dikarenakan mereka tidak bisa membaca, sehingga jawaban yang mereka tuliskan asal saja. Sedangkan pada aksi 3 dan aksi 4 hasil belajar mereka meningkat dan bisa mencapai batas ketuntasan, karena pada saat evaluasi soalnya saya bacakan terus mereka menyebutkan jawabannya. Setelah itu baru mereka dibimbing untuk menuliskan jawaban yang telah disebutkan sebelumnya. Adapun hasil belajar peserta didik, sebagai berikut:Aksi 1 dan Aksi 2 : 12 orang peserta didik (86%) mencapai ketuntasan, dan 2 orang peserta didik (14%) tidak mencapai ketuntasanAksi 3 : 13 orang peserta didik (93%) mencapai ketuntasan, dan 1 orang peserta didik (7%) tidak mencapai ketuntasanAksi 4 : 14 orang peserta didik (100%) sudah mencapai ketuntasan.
  3. Berdasarkan hasil pengamatan dari rekan guru (observer), dalam pelaksanaan model pembelajaran baik pada saat menggunakan Problem Based Learning (PBL) ataupun Project Based Learning (PjBL) sintak yang ada sudah terlaksana dengan baik. Walaupun ada beberapa sintak yang kurang maksimal seperti pada saat penyampaian orientasi masalah ataupun pada saat menentukan pertanyaan mendasar. Selain itu juga, pada saat aksi 1 pertemuan 2 saya lupa menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian pada aksi 2 pertemuan 2 juga ada yang terlewatkan yaitu menyampaikan materi yang akan di pelajari selanjutnya pada bagian penutup. Karena pada aksi 1 dan aksi 2 ada bagian yang terlewatkan, maka untuk aksi 3 dan aksi 4 saya menambahkan slide pada powerpoint untuk menandakan kegiatan apa selanjutnya yang akan dilakukan. Sehingga tidak ada lagi yang terlewatkan.

Respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan :

1.    Respon dari peserta didik

Peserta didik merasa senang dan bersemangat saat mengikuti pembelajaran baik saat menggunakan model pembelajaran PBL ataupun PjBL. Peserta didik merasa lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Karena adanya kerja kelompok, bahan ajar, serta penggunaan media ajar yang menarik pada proses pembelajaran tersebut. Walaupun pada aksi 1 pertemuan 1 ada salah satu peserta didik kurang memahami LKPD yang diberikan, tetapi setelah diarahkan dan dibimbing akhirnya dia bisa paham apa yang harus dilakukan. Peserta didik juga berminat dan senang untuk melakukan pembelajaran yang seperti ini lagi.

2.    Respon dari rekan guru

Rekan guru menyambut baik dengan apa yang sudah dilakukan terkait strategi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Karena secara tidak langsung memberikan motivasi kepada mereka untuk melakukan hal yang sama demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik.

3.    Respon dari kepalas sekolah

Selaku pimpinan di instansi tempat saya mengajar, beliau sangat mendukung dengan strategi yang saya gunakan. Beliau berharap agar kami para guru terus berinovasi dalam melaksanakan pembelajaran dikelas, agar dapat meningkatkan ketercapaian tujuan pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik.

Faktor keberhasilan dan ketidakberhasilan dari strategi yang digunakan adalah sebagai berikut :

Secara garis besar kegiatan aksi ini berhasil disebabkan beberapa faktor berikut :

  • Mampu menganalisis masalah yang ada pada peserta didik
  • Mampu menentukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut
  • Membuat perencaan yang terarah dan terukur
  • Membuat perangkat pembelajaran yang lengkap dan menarik
  • Fasilitas yang disekolah memadai
  • Adanya dukungan dari orang-orang disekitar

Adapun beberapa kekurangannya antara lain sebagai berikut :

  • Pengelolaan waktu perlu ditingkatkan lagi, karena pada pelaksanaan aksi ada yang waktunya itu melebihi sedikit dari 2 JP dan ada juga yang kurang sedikit dari 2 JP. Jadi untuk selanjutnya manejemen waktu harus benar-benar diatur, agar pembelajaran dapat berlangsung dengan maksimal.
  • Pengelolaan kelas perlu ditingkatkan agar suasana pembelajaran tetap kondusif selama kegiatan pembelajaran berlangsung, baik saat bekerja kelompok maupun saat kegiatan presentasi.

Pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut adalah :

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang baik maka perlu adanya analisis permasalahan yang dialami oleh peserta didik. Kemudian menentukan solusi yang tepat untuk permasalahan tersebut. Ketika sudah menemukan solusi yang dianggap tepat, maka buatlah perencanaan dengan baik dan matang. Selain itu juga, membuat pembelajaran yang menarik dan inovatif sangat mempengaruhi keberhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran. Jika perencanaan sudah matang, maka pada pelaksanaan aksinya juga harus maksimal agar dapat meningkatkan semangat, motivasi, dan pemahaman belajar peserta didik. Sehingga peserta didik mendapatkan hasil belajar yang baik. Serta tujuan pembelajaranpun dapat tercapai dengan baik.



Selasa, 07 April 2015

Selamat Malam readers...

Terima kasih buat semua nya yang sudah mau mampir di blog saya,, saya senang jika apa yang saya upload bisa membantu kalian semua.. dan jika masih ada kekurangan mohon dimaklumi karena saya juga belajar :),, dan jika ada yang salah tolong beritahu saya, biar kita bisa bertukar informasi... makasih ya semua nya.. :*

Senin, 07 Juli 2014

MEMBACA PERMULAAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya tujuan membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi dan memahami makna bacaan. Selain itu, membaca merupakan keterampilan dasar, ini menunjukan bahwa keterampilan membaca perlu dimiliki setiap orang karena mempunyai peranan yang sangat penting.
Membaca juga merupakan salah satu jenis keterampilan yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca, seseorang akan dapat memperoleh informasi, ilmu dan pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh dari bacaan akan memungkinkan pembaca untuk mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya. Pernyataan tersebut menekankan tentang pentingnya membaca bagi peningkatan kualitas diri seseorang.
Seseorang akan ‘gagap teknologi’ dan ‘gagap informasi’ apabila jarang atau tidak pernah melakukan kegiatan membaca. Informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, politik, sosial kemasyarakatan dan berbagai informasi aktual lainnya senantiasa berkembang pesat dari hari ke hari. Segala macam informasi dan perkembangan zaman tersebut selain dapat diikuti dari media elektronik misalnya TV, juga dapat diikuti melalui media cetak dengan cara membaca.
Dari penelasan diatas dapat dikemukakan bahwa kegiatan membaca mempunyai berbagai macam tujuan dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang yang akan melakukan kegiatan membaca tentu mempunyai maksud mengapa dia perlu membaca teks tersebut yang selanjutnya dapat mengambil manfaat setelah kegiatan membaca berlangsung.
Adapun manfaat kegiatan membaca antara lain sebagai media rekreatif, media aktualisasi diri, media informatif, media penambah wawasan, media untuk mempertajam penalaran, media pembentuk kecerdasan emosi dan spiritual dan sebagainya.
Dengan demikian, kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapa pun yang ingin maju dan meningkatkan diri. Oleh karena itu, metode pembelajaran membaca permulaan ditingkat SD kelas satu dan dua mempunyai peranan penting sebagai modal awal dalam mengembangkan kualitas membaca seorang siswa ditingkat lebih tinggi.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian Membaca Permulaan ?
2.      Bagaimanakah tujuan Membaca Permulaan ?
3.      Apa sajakah Metode yang digunakan dalam pembelajaran Membaca Permulaan ?
4.      Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan anak mengalami kesulitan Membaca Permulaan ?
C.     Tujuan
1.      Menjelaskan pengertian Membaca Permulaan.
2.      Menjelaskan tujuan Membaca Permulaan.
3.      Menjelaskan Metode yang digunakan dalam pembelajaran Membaca Permulaan.
4.      Menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan anak mengalami kesulitan Membaca Permulaan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Membaca Permulaan
Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Pada waktu anak belajar membaca, ia belajar mengenal kata demi kata, mengejanya, membedakannyadengan kata-kata lain. Misalnya padi dan pagi, ibu dan ubi. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebisaan membaca sebagai suatu yang menyenangkan.
Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki keterampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan / kemampuan membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut, untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan lambang-lambang tulis, penguasaan kosakata untuk memberi arti dan memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.
Menurut Darwadi (2002) menyatakan bahwa:
Membaca permulaan merupakan tahap awal dalam belajar membaca yang difokuskan kepada mengenal simbol-simbol atau tanda-tanda yang berkaitan dengan huruf-huruf sehingga menjadi pondasi agar anak dapat melanjutkan ketahap membaca permulaan.
Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai sesuatu yang menyenangkan. Suasana belajar harus dapat diciptakan melalui kegiatan permainan bahasa dalam pembelajaran membaca. Hal itu sesuai dengan karakteristik anak yang masih senang bermain. Permainan memiliki peran penting dalam perkembangan kogniti dan sosial anak.
Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf. Maksudnya, anak-anak dapat mengubah dan melafalkan lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambang-lambang huruf yang dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambang bunyi-bunyi tersebut.
Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan dalam teori keterampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian membaca secara mekanikal. Mebaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses recording dan decoding. Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasi. Melalui proses recording, pembaca mengasosiasikan gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat yang bermakna.
Disamping itu, pembaca mengamati tanda-tanda baca untuk membantu memahami maksud baris-baris tulisan. Proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Melalui proses decoding, gambar-gambar bunyi dan kombinasinya diidentifikasi, diuraikan kemudian diberi makna. Proses ini melibatkan knowledge of the world dalam schemata yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan.
Membaca permulaan merupakan saat kritis dan strategik di kembangkannya kemampuan membaca tanpa teks yaitu membaca dengan cara menceritakan gambar situasional yang tersedia. Pengembangan yang tepat pada membaca permulaan ini perlu sekali, biasanya yang paling cocok dan sesuai alarn anak yaitu membaca sambil bermain misalnya membaca menggunakan permainan kartu kata bergambar.
Menurrut La Barge dan Samuels proses membaca permulaan melibatkan tiga komponen, yaitu visual memory, phonological memory, dan semantic memory. Pada tingkat visual memory, huruf, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis, sedangkan pada tingkat phonological memory terjadi proses pembunyian lambang. Lambang tersebut juga dalam bentuk kata dan kalimat. Akhirnya pada tingkat semantic memory terjadi proses pemahaman terhadap kata dan kalimat.
Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan lambang-lambang tulis, penguasaan kosakata untuk member arti, dan memasukkan makna dalam kemahiran bahasa. Pada tingkatan membaca permulaan,pembaca belum memiliki keterampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan atau kemampuan membaca.

