BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Secara
umum, menurut Maftuh dan Sapriya (2005:30) bahwa, tujuan Negara mengembankan
Pendidikan Kewarganegaraan agar setiap warga Negara menjadi warga Negara yang
baik (to be good citizens), yakni warga Negara yang memiliki kecerdasan (civic
inteliegence) baik intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual, memiliki
rasa bangga dan tanggung jawab (civic responsibility), dan mampu berpartisipasi
dalam kehidupan masyarakat.
Berdasarkan
pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa PKn sebagai program pengajaran
tidak hanya menampilkan sosok program dan pola KBM yang hanya mengacu pada
aspek kognitif saja, melainkan secara utuh dan menyeluruh yakni mencakup aspek
afektif dan psikomotor. Selain aspek-aspek tersebut PKn juga mengembangkan
pendidikan nilai.
Permendiknas
nomor : 22/2006 tentang standar isi menyatakan pendidikan di Indonesia
diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang memiliki
komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
UU
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 ayat (2)
ditetapkan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat (i) pendidikan agama,
(ii) pendidikan kewarganegaraan, dan (iii) bahasa Indonesia. Di samping itu,
pada Pasal 2 dinyatakan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD
Negara Republik Indonesia. Pada Pasal 3 dikemukakan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembannya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
itu civic skills ?
2. Bagaimana
isi civic skills dalam PKn Sekolah ?
3. Bagaimana
cara pembelajaran Pkn untuk civic skills ?
C.
Ruang Lingkup
1. Pengertian
Civic Skills
2. Isi
civic skills dalam PKn sekolah
3. Cara
pembelajaran PKn untuk civic skills
BAB II
PEMBAHASAN
A. Apa
Itu Civic Skills ?
Komponen esensial kedua dari Civic Education
(Pendidikan Kewarganegaraan) dalam masyarakat demokratis adalah keterampilan
atau kecakapan-kecakapan kewarganegaraan (civic skills). Branson (1998)
menyatakan sebagai berikut :
“If citizens are to
exercise their rights and discharge their responsibilities as members of
self-governing communities, they not only need to acquire a body of knowledge
such as that embodied in the five organizing questions just described, they
also need to acquire relevant intellectual and participatory skill”.
(Jika warga Negara mempraktikkan hak-haknya dan
menunaikan kewajiban-kewajibannya sebagai anggota masyarakat yang berdaulat,
mereka tidak hanya perlu menguasai pengetahuan dasar sebagaimana diwujudkan
dalam lima pertanyaan sebagaimana diuraikan di muka, namun mereka perlu
memiliki kecakapan-kecakapan intelektual dan partisipatoris yang relevan).
Kecakapan-kecakapan intelektual kewarganegaraan
sekalipun dapat dibedakan namun satu sama lain tidak dapat dipisahkan dari
kontennya. Kecakapan berpikir kritis tentang isu politik tertentu, misalnya
seseorang harus memahami terlebih dahulu isu itu, sejarahnya, dan relevansinya
di masa kini, juga serangkaian alat intelektual atau pertimbangan tertentu yang
berkaitan dengan isu itu (Branson, 1998).
Civic
Education yang bermutu itu mampu untuk :
a. Memberdayakan
seseorang untuk mengidentifikasi atau memberi makna yang berarti pada sesuatu
yang berwujud seperti bendera, lambang Negara, lagu kebangsaan, monumen
nasional, atau peristiwa-peristiwa politik dan kenegaraan seperti hari
kemerdekaan.
b. Memberdayakan
seseorang untuk member makna atau arti penting pada sesuatu yang tidak berujud
seperti nilai-nilai ideal bangsa, cita-cita dan tujuan Negara, hak-hak
mayoritas dan minoritas, serta konstitusionalisme.
c. Kemampuan
untuk mendeskripsikan fungsi-fungsi dan proses-proses seperti sistem cheks and
balances atau judicial review menunjukkan adanya pemahaman.
d. Berusaha
mengembangkan kompetensi dalam menjelaskan dan menganalisis.
