BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Perkembangan
anak adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi
tubuh yang kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil
dari pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan system yang berkembang sdemikian rupa
perkembangan emosi, intelektual edan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya.
Aspek-aspek perkembangan individu meliputi fisik,
intelektual, social, emosi, bahasa moral dan agama. Perkembangan fisik meliputi
pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah lahir. Intelektual
(kecerdasan) atau daya pikir merupakan kemampuan untuk beradaptasi secara
berhasil dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya. Sosial, setiap
individu selalu berinteraksi dengan lingkungan dan selalu memerlukan manusia
lainnya. Emosi merupakan perasaan tertentu yang menyertai setiap keadaan atau
perilaku individu. Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomonikasi dengan yang
lain. Moralitas merupakan kemampuan untuk menerima dan melakukan peraturan,
nillai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Agama merupakan kepercayaan yang
dianut oleh individu.
Untuk efisiensi waktu, maka penulis membatasi penulisan
ini pada perkembangan kreativitas dan bakat khusus anak-anak. Didasari oleh
kenyataan bahwa setiap anak memiliki kelemahan-kelemahan di dalam bidang
tertentu dan sebaliknya mampu dibidang yang lain.
Kreativitas dan bakat pada diri anak perlu
dipupuk dan dikembangkan. Karena dengan kreativitas dan bakat yang dimilikinya
itu mereka dapat menjadi pribadi-pribadi yang kreatif. Sebagai pribadi yang
kreatif ,kelak mereka bukan saja dapat meningkatkan kualitas pribadinya,tetapi
juga dapat meningkatkan kualitas kehidupan bangsa dan negara.
Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan
kebutuhan pembangunan disegala bidang, yang memerlukan jenis-jenis keahlian dan
keterampilan serta dapat meningkatkan kreativitas, produktivitas, mutu, dan
efisiensi kerja.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang di maksud dengan perkembangan kreatifitas anak?
2.
Bagaimana cara mengembangkan kreatifitas pada anak?
3.
Apa yang di maksud dengan perkembangan bakat khusus pada anak?
4.
Bagaimana cara mengembangkan bakat
khusus pada anak?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PERKEMBANGAN KREATIFITAS ANAK
1.
Pengertian Kreatifitas
Kreativitas merupakan sebuah konsep yang majemuk dan multi
dimensional, sehingga sulit
didefinisikan secara operasional. Definisi sederhana yang sering digunakan
secara luas tentang kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru. Wujudnya adalah tindakan manusia.
Melaui proses kreatif yang berlangsung dalam benak orang atau
sekelompok orang, produk-produk kreatif tercipta. Produk itu sendiri sangat
beragam, mulai dari penemuan mekanis, proses kimia baru, solusi baru atau
pernyataan baru mengenai sesuatu masalah dalam matematika dan ilmu pengetahuan,
komposisi musik yang segar, puisi, cerita pendek atau novel yang menggugah yang
belum pernah ditulis sebelumnya, lukisan dengan sudut pandang yang baru, seni
patung atau fotografi yang belum ada sebelumnya, sampai dengan terobosan dalam
aturan hukum, agama, pandangan filsafat, atau pola perilaku baru (Kuper &
Kuper, 2000).
Dalam semua bentuk produk kreativ tersebut, selalu ada sifat
dasar yang sama, yaitu keberadaannya yang baru atau belum pernah ada
sebelumnya. Sifat baru itulah yang menandai produk, proses atau orang kreatif.
Sifat baru itu memiliki ciri-ciri :
a) Produk
yang sifatnya baru sama sekali yang sebelumnya belum ada
b) Produk
yang memiliki sifat baru sebagai hasil kombinasi beberapa produk yang sudah ada
sebelumnya
c) Suatu
produk yang bersifat baru sebagai hasil pebaruan (inovasi) atau pengembangan
(evolusi) dari hal yang sudah ada (Nashori & Mucharam, 2002).
