Sawyer dan Comer (1991 :
2-5) mengatakan bahwa karya sastra dapat menolong anak untuk memahami dunia
mereka, membentuk sikap-sikap yang positif dan menyadari hubungan yang
manusiawi. Pada dasarnya anak-anak berfikir secara konkret dan nyata sehingga
apa bila guru mampu meggabungkan model pembelajaran dengan sastra akan lebih
bermakna dalam pembelajaran selain guru berusaha memahami anak lewat dunianya
juga berusaha untuk membentuk sikap positif seperti, kesadaran harga diri,
toleransi terhadap orang lain, keingin tahuan tentang hidup. Hingga akhirnya
apa bila kita sebagai calon guru mengetahui apa yang mereka inginkan, dunia
seperti apa yang mereka sukai akan dengan mudah untuk mengolah pembelajaran
yang bermakna bagi peserta didik itu sendiri seperti halnya melalui sastra.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa itu sastra?
2.
Bagaimana pelaksanaan satra?
C. Tujuan
1.
Mengetahui pembelajaran sastra.
2.
Mamahami pentingnya pembelajaran sastra pada siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sastra
Kata sastra pada
awalnya sebenarnya adalah kesusastraan, akan tetapi orang lebih suka
menggunakan istilah sastra. Kata kesusastraan berasal dari bahasa Sansekerta,
yaitu susastra dengan memperoleh iombuhan ke-an. Kata su berarti baik atau
indah, dan kata sastra berarti tulisan atau karangan. Jadi, kesusastraan adalah
semua tulisan atau karangan yang indah dan baik, semua tulisan atau karangan
yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah.
Fungsi sastra bagi
hidup dan kehidupan manusia adalah :
1. Fungsi
reaktif, yaitu fungsi atau manfaat memberikan rasa senang, gembira, dan
menghibur
2. Fungsi
didaktif, yaitu fungsi atau manfaat mengarahkan dan mendidik pembaca karena
mengandung nilai-nilai moral
3. Fungsi
estetika, yaitu fungsi atau manfaat yang dapat memberikan keindahan bagi
pembaca karena bahasanya yang indah
4. Fungsi
moralitas, yaitu fungsi atau manfaat yang dapat membedakan moral yang baik dan
tidak baik bagi pembacanya karena sastra yang baik selalu mengandung
nilai-nilai moral yang tinggi
5. Fungsi
religiusitas, yaitu fungsi atau manfaat yang mengandung ajaran-ajaran agama
yang harus diteladani oleh pembaca
Pelaksanaan
Pembelajaran Sastra
Sastra tidak bisa dikelompokkan ke dalam aspek
ketrampilan berbahasa karena bukan merupakan bidang yang sejenis. Walaupun
demikian, pembelajaran sastra dilaksanakan secara terintegrasi dengan
pembelajaran bahasa baik dengan ketrampilan menulis, membaca, menyimak, maupun
berbicara. Dalam praktiknya, pengajaran sastra berupa pengembangan kemampuan
menulis sastra, membaca sastra, menyimak sastra, dan berbicara sastra.
Berdasarkan
hal di atas, pembelajaran sastra mencakup hal-hal berikut:
1) Menulis
sastra : menulis puisi, menulis cerpen, menulis novel, menulis drama
2) Membaca
sastra : membaca karya sastra dan memahami maknanya, baik terhadap karya sastra
yang berbentuk puisi, prosa, maupun naskah drama
3) Menyimak
sastra : mendengarkan dan merefleksikan pembacaan puisi, dongeng, cerpen,
novel, pementasan drama
4) Berbicara
sastra : berbalas pantun, deklamasi, mendongeng, bermain peran berdasarkan
naskah, menceritakan kembali isi karya sastra, menanggapi secara lisan
pementasan karya sastra
B. Bentuk
Sastra
Secara umum sastra
dibagi dalam 3 bentuk yaitu :
1. Puisi
Puisi adalah karya sastra yang formatnya dipilih dan
ditata dengan cermat sehingga mampu mempertajam kesadaran orang akan suatu
pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama dan makna
khusus. Puisi mencakup satuan yang lebih kecil seperti sajak, pantun, dan
balada.
a) Sajak
Sajak
ialah karya sastra yang berciri mantra, rima, tanpa rima, ataupun kombinasi
keduanya. Kekhususannya jika dibandingkan dengan bentuk sastra lain, terletak
pada kata-katanya yang topang-menopang dan berjalinan dalam arti dan irama.
Rima
ialah pengulangan bunyi berselang dalam sajak, baik di dalam larik (baris)
maupun pada akhir larik-larik yang berdekatan. Agar terasa keindahannya, bunyi
yang berirama itu ditampilkan dalam tekanan, nada, atau pemanjangan suara.