Dalam masyarakat yang otonom, warga Negara adalah
pembuat keputusan. Oleh karena itu, mereka perlu mengembangkan dan terus
mengasah kemampuan mengevaluasi, mengambil, dan mempertahankan pendapat. Selain
itu masyarakat demokratis harus difokuskan pada kecakapan-kecakapan yang
dibutuhkan untuk partisipasi. Kecakapan tersebut dapat dikategorikan sebagai
interacting, monitoring, and influencing (Branson, 1998).
Kecakapan berinteraksi (interacting) berkaitan
dengan kecakapan-kecakapan warga Negara dalam berkomunikasi (bertanya,
menjawab, dan berunding dengan santun) dan bekerja sama denga orang lain. Kemapuan
berinteraksi meliputi kemampuan berikut :
a) Mendengarkan
dengan penuh perhatian
b) Bertanya
dengan efektif
c) Mengutarakan
pikiran dan perasaan
d) Melalui
konflik melalui mediasi, kompromi dan kesepakatan
Memonitor atau memantau (monitoring) berarti melakukan
pengawasan terhadap sistem politik dan pemerintahan, yang mengisyaratkan pada
kemampuan yang dibutuhkan warga Negara untuk terlibat dalam proses politik dan
perintahan. Kemampuan memantau isu publik meliputi kemampuan berikut :
a) Meriset
isu publik melalui studi pustaka hingga studi lapangan
b) Menghadiri
pertemuan-pertemuan publik
c) Mengamati
proses politik dan pengadilan
Mempengaruhi (influencing) mengisyaratkan pada
kemampuan warga untuk memengaruhi proses-proses politik dan pemerintahan, baik
proses formal maupun informal dalam masyarakat mulai dari level bawah sampai
tingkat pemerintahan pusat. Keahlian mempengaruhi isu publik ini meliputi
kemampuan berikut :
a) Membuat
petisi
b) Berbicara
di depan umum
c) Bersaksi
di depan badan-badan publik
d) Terlibat
dalam kelompok advokasi
e) Membangun
aliansi
f) Memberikan
suara
Voting merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan sebagai alat dalam rangka mempengaruhi jalannya kehidupan politik dan
kebijakan politik. Selain voting, cara lainnya adalah mengajukan petisi
(permintaan secara tertulis yang ditandan tangani oleh lebih dari seorang
kepada pemegang otoritas untuk melakukan sesuatu), berpidato, atau menunjukkan
kebolehan di depan anggota-anggota badan publik, bergabung dengan
kelompok-kelompok advokasi (kelompok tindakan memperjuangkan masyarakat) dan
membentuk koalisi-koalisi. Seperti kecakapan-kecakapan interaksi dan memonitor,
kecakapan memengaruhi dapat dan seyogyanya dikembangkan secara sistematik.
Kecakapan
intelektual (intellectual skills)
|
Mengidentifikasi
(identifying) / menandai menunjukkan
Menggambarkan
(describing) / memberikan ilustrasi atau uraian
Menjelaskan
(explaining) / mengklarifikasi atau menafsirkan
Menganalisis
(analyzing)
Menilai
(evaluating) / mengevaluasi pendapat atau posisi
Mengambil
dan mempertahankan posisi atas suatu isu (taking and defending positions on
public issue)
|
Kecakapan
partisipatoris (participatory skills)
|
Berinteraksi
(interacting) termasuk berkomunikasi terhadap obyek yang berkaitan dengan
masalah-masalah publik
Memantau
(monitoring) masalah politik dan pemerintah terutama dalam penangan
persoala-persoalan publik
Memengaruhi
(influencing) proses politik pemerintah baik secara formal maupun informal
|
1. Isi
Civic Skill PKn
Ada
2 isi dari civic skills, yaitu intellectual skills dan participatory skills.