Dari paparan
tersebut dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat
sesuatu yang baru dan berbeda entah sifatnya masih imajiner (gagasan) atau
sudah diekspresikan dalam bentuk suatu karya. Karya di sini tidak hanya bentuk
suatu benda tapi dapat juga berupa berpaduan warna, detail.
Perhatian para
psikolog dan kalangan dunia pendidikan terhadap kreativitas sebagai salah satu
aspek dari fungsi kognitif yang berperan dalam prestasi anak di sekolah bermula
dari pidato J.P Guilford tahun 1950 dalam pidatonya yang menegaskan bahwa
kreativitas perlu dikembangkan melalui jalur pendidikan guna menggunakan
potensi anak secara utuh dan bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan seni.
2.
Hubungan kreatifitas dengan kecerdasan
Penelitian
Utami Munandar (1977) terhadap siswa SD dan SMP, menunjukkan bahwa kreativitas sama absahnya
seperti intelegensi sebagai predictor dari prestasi sekolah. Jika efek
intelegensi dieliminasi, hubungan antara kreativitas dan prestasi sekolah tetap
substansial. Kombinasi dari intelegensi dan kreativitas akan semakin efektif
sebagai prediktor prestasi sekolah daripada masing-masing ukuran sendiri
(Munandar, 1999).
Menurut teori ambang inteligensia untuk kreativitas dari Anderson
memaparkan bahwa sampai tingkat intelegensi tertentu, yang di perkirakan
seputar IQ 120, ada hubungan yang erat antara inteligensia dengan kreativitas.
Hal ini dapat dimengerti karena untuk menciptakan suatu produk kreativitas yang
tinggi diperlukan tingkat inteligensia yang cukup tinggi pula. Lebih lanjutr
Anderson mengatakan bahwa diatas ambang inteligensia itu tidak ada korelasi yang
tinggi lagi antara inteligensia dan kreativitas.
Yang
perlu kita ingat ialah kreativitas diperoleh dari pengetahuan atau pengalaman
hidup. Pengetahuan yang selama ini diperoleh dari lingkungan dikumpulkan dan
diintegrasikan kedalam suatu bentuk yang barudan orisinil. Dengan demikian kita
dapat mengacu pada pendapat Hurlock
(1987) bahwa kreativitas tidak dapat berfungsi dalam keadaan vakum karena
berasal dari apa yang telah diperoleh selama ini, dan hal ini juga tergantung
pada kemampuan intelektual seseorang.
3.
Mengembangkan Kreatifitas Anak
Utami Munandar
(1977) melalui penelitiannya di Indonesia, menyebutkan ciri-ciri kepribadian
kreatif yang diharapkan oleh bangsa Indonesia, yaitu :
1) Mempunyai
daya imajinasi yang kuat
2) Mempunyai
inisiatif
3) Mempunyai
minat yang luas
4) Mempunyai
kebabasan dalam berpikir
5) Bersifat
ingin tahu
6) Selalu
ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru
7) Mempunyai
kepercayaan diri yang kuat
8) Penuh
semangat
9) Berani
mengambil resiko
10) Berani mengemukakan pendapat dan memiliki
keyakinan
Pengembangan ciri-ciri yang berkepribadian kreatif demikian
sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan keluarga dan sekolah.
Pertanyaan yang sering muncul, terutama sehubungan dengan peranan sekolah dalam
pengembangan kreativitas adalah, dapatkah guru mengajarkan kreativitas pada
anak. Terhadap permasalahan ini, Amabile dengan model Titik Pertemuan
Kreativitasnya, menjawab bahwa guru dapat melatih keterampilan bidang – pengetahuan dan keterampilan teknis dalam
bidang khusus, seperti bahasa, matematika atau seni. Di samping itu, sampai
batas-batas tertentu, guru juga dapat mengajarkan keterampilan kreatif – cara berpikir menghadapi masalah secara
kreatif, atau teknik-teknik untuk memunculkan gagasan-gagasan orisinil.