B.     Tujuan Membaca Permulaan
Tujuan membaca permulaan tidak terlepas dari tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pengajaran pada khususnya. Tujuan pengajaran membaca permulaan pada dasarnya adalah memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan siswa untuk menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik dan benar.
Menurut Ritawati (1996:43) tujuan pengajaran membaca permulaan adalah “agar siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat. Pengajaran membaca permulaan disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan kejiwaan peserta didik”.
Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to read). Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan. Tingkatan ini disebut sebagai membaca untuk belajar (reading to learn). Kedua tingkatan tersebut bersifat kontinum, artinya pada tingkatan membaca permulaan yang fokus kegiatannya penguasaan sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran membaca lanjut dengan pemahaman walaupun terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut menekankan pada pemahaman isi bacaan, masih perlu perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik membaca permulaan.

C.     Metode yang digunakan dalam pembelajaran Membaca Permulaan
1.      Metode Eja
Pembelajaran Membaca Permulaan dengan metode ini memulai pengajarannya dengan mengenalkan huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut dilafalkan anak sesuai bunyinya menurut abjad. Setelah melalui tahapan ini , para siswa diajak untuk berkenalan dengan suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.
Misalnya :
·         b, a – ba (dibaca be.a – ba), d,u – du (dibaca de.u – du), ba-du dilafalkan badu
·         b, u, k, u menjadi b.u – bu (dibaca be.u – bu), k.u – ku (dibaca ka.u – ku)
2.      Metode Bunyi dan Abjad
Proses Pembelajaran Membaca Permulaan dengan metode bunyi hampir sama dengan metode eja, hanya saja perbedaannya terletak pada sistem pelafalan abjad atau huruf.