The
National Standards of Civic and Government dan The Civic Framework for 1998
National Assessment of Educational Progress (NAEP) membuat kategori mengenai
kecakapan-kecakapan ini. Kecakapan-kecakapan intelektual penting untuk seorang
warga negara yang berpengetahuan, efektif, dan bertanggun jawab, disebut
sebagai kemampuan berpikir kritis. Termasuk dalam kecakapan intelektal adalah identifying and describing ; explaining and
analyzing; evaluating, taking, and defending positions on public issues. Kecakapan
partisipatoris dibutuhkan untuk partisipasi yang bertanggung jawab, efektid,
ilmiah, dalam proses politik dan dalam civil society. Termasuk dalam kecakapan
partisipasi adalah interacting,
monitoring, and influencing.
Penyebutan
lain dilakukan oleh National Center for Learning and Citizenship (NCLC) dengan
mengatakan civic skills terdiri atas civic thinking skills dan civic participation skills.
Dikatakan
civic
thinking skills sebagai :
“..
the ability to read and understand information about government or issues such
as that found in the media, to distinguish between facts and opnions in written
text, and to articulate abstract concepts such as democracy. These skills can
also be referenced to the bullet points and questions contained under civic
knowledge”
Sedangkan
civic participation skills adalah :
“the
ability to effectively participate through the analysis of public issues,
leadership, group mobilization and communication. Participatory skills also
refer to a student’s ability to resolve
conflicts as part of a group, be part of an informed discussion about a
candidate, monitor an issue and understand various communications issued at the
time of elections.
John
J. Patrick dalam “Introduction to Educationfor Civic Engagement in Democracy”
(2000) membuat kategori kecakapan intelektual dan partisipatoris sebagai
berikut.
1. Intellectual
civic skills
a. Identifying
and describing information anout political and civic life.
b. Analyzing
and explaining information about political and civic life.
c. Synthesizing
and explaining information about political and civic life.
d. Evaluating,
taking, and defending positions on public events and issues.
e. Thinking
critically about conditions of political and civic life.
f. Thinking
constructively about how to improve political and civic life.
2. Participatory
civic skills
a. Interacting
with other citizens to promote personal and common interest.
b. Monitoring
public events and events.
c. Deliberating
and making decisions on public issues.
d. Implementing
policy decision on public issues.
e. Taking
action to improve political and civic life.
Mary Kirlin dalam “Civic Skills Building
: The Missing Component in Service Programs?” (2002) menyatakan civic skills
terdiri dari cognitive and participatory skills disamping adanya civic
knowledge. Antara civic skills terutama cognitive skills and civic knowledge
tidak bisa dipisahkan sebagaimana dikemukakan bahwa Branson (1988) bahwa
“Intellectual skills in civics and government are inseparable from content.”
Ketiga ranah ini oleh Kirlin digambarkan sebagai berikut.
Civic Skills
|
Underlying Knowledge and skills
|
Monitoring public events and issues
|
·
Understands distinctions between
three sectors of society (public, nonprofit and private)
·
Understands context for events and issues (what happened and why)
·
Capacity to acquire and
thoughtfully review news (read the local newspaper)
|
Deliberating
about public policy issues
|
·
Think critically about issues
·
Understand multiple perspectives
on issues
|
Interacting
with other citizens to promote personal and common interests
|
·
Understand democratic society
(collective decision making as norm)
·
Capacity to articulate individual
perspective and interests
·
Work with others to define a
common objective
·
Create and follow a work plan to
accomplish a goal.
|
Influencing
policy decision on public issues
|
·
Identift devision makers and
institutions
·
Understand appropriate vehicles
for influencing decisions.
|
Melalui tulisannya tahun 2003 berjudul
“The Role of Civic Skills in Fostering Civic Engagement” Kirlin mengelompokkan civic
skills dalam 4 kategori, yaitu 1) organization 2) communication 3) collective
decision making, dan 4) critical thinking. Pengkategorian ini didasarkan atas
penelusurannya dari berbagai pandangan para ahli sebelumnya mengenai civic
skills. Berasarkan 4 kategori ini, cakupan civic skills meliputi :
No
|
Kategori
|
Cakupan
|
1
|
Organization
|
a. Knowledge
of how to cope in an organizational setting
b. Plan
strategies
c. Have
“real responsibilities, challenging tasks”
d. Help
to plan the project
e. Organizing
f. Implementing
policy decisions on public issues
g. Taking
action to improve political and civic life
h. Attend
a meeting where decisions are made
i.