Meskipun demikian, dalam kenyataannya guru tidak dapat
mengajarkan kreativitas, melainkan ia hanya dapat memungkinkan munculnya
kreativitas, memupuknya, dan merangsang pertumbuhannya. Untuk itu, Utami
Munandar (1991) menyarankan beberapa falsafah mengajar yang perlu dikembangkan
guru dalam mendorong kreativitas peserta didiknya yaitu :
1. Belajar
adalah sangat penting dan sangat menyenangkan
2. Anak
patut dihargai dan disayangi sebagai pribadi yang unik
3. Anak
hendaknya menjadi pelajar yang aktif. Mereka perlu didorong untuk membewa
pengalaman, gagasn, minat dan bahan mereka di kelas. Mereka dimungkinkan untuk
membicarakan bersama dengan guru mengenai tujuan belajar setiap hari, dan perlu
diberi otonomi dalam menentukan bagaimana mencapainya
4.
Anak perlu merasa nyaman dan dirangsang di dalam
kelas, tanpa adanya tekanan dan ketegangan
5.
Anak harus mempunyai rasa memiliki dan
kebangsaan di dalam kelas. Mereka perlu dilibatkan dalam merancang kegiatan
belajar dan diperbolehkan membawa bahan-bahan dari rumah
6.
Guru hendaknya berperan sebagai narasumber, bukan
polisi atau dewa. Anak harus menghormati guru, tetapi merasa nyaman dan aman
bersama guru
7.
Anak perlu merasa bebas untuk mendiskusikan
masalah secara terbuka, baik dengan guru maupun dengan teman sebaya. Ruang
kelas adalah milik mereka, dan mereka berbagi tanggung jawab dalam mengaturnya.
8.
Kerja sama selalu lebih daripada kompetisi
9.
Pengalaman belajar hendaknya dekat dengan
pengalaman dari dunia nyata.
Dalam peranannya
memunculkan, memupuk serta merangsang perkebangan kreatifitas anak, anak harus
dipandang sebagai pribadi otonom yang memiliki kelebihan dan kekurangan seperti
orang dewasa. Guru tidak bolah mendikte anak untuk menjadi seperti apa yang
dipikirkan guru tersebut atau menginjeksikan sesuatu yang berada di kepala
orang dewasa kepada anak, tetapi dia menjadi fasilitator dan pendamping
terhadap anak tersebut.
Sebagai
fasilitator dan pendampin guru dan orang dewasa lainnya harus menghilangkan
“polisi, hakim, jaksan, dll” dalam memberi penilaian kepada anak seperti “ini
anak yang cerdas, ini anak yang baik, ini anak yang bodoh dan sebagainya”.
Dengan begitu modal kreativitas anak yang dibawa sejak lahir atau mulai tumbuh
tidak mati atau hilang karena “paksaan” orang diwasa. Dengan demikian
diharapkan dapat memfasilitasi krativitas anak bukan malah mendikte.
4.
Teori kreatifitas
Ada
beberapa teori
yang melandasi pengembangan kreativitas. Terori tersebut dapat dibedakan menjadi 3,
yaitu:
1. Teori Psikoanalisis
Pada
teori ini pribadi kretif dipandang sebagai seorang yang pernah
mengalami traumatis, yang dihadapi dengan memunculkan gagasan-gagasan yang
disadari dan tidak disadari bercampur menjadi pemecahan inovatif dari trauma.
Teori
ini terdiri dari:
a. Teori Freud
Freud menjelaskan proses kretif dari mekanisme pertahanan
(defence mechanism). Freud percaya bahwa meskipun kebanyakan mekanisme
pertahanan menghambat tindakan kreatif, salah satu mekanisme pertahanan yakni mekanisme
sublimasi justru merupakan penyebab utama kreativitas karena kebutuhan seksual
tidak dapat dipenuhi, maka terjadi sublimasi dan merupakan awal imajinasi.