Jenis rima antara lain runtun vocal atau asonansi, purwakanti atau aliterasi,
dan rima sempurna.
b) Pantun
Pantun
adalah salah satu jenis puisi lama yang sangat dikenal dalam bahasa-bahasa
nusantara. Lazimnya pantun terdiri dari empat larik (baris), setiap baris
terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a.
Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun
yang tertulis.
Semua
bentuk pantun terdiri atas dua bagian yaitu sampiran dan isi. Sampiran adalah
dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris
masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua
yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris
terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
2. Prosa
Prosa ialah jenis sastra yang dibedakan dari puisi
karena tidak terlalu terikat oleh irama, rima, atau kemerduan bunyi. Bahasa
prosa dekat dengan bahasa sehari-hari. Yang termasuk prosa antara lain novel,
cerita pendek dan esai.
3. Drama
Drama ialah jenis sastra dalam bentuk puisi atau
prosa yang bertujuan menggambarkan kehidupan lewat lakuan dan dialog (cakapan)
para tokoh.
Disamping tiga jenis bentuk diatas,
seiring dengan kreativitas para pencipta dan seniman sastra, maka bentuk sastra
dikembangkan menjadi berbagai bentuk lain, diantaranya adalah :
1. Syair
Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk
terikat yang mementingkan irama sajak. Syair berasal dari Persia (Iran) dan di
bawa masuk ke Nusantara bersama dengan kedatangan Islam. Kata syair berasal
dari bahasa Arab yaitu Syu’ur yang berarti puisi dalam pengertian umum.
Menurut
isinya, syair dapat dibagi menjadi lima golongan, yaitu :
a) Syair
Panji
Menceritaka tentang
keadaan yang terjadi dalam istana dan keadaan orang-orang yang berada atau
berasal dari dalam istana.
b) Syair
Romantis
Berisi tentang
percintaan yang biasa terdapat dalam cerita pelipur lara, hikayat, maupun
cerita rakyat.
c) Syair
Kiasan
Berisi tentang
percintaan ikan, burung, bunga atau buah-buahan. Percintaan tersebut merupakan
kiasan atau sindiran terhadap peristiwa tertentu
d) Syair
Sejarah
Syair yang berdasarkan
peristiwa sejarah. Sebagian besar berisi tentang peperangan.
e) Syair
Agama
Syair agam dibagi
menjadi 4, yaitu syair sufi, syair tentang ajaran agama, syair riwayat cerita
nabi, dan syair nasihat.
2. Hikayat
Hikayat adalah salah satu bentuk prosa yang
berisikan tentang kisah, cerita, dongeng, maupun sejarah. Umumnya mengisahkan
tentang kehebatan meupun kepahlawanan seserorang lengkap dengan keanehan,
kesaktian, serta mukjizat tokoh utama.
3. Gurindam
Gurindam adalah salah satu bentuk puisi Melayu lama
yang terdiri dari dua baris kalimat dengan iram akhir yang sama, yang merupakan
satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau
perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau
perjanjian pada baris pertama tadi. Ada dua jenis gurindam yang diketahui
yaitu, gurindam lama dan gurindam dua belas.
4. Seloka
Seloka merupakan bentuk puisi Melayu Klasik,
berisikan pepatah maupun perumpamaan yang mengandung senda gurau, sindiran
bahkan ejekan. Biasanya ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair,
kadang-kadang dapat juga ditemui seloka yang ditulis leebih dari empat baris.
5. Karmina
Karmina adalah bentuk lain dari pantun. Karmina
merupakan pantun versi pendek yang terdiri hanya dua baris. Baris pertama
berupa sampirandan baris kedua adalah isi. Memiliki pola sajak lurus (a-a).
Biasanya digunakan untuk menyampaikan sindiran ataupun ungkapan secara
langsung.
6. Talibun
Talibun adalah pantun versi panjang. Talibun
memiliki sampiran dan isi, tetapi lebih dari empat baris, mulai dari 6-20
baris. Berirama abc-abc, abcd-abcd dan seterusnya.
Dilihat
dari isinya, sastra terdiri dari 4 macam yaitu :
1. Epik,
karangan yang melukiskan sesuatu secara obyektif tanpa mengikutkan pikiran dan
perasaan pribadi pengarang
2. Lirik,
karangan yang berisi curahan perasaan pengarang secara subyektif
3. Didaktif,
karya sastra yang isinya mendidik penikmat/pembaca tentang masalah moral,
tatakrama, masalah agama, dll.
4. Dramatik,
karya sastra yang isinya melukiskan sesuatu kejadian (baik atau buruk) dengan
pelukisan yang berlebih-lebihan.