Misalnya :
·         b dilafalkan /beh/
·         d dilafalkan /deh/
·         c dilafalkan /ceh/
·         g dilafalkan /geh/
·         p dilafalkan /peh/ dan sebagainya.
Dengan demikian kata “nani” dieja menjadi :
En.a – na
En.i – ni – dibaca – na-ni

Metode abjad yaitu na,na-nana

Metode ini sebenarnya merupakan bagian dari metode eja. Prinsip dasar proses pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan metode eja/abjad. Perbedaannya hanya terletak pada cara atau sistem pembacaan (pelafalan) abjad. Beda antara metode abjad, huruf diucapkan sebagai abjad, sedangkan pada metode bunyi huruf diucapkan sebagai bunyi.

3.      Metode Suku Kata dan Metode Kata
Langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan dengan metode suku kata adalah:
a.       Tahap pertama, pengenalan suku-suku kata
Misalnya : ba, bi, be, bu, bo, ca, ci, cu, ce, co, da, di, du, de, do
b.      Tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata
Misalnya : ba-bu ca-ci du-da ku-ku
c.       Tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kalimat sederhana
Misalnya : ka-ki ku-da, ba-ca bu-ku, cu-ci ka-ki
d.      Tahap keempat, pengintegrasian kegiatan perangkaian dan pengupasan (kalimat kata-kata – suku kata – kata).

4.      Metode Global
a.       Memperkenalkan gambar dan kalimat
b.      Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata; kata menjadi suku kata; suku kata menjadi huruf-huruf.
Misalnya : ini mimi
i-n-i mi-mi
i-n-i m-i-m-i

5.      Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik)
SAS merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan untuk proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan bagi siswa pemula.  Dalam hal ini Momo (1979) mengungkapkan beberapa cara, metode ini dibagi menjadi dua tahap, yakni : tanpa buku dan menggunakan buku.
a.       Tahap tanpa buku, dengan cara :
1)      Merekam bahasa siswa, bahasa yang digunakan oleh siswa dalam percakapan mereka, direkam untuk digunakan sebagai bahan bacaan. Karena bahasa yang digunakan sebagai bahan bacaan adalah bahasa siswa sendiri maka siswa tidak mengalami kesulitan.
2)      Menampilkan gambar sambil bercerita. Dalam hal ini guru memperlihatkan gambar kepada siswa, sambil bercerita seperti gambar tersebut. Kalimat-kalimat yang digunakan guru dalam bercerita itu digunakan sebagai pola dasar bahan bacaan.
Contoh : guru memperlihatkan gambar seorang anak yang sedang menulis sambil bercerita, misalnya : ini Adi, Adi sedang duduk dikursi.
3)      Membaca gambar
Contoh : guru memperlihatkan gambar seorang ibu yang sedang memegang sapu, sambil mengucapkan kalimat “ini ibu”. Siswa melanjutkan bacaan tersebut dengan bimbingan guru.
4)      Membaca gambar dengan kartu kalimat.
Setelah siswa dapat membaca gambar dengan lancar, guru menempatkan kartu kalimat gambar dibawah. Untuk memudahkan pelaksanaan dapat digunakan media papan slip atau papan flanel, kartu kalimat, kartu kata, kartu huruf, kartu gambar. Dengan menggunakan media seperti itu untuk menguraikan dan menggabungkan kembali akan lebih mudah.
5)      Membaca kalimat secara struktural (S).
Setelah siswa dapat membaca tulisan dibawah gambar, sedikit demi sedikit gambar dikurangi sehingga ahirnya mereka dapat membaca tanpa dibantu gambar. Dalam kegiatan ini yang digunakan kartu-kartu kalimat serta papan slip atau flanel. Dengan dihilangkan gambar maka yang dibaca siswa adalah kalimat.
Misalnya            : ini bola
ini bola Adi
6)      Proses Analitik (A).
Sesudah siswa dapat membaca kalimat, mulailah menganalisis kalimat itu menjadi kat, kata menjadi suku, suku menjadihuruf.
Misalnya : ini bola
Ini                bola
I ni               bo        la
I       n          i           b          o          l           a



7)      Proses Sintetik (S).
Setelah siswa mengenal huruf-huruf dalam kalimat yang digunakan, huruf-huruf itu dirangkai lagi menjadi suku kata dan akta menjadi kalimat.
Misalnya : Ini                 bola
I ni               bo        la
I       n          i           b          o          l           a

b.      Tahap dengan buku, dengan cara :
1)      Membaca buku pelajaran
2)      Membaca majalah bergambar.
3)      Membaca bacaan yang disusun oleh guru dan sisw
4)      Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara berkelompok.
5)      Membaca bacaan yang disusun siswa secara individual.