b. Teori Ernst Kris
Erns Kris (1900-1957) menekankan bahwa mekanisme
pertahanan regresi seiring memunculkan tindakan kreatif. Orang yang kreatif
menurut teori ini adalah mereka yang paling mampu “memanggil” bahan dari alam
pikiran tidak sadar. Seorang yang kreatif tidak mengalami hambatan untuk bias
“seperti anak” dalam pemikirannya. Mereka dapat mempertahankan
“sikap bermain” mengenai masala-masalah serius dalam kehidupannya. Dengan
demikian mereka m ampu malihat masalah-masalah dengan cara yang segar dan
inovatif, mereka melakukan regresi demi bertahannya ego (Regression in The
Survive of The Ego)
c. Teori Carl Jung
Carl Jung (1875-1967) percaya bahwa alam ketidaksadaran
(ketidaksadaran kolektif) memainkan peranan yang amat penting dalam pemunculan
kreativitas tingkat tinggi. Dari ketidaksadaran kolektif ini timbil penemuan,
teori, seni dan karya-karya baru lainnya.
2. Teori Humanistik
Teori Humanistik melihat kreativitas sebagai hasil dari
kesehatan psikologis tingkat tinggi. Teori Humanistik meliputi:
a.
Teori Maslow
Abraham
Maslow (1908-1970) berpendapat manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi
nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan tersebut adalah:
·
Kebutuhan
fisik/biologis
·
Kebutuhan akan
rasa aman
·
Kebutuhan akan
rasa dimiliki (sense of belonging) dan cinta
· Kebutuhan
akan penghagaan dan harga diri
·
Kebutuhan
aktualisasi / perwujudan diri
·
Kebutuhan
estetik
Kebutuhan-kebutuhan tersebut mempunyai urutan hierarki. Keempat Kebutuhan pertama
disebut kebutuhan “deficiency”. Kedua Kebutuhan berikutnya (aktualisasi
diri dan estetik atau transendentasi) disebut kebutuhan “being”. Proses
perwujudan diri erat kaitannya dengan kreativitas. Bila bebas dari
neurosis, orang yang mewujudkan dirinya mampu memusatkan dirinya pada yang
hakiki. Mereka
mencapai “peak experience” saat mendapat kilasan ilham (flash of insight)
b.
Teori Rogers
Carl Rogers (1902-1987) tiga kondisi internal dari
pribadi yang kreatif, yaitu:
1. Keterbukaan terhadap
pengalaman
2. Kemampuan untuk menilai
situasi patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation)
3.
Kemampuan untuk bereksperimen, untuk
“bermain” dengan konsep-konsep.
Apabila seseorang memiliki ketiga ciri ini maka kesehatan
psikologis sangat baik. Orang tersebut diatas akan berfungsi sepenuhnya
menghasilkan karya-karya kreatif, dan hidup secara kreatif. Ketiga cirri atau
kondisi tersebut uga merupakan dorongan dari dalam (internal press) untuk
kreasi.
3. Teori Cziksentmihalyi
Ciri
pertama yang memudahkan tumbuhnya kreativitas adalah Predisposisi genetis
(genetic predispotition). Contoh seorang yang system sensorisnya peka terhadap
warna lebih mudah menjadi pelukis, peka terhadap nada lebih mudah menjadi
pemusik.
a.
Minat pada usia dini pada ranah
tertentu
Minat menyebabkan seseorang terlibat secara mendalam
terhadap ranah tertentu, sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan
kreativitas.
b. Akses
terhadap suatu bidang
Adanya sarana dan prasarana serta adanya pembina/mentor
dalam bidang yang diminati sangat membantu pengembangan bakat.
c.
Access to a field
Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman
sejawat + tokoh-tokoh penting dalam bidang yang digeluti, memperoleh informasi
yang terakhir, mendapatkan kesempatan bekerja sama dengan pakar-pakar dalam b
idang yang diminati sangat penting untuk mendapatkan pengakuan + penghargaan
dari orang-orang penting.
Orang-orang kreatif ditandai adanya kemampuan mereka yang
luar biasa untuk menyesuaikan diri terhadap hampir setiap situasi dan untuk melakukan
apa yang perlu untuk mencapau tujuannya.
B.
PERKEMBANGAN BAKAT KHUSUS ANAK
Merupakan kenyataan yang berlaku dimana-mana bahwa
manusia berbeda satu sama lain dalam berbagai hal, antara lain dalam
intelegensi, bakat, minat, kepribadian, keadaan jasmani, dan perilaku sosial.
Ada kalanya seseorang lebih cekatan dalam satu bidang kegiatan dibandingkan
dengan orang lain. Dalam bidang tertentu ia mungkin menunjukkan keunggulannya
dibandingkan dengan orang lain.
Tidak dapat dipungkiri pula bahwa ada perbedaan antara
individu satu dengan yang lain dalam tingkat kemampuan atau prestasi mereka
dalam seni, musik, mekanik, pidato,
kepemimpinan dan olahraga, serta bidang
lainnya. Sejauh mana perbedaan itu dibawa sejak lahir atau hasil dari latihan
atau pengalaman, akan merupakan topik yang menarik dan sangat penting.
Program pendidikan hendaknya dirancang tidak hanya
memperhatikan kemampuan untuk belajar tetapi juga perlu mempertimbangkan
kecakapan khusus atau bakat yang dimiliki siswa.
Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada waktu yang akan dating.
Dengan demikian sebetulnya setiap orang pasti memilik bakat dalam artian
berpotensi dalam mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan
kapasitas masing-masing. Dalam perkembangan selanjutnya, bakat diartikan
sebagai kemapuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak
bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat-bakat
tertentu. Dua anak bisa sama-sama mempunyai bakat melukis, tetapi yang satu
lebih menonjol daripada yang lain bahkan saudara sekandung dalam satu keluarga
bisa mempunyai bakat yang berbeda-beda. Anak yang satu mempunyai bakat untuk
bekerja dengan angka-angka, anak yang lain dalam bidang olahraga, yang lainnya
lagi berbakat menulis (mengarang).
Sekali lagi perlu ditekankan bahwa setiap anak
mempunyai bakat-bakat tertentu, hanya berbeda dalam jenis dan derajatnya. Yang
dimaksud anak berbakat ialah mereka yang mempunyai bakat-bakat dalam derajat
tinggi dan bakat-bakat yang unggul.
1.
Pengertian Bakat Khusus
Ada beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli berkenaan
dengan bakat khusus ini. Menurut William B. Michael (Sumadi Suryabrata,
1991:168) bakat diartikan sebagai berikut :
“ An aptitude may be defined as a person’s
capacity, or nypothetical potential, for acquisition of a certain more or less
well defined pattern or behavior involved in the performance of a task respect
to which the individual has llad little or no previous training. “
Michael meninjau bakat itu terutama dari segi kemampuan
individu untuk melakukan sesuatu tugas, yang sedikit sekali atau tidak
tergantung pada latihan sebelumnya.
Selanjutnya Bingham memberikan definisi bakat sebagai berikut
:
“ An Aptitude . . . as a condition or set
characteristics regarded as symptomatic of an individual’s ability to acquire
with training some (usually specified) knowledge, skill, or set of responses
such as the ability to speak a language, to produce music, . . . etc. (Sumadi
Suryabrata, 1991:168-169).
Dari definisi itu, Bingham menitik beratkan pada kondisi atau
seperangkat sifat-sifat yang dianggap sebagai tanda kemampuan individu untuk
menerima latihan, atau seperangkat respon seperti kemampuan berbahasa, musik,
dan sebagainya.
Guilford (Sumadi S., 1991:169) mengemukakan bahwa bakat itu
mencakup 3 dimensi psikologis, yaitu :
a. Dimensi
Perseptual
Dimensi perseptual meliputi kemampuan
dalam mengadakan persepsi, dan ini meliputi faktor-faktor antara lain :
a) Kepekaan
indra
b) Perhatian
c) Orientasi
waktu
d) Luasnya
daerah persepsi
e) Kecepatan
persepi, dan sebagainya
b. Dimensi
Psikomotor
Dimensi ini mencakup enam faktor,
yaitu :
a) Kekuatan
b) Impuls
c) Kecepatan
gerak
d) Ketelitian,
yang terdiri atas dua macam, yaitu :
-
Faktor kecepatan statis, yang menitikberatkan
pada posisi
-
Faktor kecepatan dinamis, yang menitikberatkan
pada gerakan
e) Koordinasi
f) Keluwesan
(flexibility)
c. Dimensi
Intelektual
Dimensi inilah yang umumnya mendapat
sorotan luas, karena memang dimensi inilah yang mempunyai implikasi sangat luas.
Dimensi ini meliputi lima faktor, yaitu :
1) Faktor
ingatan, yang mencakup faktor ingatan yaitu mengenai substansi, relasi, dan
sistem
2) Faktor
ingatan, mengenai pengenalan terhadap keseluruhan informasi, golongan (kelas),
hubungan-hubungan, bentuk atau struktur, dan kesimpulan.
3) Faktor
evaluatif, yang meliputi evaluasi mengenai identitas, relasi-relasi, sistem,
dan penting tidaknya problem (kepekaan terhadap problem yang dihadapi)
4) Faktor
berpikir konvergen, yang meliputi faktor untuk menghasilkan nama-nama,
hubungan-hubungan, sistem-sistem, transformasi, dan implikasi-implikasi yang
unik.
5) Faktor
berpikir divergen, yang meliputi faktor :
a. Untuk
menghasilkan unit-unit, seperti : word
fluency, ideational fluency.
b. Untuk
pengalihan kelas-kelas secara spontan
c. Kelancaran
dalam menghasilkan hubungan-hubungan
d. Untuk
menghasilkan sistem, seperti : expressional
fluency
e. Untuk
transformasi divergen
f. Untuk
menyusun bagian-bagian menjadi garis besar atau kerangka.
Dari
ilustrasi di atas menunjukkan betapa rumitnya kualitas manusia yang disebut
bakat.
Bakat dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan
potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan atau dilatih.
Kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari
pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan dapat
dilaksanakan sekarang, sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar
suatu tindakan dapat dilakukan di masa yang akan datang. Kapasitas sering
digunakan sebagai sinonim untuk “kemampuan” dan biasanya diartikan sebagai
kemampuan yang dapat dikembangkan sepenuhnya di masa mendatang apabila latihan
dilakukan secara optimal. Dalam praktek, kapasitas seseorang jarang tercapai. Insting umumnya terdapat pada hewan, di
mana dengan insting itu hewan dapat melakukan sesuatu tanpa latihan sebelumnya.
Jadi, bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh
pengetahuan atau keterampilan yang relatif bersifat umum (misalnya bakat
intelektual umum) atau khusus (bakat akademis khusus). Bakat khusus disebut
juga talent. (Conny Semiawan, dkk.,
1987:2).
Pengertian bakat khusus atau talent di sini dimaksudkan seseorang yang mempunyai
kemampuan bawaan untuk bidang tertentu, misalnya bakat menggambar, sebagaimana
dikemukakan oleh Webster (1957:1486), sebagai berikut :
“Talent implies a native ability for a
specific pursuit and cannotes other that it is or can be cultivated by the one
possessing it (a talent for drawing).”
Bakat memungkinkan seseorang untuk meencapai prestasi dalam
bidang tertentu, akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman, dan
dorongan atau motivasi agar bakat itu dapat terwujud. Dalam kehidupan di
sekolah sering tampak bahwa seseorang yang bakat dalam olahraga, umumnya
prestasi mata pelajaran lainnya juga baik. Keunggulan dalam salah satu bidang
apakah bidang sastra, matematika atau seni, mmerupakan hasil interaksi dari
bakat yang dibawa sejak lahir dan faktor lingkungan yang menunjang, termasuk
minat dan dorongan pribadi.
2.
Jenis Jenis Bakat Khusus
Setiap orang mempunyai bakat-bakat tertentu, masing-masing
dalam bidang dan derajat yang berbeda-beda. Usaha pengenalan bakat mula-mula
terjadi pada bidang pekerjaan, tetapi kemudian juga dalam bidang pendidikan.
Dalam prakteknya hampir semua ahli yang menyusun tes untuk mengungkap bakat bertolak dari dasar pikiran analisis
faktor, seperti yang dikemukakan oleh Guilford. Menurut Goilford, setiap
aktivitas diperlukan berfungsinya faktor-faktor tersebut.
Pemberian nama
terhadap jenis-jenis bakat biasanya dilakukan berdasar atas bidang apa bakat
tersebut berfungsi, seperti bakat matematika, bakat bahasa, bakat olahraga,
bakat seni, bakat music, bakat klerikal, bakat guru, bakat dokter dan
sebagainya. Dengan demikian, macam bakat akan sangat bergantung pada
konteks kebudayaan di mana seseorang individu hidup dan dibesarkan. Mungkin
penamaan itu bersangkutan dengan bidang studi, mungkin pula dalam bidang kerja.
3.
Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat Khusus Pada Anak
Kita hendaknya
dapat membedakan antara anak berbakat yang sudah berhasil mewujudkan potensinya
dalam prestasi yang unggul, misalnya prestasi sebagai pelukis atau pernah
menjadi juara sayembara mengarang atau lomba seeni suara, dan mereka yang
potensial berbakat tetapi karena sebab-sebab tertentu belum berhasil mewujudkan
potensi mereka yang unggul.
Adapun sebab atau
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus atau seseorang tidak
dapat mewujudkan bakat-bakatnya secara optimal, dengan kata lain prestasinya
dibawah potensinya dapat terletak pada anak itu sendiri dan lingkungan.
a) Anak
itu sendiri
Misalnya anak itu tidak atau kurang
berminat untuk mengembangkan bakat-bakat yang ia miliki, atau kurang
termotivasi untuk mencapai prestasi yang tinggi, atau mungkin pula mempunyai
kesulitan atau masalah pribadi sehingga ia mengalami hambatan dalam
pengembangan diri dan berprestasi sesuai dengan bakatnya.
b) Lingkungan
anak
Misalnya orang tuannya kurang mampu
untuk menyediakan kesempatan dan sarana pendidikan yang ia butuhkan atau
ekonominya cukup tinggi tetapi kurang member perhatian terhadap pendidikan
anak.
4.
Peranan Orang Dewasa Dalam Mengembangkan Bakat Khusus Anak
Anak akan
merasakan kebebasan psikologis apabila orang tua dan guru memberi kesempatan
padanya untuk mengungkapkan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaannya. karena
itu pendidikan hendaknya berfungsi mengembangkan bakat anak, jangan semata-mata
menyajikan kumpulan pengetahuan yang bersifat skolastik.
Bakat anak dapat
dikenali dengan observasi terhadap apa yang selalu di kerjakan anak,
kesungguhan bakat anak bermanfaat bagi orang tua agar mereka dapat memahami dan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak. Dengan
mengenal ciri-ciri anak berbakat, orang tua dapat menyediakan lingkungan
pendidikan yang sesuai dengan bakat anak. Mereka dapat membantu anak memahami
dirinya agar tidak melihat bakat sebagai suatu beban tetapi sebagai suatu
anugerah yang harus dihargai dan dikembangkan. Manfaat lain dari kemampuan
orang tua untuk mengenal bakat anak ialah agar orang tua dapat membantu sekolah
dalam prosedur pemanduan anak berbakat, dengan memberikan informasi yang
dibutuhkan tentang ciri-ciri dan keadaan anak mereka
Sekolah mengirim
daftar/ciri-ciri perilaku kepada orang tua dengan penjelasan bahwa sekolah
perlu mengetahui sifat-sifat siswa agar dapat merencanakan pengalaman yang
sesuai baginya. Sebagai contoh, orang tua diminta member keterangan
tentangg butir-butir berikut :
·
Hobi dan minat-minat anak yang khusus
·
Jenis buku yang disenangi
·
Masalah dan kebutuhan khusus
·
Prestasi unggul yang pernah dicapai
·
Pengalaman-pengalaman khusus
·
Kegiatan kelompok yang disenangi
·
Kegiatan mandiri yang disenangi
·
Sikap anak terhadap sekolah/guru
·
Cita-cita untuk masa depan
Adapun kondisi-kondisi lingkungan yang bersifat memupuk bakat
anak adalah keamanan psikologis dan kebebasan psikologis.