Plan such a meeting
|
2
|
Communication
|
a. Profiency
in English
b. Vocabulary
c. Write
a letter
d. Make
a speech or presentation
e. Communication
of our thoughts and actions, both vertically to our leaders and
representatives, and horizontally, to our fellow citizens
f. Speech,
argument and persuasive communication are all important elements of
democratic literacy
g. Public
speaking
h. The
ability to interpret political communication (leaflets and cartoons)
i.
Monitoring public events and
issues
j.
Influencing policy decisions on
public issues
k. Implementing
policy decisions on public issues
l.
Taking action improve political
and civic life
|
3
|
Collective
decision-making
|
a. Listening,
understanding places and interests of other in the community
b. Archieve
compromises and solve problems when conflict occurs
c. Identify
and solve public problems
d. Work
in a team
e. Make
important decisions
f. Practice
in dealing with difficult decisions for which there are no right or wring
answers
g. Build
cooperative relationship between equals.
h. Listen,
judge, discuss, confer and act on concerms
i.
Perspective taking skills
j.
Interacting with other citizen t
promote personal and common interests
k. Deliberating
and making decisions about public pooiciy issues
|
4
|
Critical thinking
|
a. Identifying
and describing information about political and civic life.
b. Analyzing
and explaining information about political and civic life
c. Evaluating,
taking and defending positions on public events and issues
d. Thinking
critically about conditions of political and civic life
e. Thinking
constructively about how to improve political and civic life.
|
Selanjutnya dicontohkan penerapannya
dalam sekolah, yaitu civic knowledge dan
cognitive civic skills di Colorado
Model Content Standards for Civics.
Torney-Purta dan Vermeer (2004))
memberikan contoh tentang penjabaran civic skills yang terdiri atas
keterampilan berpikir (aspek kognitif, intelektual) disebut dengan intellectual civic skills atau cognitive civic skills atau civic thinking skill dan keterampilan
dalam hubungannya dengan kemampuan berpartisipasi terlibat dalam kebijakan
publik disebut participatory skills
atau civic participation skills.
2. Civic Sklls Dalam Pkn Sekolah
Dalam
buku pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian mata pelajaran
kewarganegaraan yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2004)
dikemukakan bahwa garis besar mata pelajaran kewarganegaraan (civic knowledge),
keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan nilai-nilai kewarganegaraan
(civic values). Tentang keterampilan kewarganegaraan disebutkan meliputi
keterampilan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, berperan
serta aktif mewujudkan masyarakat madani (civil society), keterampilan
mempengaruhi dan memonitoring jalannya pemerintahan dan proses pengambilan
keputusan berpolitik, keterampilan memecahkan masalah sosial, keterampilan
mengadakan koalisi, kerjasama, dan mengelola konflik.
Isi
civic skills diatas nampaknya tidak mencakup intelektual civic skills yang
sesungguhnya merupakan bagian pula dari civic skills sebagaimana dikemukakan
para ahli. Yang dimaksud civic skills dalam buku terbitan Diknas tersebut
adalah participatory civic skills atau keterampilan partisipatif: keterampilan
mempengaruhi jalannya pemerintahan, pengambilan keputusan publik, berkoalisi,
mengelola konflik, dan sebagainya. Sedangkan untuk keterampilan intelektual
kewarganegaraan adalah keterampilan intelektual yang rujukan materinya
bersumber pada mata pelajaran Kewarganegaraan (Diknas, 2004).