Kelemahan Metode SAS yaitu:
-          Kurang Praktis
-          Membutuhkan banyak waktu
-          Membutuhkan alat peraga

D.    Faktor-faktor yang Menyebabkan Anak Mengalami Kesulitan Membaca Permulaan
1.      Faktor Internal
a.       Minat baca
Minat merupakan kegiatan siswa dengan penuh kesadaran terhadap suatu objek, oleh karena itu minat perlu dikembangkan dan dilatih dengan pembiasaan- pembiasaan terus menerus. Jika minat baca anak rendah maka tingkat keberhasilan anak dalam membaca akan sulit tercapai. Minat baca anak harus ditumbuhkembangkan sejak dini. Dan untuk membangkitkan minat baca siswa, guru harus memberikan motivasi dan bimbingan pada diri siswa.
b.      Motivasi
Kegiatan pembelajaran akan berhasil dan tercapai tujuannya jika dalam diri siswa tertanam motivasi. Motivasi dalam proses pembelajaran berfungsi untuk: fungsi membangkitkan (arousal function) yaitu mengajak siswa belajar, fungsi harapan (expectasi function) yaitu apa yang harus bisa dilakukan setelah berakhirnya pengajaran, fungsi intensif (incentive function) yaitu memberikan hadiah pada prestasi yang akan datang, (4) fungsi disiplin (disciplinary function) yaitu menggunakan hadiah dan hukuman untuk mengontrol tingkah laku yang menyimpang (Abd. Rachman, 1993 : 115 dalam http://digilib.unnes.ac.id)
c.       Kepemilikan Kompetensi Membaca
Keterampilan berbahasa ada empat, yaitu : keterampilan membaca, berbicara, menyimak dan menulis. Keterampilan dalam membaca diperlukan latihan- latihan tahap demi tahap. Kegiatan membaca terkait dengan pengenalan huruf, bunyi dan huruf atau rangkaian kata, makna atau maksud dan pemahaman terhadap makna atau maksud. Jika kegiatan membaca tidak dilakukan secara teratur maka keterampilan membaca yang dimiliki anak akan berkurang dengan sendirinya.

2.      Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini meliputi unsur-unsur yang berasal dari lingkungan baca. Dalam hal ini sekolah sebagai pusat kebudayaan harus menciptakan siswa yang gemar membaca melalui perpustakaan sekolah. Sekolah harus dapat menciptakan suasana perpustakaan yang menyenangkan dan memberi kenyamanan siswa dalam belajar. Lingkungan baca sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan membaca anak. Lingkungan baca anak yang menyenangkan akan memberi kenyamanan bagi si pembaca dan mempermudah anak dalam membaca.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Membaca Permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik.
Untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan :
·         Lambang-lambang tulis,
·         Penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan
·         Memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.
Pembelajaran Membaca Permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Tujuan membaca permulaan juga dijelaskan dalam (Depdikbud, 1994:4) yaitu agar “Siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat”.
B.     Saran
Hasil penulisan ini diharapkan dapat membreikan sumbangan dalam upaya meningkatkan mutu proses pembelajaran membaca. Dalam proses ini guru hendaknya dapat menerapkan metode SAS. Dengan tulisan ini pula kami mengharapkan agar pembaca lebih memahami  cara mengajarkan membaca permulaan yang benar dan mudah dipahami peserta didik. Selain itu juga agar para pembaca lebih memahami model pembelajaran membaca permulaan.

DAFTAR PUSTAKA

Nuryati, Sri. 2007. Pembelajaran Membaca Permulaan Melalui Permainan Bahasa di Kelas Awal Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah Dasar.
Purwanto, M. Ngalim dan Djeniah. 1997. Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Rosda Jayaputra

Rahim, Farida. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.