Dilihat
dari sejarahnya, sastra terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Kesusastraan
Lama, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat lama dalam
sejarah bangsa Indonesia. Kesusastraan lama Indonesia dibagi menjadi :
-
Kesusastraan zaman purba
-
Kesusastraan Hindu Budha
-
Kesusastraan Islam
-
Kesusastraan Arab-Melayu
2. Kesusastraan
Peralihan, kesusastraan yang hidup di zaman Abdullah bin Abdulkadir Munsyi.
3. Kesusastraan
Baru, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat baru Indonesia.
C. Pembelajaran
Sastra Anak
Sastra memiliki tempat khusus dalam
perkembangan anak. Karya sastra yang dibaca kepada anak dalam suasana yang
penuh kehangatan dapat merupakan wahana bagi mereka untuk mempelajari dunia
sekitarnya.
1. Nilai-nilai yang terkandung dalam
karya sastra
Karya sastra memenuhi kebutuhan
rohani dan menanamkan berbagai nilai yang tidak dapat terlihat secara langsung.
Anak-anak sering membutuhkan waktu untuk merefleksikan pemahaman mereka yang
memungkinkan mereka memikirkan hasil mempelajari dan memahami sesuatu.
Sawyer dan Comer (1991 : 2-5) mengatakan bahwa karya sastra dapat menolong
anak untuk memahami dunia mereka, membentuk sikap-sikap yang positif, dan
menyadari hubungan yang manusiawi.
a. Memahami Dunia Lewat Sastra
Lewat karya sastra anak-anak dapat mempelajari dan memaknai
dunia mereka, misalnya dengan membaca karya sastra yang melukiskan seorang anak
yang sering menolong, sering disayangi oleh gurunya dan teman-temannya, maka
anak akan mengerti bahwa mereka pun harus bersifat seperti tokoh cerita itu.
Dengan membaca karya sastra mereka sering dapat memahaminya
secara tepat, misalnya seorang anak memahami sedikit perselisihan dengan
temannya dan tidak dapat menemukan penyelesaiannya dengan tepat. Setelah
membaca cerita yang bertemakan “persahabatan” dia dapat menemukan cara-cara
untuk menjalin persahabatan kembali dengan temannya.
b. Membentuk
Sikap Positif
1) Kesadaran
akan Harga Diri
Membaca karya satra yang baik dapat menolong anak
mengembangkan kesan yang positif mengenai diri mereka, karena sastra dapat
menolong anak menemukan dirinya, mengenal perasaannya sendiri. Dengan demikian
anak-anak dapat mengerti bahwa diri mereka normal dan mereka dapat belajar
bahwa tidak perlu selalu merasa bersalah atau memiliki kesadaran akan harga
diri yang rendah.
2) Toleransi
Terhadap Orang Lain
Karya sastra yang baik dapat
menolong anak memahami pentingnya berhubungan dengan orang lain dan mengerti
cara menyesuaikan diri dalam pergaulan. Dengan mempelajari tokoh-tokoh dalam
cerita mengatasi masalah-masalah sosial, anak dapat mulai mengenal peran yang
perlu dilakukan dalam mencapai suatu tujuan dan perlunya membatasi tingkah laku
sendiri serta dapat mengungkap perbedaan antar manusia satu dengan yang lain
dan menerima keadaan orang lain yang berbeda dengan dirinya. Dengan membaca
buku seperti itu, toleransi anak diharapkan dapat berkembang.
3) Keingintahuan Tentang Kehidupan
Anak-anak memiliki keingintahuan tentang dunia sekitar
mereka. Mereka ingin tahu tentang benda dan tempat yang ada disekitar mereka.
Mereka ingin tahu mengenai orang-orang yang berbeda, mereka bangga akan hal
yang telah mereka pelajari. Apabila keingintahuan yang menakjubkan ini
ditanggapi lewat program baca-tulis, termasuk program membacakan karya sastra
anak, akan dapat mendorong keberhasilan pada jenjang sekolah berikutnya dan
dalam kehidupan selanjutnya.
4) Menyadari Hubungan yang Manusiawi
Cerita yang bagus dapat memiliki berbagai dampak yang
positif pada anak. Kegiatan membaca buku kepada anak dapat membuat anak
seolah-olah menjadi pembaca. Lewat berbagai pengalaman seperti ini dapat
terbentuk hubungan yang manusiawi. Misalnya ketika membacakan cerita sampai
pada bagian cerita yang menakutkan, orang tua atau guru dapat menanyakan
perasaan anak. Apabila dia merasa takut dapat dikatakan bahwa anak tidak perlu
takut, karena Tuhan Yang Maha Esa selalu melindungi.
2.