Anak akan merasa aman secara psikologis apabila :
a. Pendidik
dapat menerimanya sebagaimana adanya, tanpa syarat dengan segala kekuatan dan
kelemahannya, serta member kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya ia baik dan
mampu.
b. Pendidik
mengusahakan suasana dimana anak tidak merasa “dinilai” oleh orang lain.
Penilaian terhadap seseorang dapat dirasakan sebagai ancaman, sehingga
menimbulkan kebutuhan akan pertahanan diri.
c. Pendidikan
memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan, dan
perilaku anak, dapat menempatkan diri dalam situasi anak dan melihat dari sudut
pandang anak. Dalam suasana ini anak merasa aman untuk mengungkapkan bakatnya.
Anak akan merasakan kebebasan
psikologis apabila orang tua dan guru memberi kesempatan padanya untuk
mengungkapkan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaanny. Kecuali itu pendidikan
hendaknya berfungsi mengembangkan bakat anak, jangan semata-mata menyajikan
kumpulan pengetahuan yang bersifat skolastik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat sesuatu yang
baru dan berbeda entah sifatnya masih imajiner (gagasan) atau sudah
diekspresikan dalam bentuk suatu karya. Ada hubungan yang erat antara inteligensia dengan
kreativitas. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa untuk menciptakan suatu
produk kreativitas yang tinggi diperlukan tingkat inteligensia yang cukup
tinggi pula. Kreativitas diperoleh dari pengetahuan atau pengalaman hidup.
Pengembangan kreatifitas sangat dipengaruhi oleh
lingkungan, terutama lingkungan keluarga dan sekolah. Sebagai tenaga pendidik guru
tidak dapat mengajarkan kreativitas, melainkan ia hanya dapat memungkinkan
munculnya kreativitas, memupuknya, dan merangsang pertumbuhannya dengan berbagai metode dan cara tertentu. Guru tidak bolah mendikte anak untuk
menjadi seperti apa yang dipikirkan guru tersebut atau menginjeksikan sesuatu
yang berada di kepala orang dewasa kepada anak, tetapi dia menjadi fasilitator
dan pendamping terhadap anak tersebut.
Bakat khusus atau talent adalah kemampuan bawaan
seseorang pada bidang tertentu. Setiap orang mempunyai bakat-bakat tertentu,
masing-masing dalam bidang dan derajat yang berbeda-beda. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan bakat khusus dapat terletak pada anak itu sendiri dan
lingkungannya. Karna itu orang dewas perlu mengarahkan, mmbimbing dan
memfasilitasi bakat khusus yang dimiliki anak dengan terlebih dahulu
mengidentifikasi bakat yang dimiliki anak.
B. Saran
Kreeatifitas dan bakat khusus seharusnya dikembangkan dengan
maksimal agar anak bias berprestasi dalam segala bidang yang sesuai dengan
kemampuannya. Karena itu orang tua dan guru harus dapat memfasilitasi anak agar
kreatifitas dan bakat khusus anak dapat berkembang dengan baik dan maksimal.
saya suka artikelnya
BalasHapustapi aku lebih kaget lagi sama gambar nya
perasaan ku gak bika exo kok exonya nongol
xixixi