Udin
S Winataputra (2001) melalui hasil penelitiannya mengidentifikasikan adalah
butir-butir dari komponen keterampilan /kecakapan kewarganegaraan. Butir-butir
kecakapan kewarganegaraan yang disajikan ini dapat dipakai sebagai rujukan bagi
materi pembelajaran PKn baik di tingkat sekolah maupun perguruaan tinggi di
Indonesia. Butir-butir terebut sebagai berikut.
a. Kemampuan
berkomunikasi secara argumentatif dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar
atas dasar tanggung jawab sosial.
b. Kemampuan
berorganisasi dalam lingkungan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab
sosial.
c. Kemampuan
berpartisipasi dalam lingkungan sekolah atau masyarakat secara cerdas dan penuh
dengan tagggung jawab personal dan sosial.
d. Kemampuan
mengambil keputusan individual dan atau kelompok secara cerdas dan bertanggung jawab.
e. Kemampuan melaksanakan keputusan individual dan atau
kelompok sesuai dengai konteksnya secara bertanggung jawab.
f. Kemampuan berkomunikasi secara cedas dan etis sesuai
dengan konteksnya.
g. Kemampuan memengaruhi kebijakan umum sesuai dengan
norma yang berlaku dalam konteks sosial budaya lingkungan.
h. Kemampuan membangun keja sama dengan dasar toleransi,
salaing pengertian dan kepentingan bersama.
i.
Kemampuan untuk berlomba-lomba untuk
berprestasi lebih baik dan lebih bermanfaat.
j.
Kemampuan turut serta aktif membahas
masalah sosial secara cerdas dan bertanggung jawab.
k. Kemampuan
menentang berbagai bentuk pelecehan terhadap keterampilan waga negara (civic
skills) dengan cara yang dapat diterima secara sosial dan budaya.
l.
Kemampuan turut serta mengatasi konflik
sosial dengan cara yang bai kdan dapat diterima.
m. Kemampuan
memimpin menganalis masalah sosial secara kritis dengan menggunakan aneka
sumber yang ada.
n. Kemampuan
memimpin kegiatan kemasyarakatan secara bertanggung jawab.
o. Kemampuan
meberikan dukungan yang sehat dan penuh rasa tanggung jawab kepada calon
pemimpin dalam lingkungannnya
p. Siswa
memiliki kemampuan memberikan dukungan yang sehat dan tulus terhadap pimpinan
yang terpilih secara demokratis
q. Kemampuan
menunaikan berbagai kewajiban sosial sebagai anggota masyarakat dengan penuh
kesadaran.
r.
Kemampuan membangun saling pengertian antar suku,
agama, ras, dan golongan guna memelihara keutuhan dan semangat kekeluargaaan.
s. Kemampuan berusaha membangun saling pengertian antar
bangsa melalui berbagai media komunikasi yang tersedia
t.
Kemampuan berusaha untuk meningkatkan
kemampuan pribadi dan kegiatan sosial budaya dengan kesadaran untuk berbuat
yang lebih baik.
Jika kita analisis
pendapat Udin S Winataputra di atas, tampak pula bahwa yang dimaksudkan civic
skills atau keterampilan kewarganegaraan hanyalah mencakup keterampilan
partisipatif peserta didik, tidak dimaksudkan meliputi ketrampilan intelektual kewarganegaraan. Ini dapat kita lihat dari
beberapa rumusan kata kerja; seperti kemampuan berkomunikasi, berorganisasi,
berpartisipasi, mengambil keputusan, melaksanakan keputusan, memengaruhi,
membangun kerjasama, turut aktif membahas, menentang berbagai bentuk pelecehan,
memimpin kegiatan dan sebagainya.
Oleh karena itu kita
bisa membuat pembeda civic skills dalam pengertian luas dan sempit. Secara luas
civic skills mencakup intellectual civic skils (cognitive civic skills) dan
paticipatory civic skills seperti dimaksudkan para ahli. Sedangkan dalam arti
sempit yang dimaksud civic skills adalah participatory civic skills atau
keterampilan kewarganegaraan, seperti dicontohkan Buku Pedoman Khusus
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan yang
dikeluarkan oleh DIKNAS (2004) dan pendapat dari Udin S Winataputra (2001).
B. Apa
Isi Civic Skills dalam PKn SD, SMP, dan SMA ?
1. Isi
Civic Skills PKn SD/MI
Tabel 5.3 Dimensi Keterampilan
Kewarganegaraan (civic skills) pada PKn sekolah tingkat SD/MI
Kelas
|
Semester
|
Dimensi
Kerampilan Kewarganegaraan (Civic Skills)
|
I
|
1
|
Menerapkan
hidup rukun di rumah dan sekolah
Melaksanakan
tata tertib di rumah dan di sekolah
|
|
2
|
Melaksanakan
hak anak di rumah dan di sekolah
Mengikuti
tata tertib di rumah dan di sekolah
Melaksanakan
aturan yang berlaku di masyarakat
|
II
|
1
|
Melaksanakan
hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong di rumah dan di sekolah
Melaksanakan
pemeliharaan lingkungan alam
|
|
2
|
Melaksanakan
perilaku jujur, disiplin dan senang bekerja dalam kegiatan sehari-hari
|
III
|
1
|
Mengamalkan
nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam kehidupan sehari-hari
Melaksanakan
aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitar
|
|
2
|
Menampilkan
perilaku yang mencerminkan harga diri
Menampilkan
rasa bangga sebagai anak Indonesia
|
IV
|
1
|
-
|
|
2
|
-
|
V
|
1
|
-
|
|
2
|
Menampilkan
peran serta dalam memilih organisasi sekolah
|
VI
|
1
|
Meneledani
nilai-nilai juang para tokoh yang berperan dalam proses perumusan Pancasila
Sebagai Dasar Negara dalam kehidupan sehari-hari
|
|
2
|
-
|
2. Isi
Civic Skills PKn SMP/MTs
Tabel 5.4 Dimensi Keterampilan Kewarganegaraan
(civic skills) pada PKn Sekolah tingkat SMP/MTs
Kelas
|
Semester
|
Dimensi Keterampilan
Kewarganegaraan (civic skills)
|
VII
|
1
|
Menerapkan
norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, dan peraturan yang berlaku dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
|
|
2
|
Menampilkan perilaku
kemerdekaan mengemukakan pendapat
Mengaktualisasikan
kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab
|
VIII
|
1
|
Menampilkan perilaku
yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
Menampilkan ketaatan
terhadap perundang-undangan nasional
|
|
2
|
-
|
IX
|
1
|
Menampilakan
partisipasi dalam usaha pembelaan negara
Menampilkan peran
serta dala usaha pembelaan negara
|
|
2
|
Menampilkan prestasi
diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa
Menampilkan peran
serta dalam berbagai aktiitas untuk mewujudkan prestasi diri sesuai kemampuan
demi keunggulan bangsa
|
3. Isi
Civic Skills PKn SMA/MA
Table 5.5
Dimensi Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) pada PKn Sekolah Tingkat SMA/MA
Kelas
|
Semester
|
Dimensi
Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills)
|
X
|
1
|
Menunjukkan semangat
kebangsaan, nasionalisme dan patriotism dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
Menampilkan peran
serta dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia
Menampilkan peran
serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan penegakan HAM di Indonesia
|
|
2
|
Menampilkan peran
serta dalam sistem politik di Indonesia
|
XI
|
1
|
Menampilkan peran
serta budaya politik partisipan nasional
Menampilkan perilaku
budaya demokrasi dalam kehidupan sehari-hari
|
|
2
|
-
|
XII
|
1
|
-
|
|
2
|
Meempersentasikan
tulisan tentang pengaruh globalisasi terhadap Bangsa dan Negara Indonesia
|
C. Bagaiman
Pembelajaran PKn untuk Civic Skills ?
1. Mendesain
Pembelajaran PKn untuk Civic Skills
Secara umum desain pembelajaran tersebut memuat
tahap-tahap :
-
Pertama : merumuskan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai, yaitu ranah civik skills siswa
-
Kedua : merumuskan materi PKn yang
nantinya akan dijadikan bahan belajar
-
Ketiga : merumuskan model sekaligus didalamnya
metode pembelajaran yang sesuai
-
Keempat : mengembangkan media
pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi dan mengarah pada pencapaian
tujuan
-
Kelima : mengembangkan alat evaluasi
yang mampu mengukur ketercapaian civic skills siswa.
2. Model
dan Metode yang Digunakan
a. Model
Reflektive Inquiry
Inti
dari pengorganisasian yang berpusat pada berfikir reflective adalah
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan atau decision makiking skills.
Kemampuan ini secara esensial berfungsi saling melengkapi dengan kemampuan
memecahkan masalah atau problem solving skills yang di kembangkan dalam
pengajaran ilmu sosial yang yang berorientasi pada karakter ilmu sosial.
b. Model
Berfikir Induktif
Model
berfikir induktif di rancang dan di kembangkan oleh Hilda Taba (1996) dengan
tujuan untuk mendorong para pelajar menemukan dan mengorganisasikan informasi,
menciptakan nama suatu konsep, dan menunjukan terampil dalam melakukan
pengetahuan. Model ini menjajaki berbagai cara yang dapat menjadikan para
pelajar lebih terampil dalam menyikapi dan mengorganisasikan informasi, dan
dalam melakukan pengetasan hipotesis yang melukiskan hubungan antardata.
c. Model
Inquiry Training
Model
latihan penelitian atau inquiry training. Model ini di rancang untuk melibatkan
para pelajar dalam proses penalaran mengenai hubungan sebab akibat dan
menjadikan mereka lebih fasih dan cermat dalam mengajukan pertanyaan, membangun
konsep, merumuskan, dan mengetes hipotesis. Model ini sangat tepat untuk
diadaptasi dalam PKn.
d. Model
Yurisprudensial
Merupakan
model yang melibatkan proses intelektual yang relative lebih rumit. Dasar dari
model ini ialah proses kesepakatan sosial atau sosial negotiatiaon. Model ini
menuntut para pelajar untuk menguji dirinya sendiri, perilaku kelompok dan
proses sosial yang lebih besar. Model ini tepat untuk diadaptasi dalam PKn
terutama dalam mengembangkan keterampilan sosial warga negara.
e. Model
Sosial Inquiry
Model Penelitian
Sosial atau Social Inquiry di kembangkan atas dasar kerangka konseptual yang
sama dengan model penelitian ilmiah yang diterapkan dalam bidang ilmu-ilmu alamiah dan model penelitian
sosial dalam bidang ilmu-ilmu sosial. Walaupun model sosial ini dirancang
secara khusus untuk mencapai tujuan akademis, seperti latihan berfikir dan
pembangunan konsep.
Dalam
pelaksanaan model mengajar dan social inquiry, para siswa diatur dalam bentuk
struktur sosial yang sederhana. Mereka akan membentuk sosial yang berubah atau
bergerak dari tiap tahap berikutnya. Model social inquiry dapat di adaptasi
dalam pembelajaran PKn khususnya untuk mengembangkan kompetensi perilaku sosial
warga negara dan lebih tepat untuk memperkuat mutu pembelajaran dalam kegiatan
Praktek Belajar Kewarganegaraan (PBK).
Tahap-tahap pelaksanaan dalam model
social inquiry sosial meliputi : orientasi,
hipotesis, definisi, eksplorasi, dan generalisasi. Pada tahap orientasi siswa,
siswa menetapkan masalah sosial yang akan di jadikan pembahasan kelas. Guru
memberi bantuan denagn menciptakan suasana kondusif. Pada tahap hipotesis,
siswa merumuskan jawaban sementara atas masalah tersebut. Jawaban yang muncul
di kelas dapat lebih dari satu. Tahap definisi, siswa mengadakan pembahasan
tentang pengertian, istilah, dan konsep di hipotesis. Pada tahap eksplorasi,
siswa menguji hipotesis dengan mengajukan sejumlah asumsi melalui pola berfikir
deduktif. Dalam hal ini hipotesis di uji secara logis. Pada tahap pembuktian,
siswa melakukan pengumpulan data di lapangan, dianalisis dan di hubungkan
dengan hipotesis. Dengan demikian hipotesis di uji secara empiris benar atau
tidaknya. Pada tahap akhir siswa melakukan generalisasi, yaitu menyusun
peryataan yang terbaik untuk memecahkan masalah. Apabila terdapat dua hipotesis
yang menunjukkan hasil pembuktian yang dapat di terima, maka
hipotesis-hipotesis itu dipertahankan bersama alternative-alternatif.
Sedangkan model pembelajaran yang
dapat di gunakan terutama dalam rangka mengembangkan keterampilan partisipasi
(participation civic skill) biasanya model pembelajaran yang bersifat langsung
atau berbentuk situasi nyata, seperti melakukan kunjungan atau tatap muka ke
pejabat public, pawai di jalan, mimbar bebas, atau demonstrasi.
Beberapa hasil penelitian telah
mencoba menghubungkan antara model pembelajaran dengan kecakapan atau
ketrampilan kewarganegaraan ini. Penelitian Vini Agustiani Hadian (2009)
berjudul “Penerapan Metode Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Ketrampilan Kewarganegaraan
Siswa” menyatakan bahwa metode pemecahan masalah merupakan strategi
pembelajaran yang dapat meningkatkan ketrampilan kewarganegaraan siswa karena
di dalamnya berlandaskan pada masalah yang memerlukan solusi melalui proses
berfikir terstruktur yang dapat dipertanggungjawabkan. Masalah yang disajikan
tersebut juga melatih keterampilan berfikir kritis, kemampuan menganalisis dan
mencari solusi, partisipasi aktif dalam pembelajaran, dan kerjasama dalam
menyelesaikan masalah.
Penelitian Rohsidin (2010) berjudul
“Efektifitas model pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan berbasis masalah
dalam menigkatkan kecakapan kewarganegaraan siswa SMP (PTK pada kelas VII-2 SMP
N 1 Gabungan Wetan Kab Indramayu memberikan hasil bahwa ada perubahan perilaku
demokratis siswa setelah mengikuti pembelajaran PKn berbasis masalah. Perilaku
itu seperti menghargai pendapat orang lain, menghargai perbedaan pendapat,
memberi kesempatani pada orang lain untuk berbicara, menerima kritikan atau
masukan dari orang lai.
Penelitian Ersa Kurniasari (2010)
menyatakan bahwa model pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berbasis inquiry
untuk meningkatkan kecakapan kewarganegaraan siswa pada konsep kemerdekaan
mengemukakan pendapat. Dan penelitian tersebut terdapat kesimpulan, yakni : pembelajaran
inquiry berpengaruh signifikan terhadap kecakapan kewarganegaraan yang meliputi
kecakapan intelektual dan kecakapan partisipasi. Pembelajaran inquiry memiliki
nilai rata-rata lebih besar dari pembelajaran konvensional terhadap kecakapan
intelektual. Demikian pula hasil pembelajaran model inquiry memiliki nilai
rata-rata lebih besar dari pembelajaran konvensional terhadap kecakapan
terpartisipasi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jika
warga Negara mempraktikkan hak-haknya dan menunaikan kewajiban-kewajibannya
sebagai anggota masyarakat yang berdaulat, mereka tidak hanya perlu mmenguasai
pengetahuan dasar sebagaimana diwujudkan dalam lima pertanyaan sebagaimana
diuraikan dimuka, namun mereka perlu memiliki kecakapan-kecakapan intelektual dan
partisipatoris yang relevan.
B.
Saran
Kita sebagai
warga Negara Indonesia sudah sepatutnya belajar PKn agar dapat mengembangkan
civic skills kita untuk masa depan bangsa Indonesia yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Winarno.
2013. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
isi, strategi dan .......pembelajaran.
Jakarta : Bumi Aksara.
Sangat inspiratif
BalasHapusTerimakasih mas, Anda menggunakan tulisan di buku saya ,
BalasHapusMhn dishare, tetapi tetap dg etika akademik selalu menyertakan sumber nya
Salam sukses dari Solo
If you're trying to burn fat then you absolutely have to get on this brand new personalized keto meal plan.
BalasHapusTo design this keto diet, licensed nutritionists, personal trainers, and cooks united to develop keto meal plans that are powerful, decent, money-efficient, and fun.
Since their launch in January 2019, thousands of individuals have already transformed their body and well-being with the benefits a certified keto meal plan can offer.
Speaking of benefits: clicking this link, you'll discover eight scientifically-confirmed ones offered by the keto meal plan.