Memilih
Sastra Anak
Dengan memahami anak-anak guru dapat
menanggapinya dengan memilih buku-buku yang bermakna bagi anak. Janganlah guru
memilih buku-buku yang didasarkan pada minat dan keinginannya sendiri.
Buku-buku yang mencerminkan minat anak akan membuat guru dan anak bersemangat
dalam proses belajar mengajar.
Betty Hearne (1991 : 44) menyatakan
bahwa buku anak-anak merupakan tempat bagi emosi yang kuat, bahasa yang tepat,
dan seni yang hebat. Anak-anak seharusnya tidak dibuat bosan dengan
mendengarkan dan membaca buku-buku yang tidak bermutu atau kurang sesuai dengan
mereka. Peran guru adalah membangkitkan semangat, hasrat mengetahui,
berimajinasi dan membaca.
Aspek-aspek buku yang harus
dipertimbangkan bagi anak-anak :
1) Penokohan
Syarat
utama tokoh cerita yang cocok bagi anak-anak ialah :
a. Tokoh utama harus dapat dipercaya
b. Tokoh harus taat asas (konsisten),
maksudnya watak dasar tokoh teteap utuh, tidak diubah-ubah.
c. Tokoh bintang menarik bagi anak,
maksudnya tokoh binatang tersebut harus memberikan pendidikan pada anak dan
diharapkan dengan tokoh ini anak dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap binatang
2) Latar Cerita
3) Alur Cerita
Alur
atau jalan cerita untuk anak-anak harus jelas, sederhana dan sesuai dengan
kehidupan nyata. Agar anak tidak sulit memahami isi cerita.
4) Tema
Illustrator
dalam cerita dapat mempertegas tema cerita yang sesuai. Kita harus bisa memilih
tema yang sesuai dengan perkembangan kehidupan anak.
3. Macam-macam
Karya Sastra Anak
a. Dongeng
Dongeng
merupakan suatu cerita yang hidup dikalangan rakyat yang disajikan dengan cara
bertutur lisan. Pada mulanya dongeng berkaitan dengan kepercayaan masyarakat
yang berkebudayaan primitive.
Jacob
Grimn mengemukakan bahwa dongeng menggambarkan peri kehidupan dan kebudayaan
nenek moyang bangsa Jerman, serta sumber mempelajari bahasa dan menemukan
hukum-hukum bahasa jerman.
Berdasarkan
isinya dongeng digolongkan atas beberapa jenis yaitu legenda, fable, dan cerita
rakyat.
b. Fabel
Fabel
adalah cerita yang digunakan untuk pendidikan moral. Kebanyakan fabel
menggunakan tokoh-tokoh binatang. Selain menggunakan tokoh binatang, ada juga
yang menggunakan manusia atau benda mati sebagai tokoh.
c. Legenda
Legenda
adalah cerita purbakala yang meriwayatkan tentang masa lalu yang belum pasti
kebenarannya. Legenda adalah cerita yang isinya tentang asal usul suatu daerah.
d. Cerita
Rakyat
Cerita rakyat
merupakan cerita yang alurnya mirip dengan legenda, yang mengungkapkan
penyelesaian masalah secara baik dan adil. Cerita rakyat digunakan untuk
menerangkan suatu masyarakat, sejarah, dan gejala alam.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kata sastra pada awalnya
sebenarnya adalah kesusastraan, akan tetapi orang lebih suka menggunakan
istilah sastra. Kesusastraan adalah semua tulisan atau karangan yang indah dan
baik, semua tulisan atau karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang
ditulis dengan bahasa yang indah.
Pembelajaran sastra
dilaksanakan secara terintegrasi dengan pembelajaran bahasa baik dengan
ketrampilan menulis, membaca, menyimak, maupun berbicara.
Sastra memiliki tempat
khusus dalam perkembangan anak. Karya sastra yang dibaca kepada anak dalam
suasana yang penuh kehangatan dapat merupakan wahana bagi mereka untuk
mempelajari dunia sekitarnya.
B.
Saran
Alangkah baiknya apabila
kita nantinya menjadi seorang pendidik untuk dapat mengembangkan sastra di
sekolah dasar karena sastra juga memilki banyak nilai positif yang dapat
ditanamkan pada diri si anak pada usia dini.
Selain itu, sastra itu perlu
dikembangkan agar budaya sastra kita dapat terjaga dan terpelihara dari
generasi ke generasi selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin,
1989. Pengantar Apresiasi karya Sastra.
Bandung : Sinar Baru.
Suchdi,
Darmiayati. 1997. Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia di Kelas Rendah.
Jakarta : Depdikbud.
Tarigan,
Djago. 1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta
: Depdikbud.
Tarigan,
Hendri Guntur. 1986. Prinsip-Prinsip
Dasar Sastra. Jakarta : Erlangga.
Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta :
Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar