BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pada
hakikatnya tujuan membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi,
mencakup isi dan memahami makna bacaan. Selain itu, membaca merupakan
keterampilan dasar, ini menunjukan bahwa keterampilan membaca perlu dimiliki
setiap orang karena mempunyai peranan yang sangat penting.
Membaca
juga merupakan salah satu jenis keterampilan yang bersifat reseptif. Disebut
reseptif karena dengan membaca, seseorang akan dapat memperoleh informasi, ilmu
dan pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh dari
bacaan akan memungkinkan pembaca untuk mampu mempertinggi daya pikirnya,
mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya. Pernyataan tersebut
menekankan tentang pentingnya membaca bagi peningkatan kualitas diri seseorang.
Seseorang
akan ‘gagap teknologi’ dan ‘gagap informasi’ apabila jarang atau tidak pernah
melakukan kegiatan membaca. Informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
budaya, politik, sosial kemasyarakatan dan berbagai informasi aktual lainnya
senantiasa berkembang pesat dari hari ke hari. Segala macam informasi dan
perkembangan zaman tersebut selain dapat diikuti dari media elektronik misalnya
TV, juga dapat diikuti melalui media cetak dengan cara membaca.
Dari
penelasan diatas dapat dikemukakan bahwa kegiatan membaca mempunyai berbagai
macam tujuan dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang yang akan
melakukan kegiatan membaca tentu mempunyai maksud mengapa dia perlu membaca
teks tersebut yang selanjutnya dapat mengambil manfaat setelah kegiatan membaca
berlangsung.
Adapun
manfaat kegiatan membaca antara lain sebagai media rekreatif, media aktualisasi
diri, media informatif, media penambah wawasan, media untuk mempertajam
penalaran, media pembentuk kecerdasan emosi dan spiritual dan sebagainya.
Dengan
demikian, kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapa
pun yang ingin maju dan meningkatkan diri. Oleh karena itu, metode pembelajaran
membaca permulaan ditingkat SD kelas satu dan dua mempunyai peranan penting
sebagai modal awal dalam mengembangkan kualitas membaca seorang siswa ditingkat
lebih tinggi.
B. Rumusan
Masalah
1. Apakah
pengertian Membaca Permulaan ?
2. Bagaimanakah
tujuan Membaca Permulaan ?
3. Apa
sajakah Metode yang digunakan dalam pembelajaran Membaca Permulaan ?
4. Faktor-faktor
apa sajakah yang menyebabkan anak mengalami kesulitan Membaca Permulaan ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan
pengertian Membaca Permulaan.
2. Menjelaskan
tujuan Membaca Permulaan.
3. Menjelaskan
Metode yang digunakan dalam pembelajaran Membaca Permulaan.
4. Menyebutkan
faktor-faktor yang menyebabkan anak mengalami kesulitan Membaca Permulaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Membaca Permulaan
Membaca
permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar
kelas awal. Pada waktu anak belajar membaca, ia belajar mengenal kata demi
kata, mengejanya, membedakannyadengan kata-kata lain. Misalnya padi dan pagi,
ibu dan ubi. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai
teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu
guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu
menumbuhkan kebisaan membaca sebagai suatu yang menyenangkan.
Pada
tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki keterampilan kemampuan
membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh
keterampilan / kemampuan membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan
belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat
menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut, untuk memperoleh kemampuan
membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan lambang-lambang
tulis, penguasaan kosakata untuk memberi arti dan memasukkan makna dalam kemahiran
bahasa.
Menurut
Darwadi (2002) menyatakan bahwa:
Membaca
permulaan merupakan tahap awal dalam belajar membaca yang difokuskan kepada
mengenal simbol-simbol atau tanda-tanda yang berkaitan dengan huruf-huruf
sehingga menjadi pondasi agar anak dapat melanjutkan ketahap membaca permulaan.
Membaca
permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar
kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai
teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu
guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu
menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai sesuatu yang menyenangkan. Suasana
belajar harus dapat diciptakan melalui kegiatan permainan bahasa dalam
pembelajaran membaca. Hal itu sesuai dengan karakteristik anak yang masih
senang bermain. Permainan memiliki peran penting dalam perkembangan kogniti dan
sosial anak.
Kemampuan
membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar,
yakni kemampuan melek huruf. Maksudnya, anak-anak dapat mengubah dan melafalkan
lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada tahap ini sangat
dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambang-lambang huruf yang dibacanya
tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambang bunyi-bunyi tersebut.
Membaca
permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan dalam teori
keterampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian membaca secara
mekanikal. Mebaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses
recording dan decoding. Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan
psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara
visual. Dengan indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar
bunyi serta kombinasi. Melalui proses recording, pembaca mengasosiasikan
gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya. Dengan
proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma menjadi rangkaian
bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat yang bermakna.
Disamping
itu, pembaca mengamati tanda-tanda baca untuk membantu memahami maksud
baris-baris tulisan. Proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah
informasi. Melalui proses decoding, gambar-gambar bunyi dan kombinasinya
diidentifikasi, diuraikan kemudian diberi makna. Proses ini melibatkan
knowledge of the world dalam schemata yang berupa kategorisasi sejumlah
pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan.
Membaca
permulaan merupakan saat kritis dan strategik di kembangkannya kemampuan
membaca tanpa teks yaitu membaca dengan cara menceritakan gambar situasional
yang tersedia. Pengembangan yang tepat pada membaca permulaan ini perlu sekali,
biasanya yang paling cocok dan sesuai alarn anak yaitu membaca sambil bermain
misalnya membaca menggunakan permainan kartu kata bergambar.
Menurrut
La Barge dan Samuels proses membaca permulaan melibatkan tiga komponen, yaitu
visual memory, phonological memory, dan semantic memory. Pada tingkat visual
memory, huruf, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis, sedangkan pada
tingkat phonological memory terjadi proses pembunyian lambang. Lambang tersebut
juga dalam bentuk kata dan kalimat. Akhirnya pada tingkat semantic memory
terjadi proses pemahaman terhadap kata dan kalimat.
Selanjutnya
dikemukakan bahwa untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat,
yaitu kemampuan membunyikan lambang-lambang tulis, penguasaan kosakata untuk
member arti, dan memasukkan makna dalam kemahiran bahasa. Pada tingkatan
membaca permulaan,pembaca belum memiliki keterampilan kemampuan membaca yang
sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan
atau kemampuan membaca.
B. Tujuan
Membaca Permulaan
Tujuan
membaca permulaan tidak terlepas dari tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan
pengajaran pada khususnya. Tujuan pengajaran membaca permulaan pada dasarnya
adalah memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan siswa untuk menguasai
teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik dan benar.
Menurut
Ritawati (1996:43) tujuan pengajaran membaca permulaan adalah “agar siswa dapat
membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat. Pengajaran
membaca permulaan disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan kejiwaan
peserta didik”.
Pembelajaran
membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk
menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini
sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to read). Membaca
lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan
yang terkandung dalam tulisan. Tingkatan ini disebut sebagai membaca untuk
belajar (reading to learn). Kedua tingkatan tersebut bersifat kontinum, artinya
pada tingkatan membaca permulaan yang fokus kegiatannya penguasaan sistem
tulisan, telah dimulai pula pembelajaran membaca lanjut dengan pemahaman
walaupun terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut menekankan pada pemahaman
isi bacaan, masih perlu perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik membaca
permulaan.
C. Metode
yang digunakan dalam pembelajaran Membaca Permulaan
1. Metode
Eja
Pembelajaran Membaca
Permulaan dengan metode ini memulai pengajarannya dengan mengenalkan
huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut dilafalkan anak sesuai
bunyinya menurut abjad. Setelah melalui tahapan ini , para siswa diajak untuk
berkenalan dengan suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah
dikenalnya.
Misalnya :
·
b, a – ba (dibaca be.a – ba), d,u – du
(dibaca de.u – du), ba-du dilafalkan badu
·
b, u, k, u menjadi b.u – bu (dibaca be.u
– bu), k.u – ku (dibaca ka.u – ku)
2. Metode
Bunyi dan Abjad
Proses Pembelajaran
Membaca Permulaan dengan metode bunyi hampir sama dengan metode eja, hanya saja
perbedaannya terletak pada sistem pelafalan abjad atau huruf.
Misalnya :
·
b dilafalkan /beh/
·
d dilafalkan /deh/
·
c dilafalkan /ceh/
·
g dilafalkan /geh/
·
p dilafalkan /peh/ dan sebagainya.
Dengan demikian kata “nani” dieja menjadi :
En.a – na
En.i – ni – dibaca – na-ni
Metode abjad yaitu na,na-nana
Metode ini sebenarnya
merupakan bagian dari metode eja. Prinsip dasar proses pembelajarannya tidak
jauh berbeda dengan metode eja/abjad. Perbedaannya hanya terletak pada cara
atau sistem pembacaan (pelafalan) abjad. Beda antara metode abjad, huruf
diucapkan sebagai abjad, sedangkan pada metode bunyi huruf diucapkan sebagai
bunyi.
3. Metode
Suku Kata dan Metode Kata
Langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan
dengan metode suku kata adalah:
a. Tahap
pertama, pengenalan suku-suku kata
Misalnya : ba, bi, be, bu, bo, ca, ci, cu, ce, co,
da, di, du, de, do
b. Tahap
kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata
Misalnya : ba-bu ca-ci du-da ku-ku
c. Tahap
ketiga, perangkaian kata menjadi kalimat sederhana
Misalnya : ka-ki ku-da, ba-ca bu-ku, cu-ci ka-ki
d. Tahap
keempat, pengintegrasian kegiatan perangkaian dan pengupasan (kalimat kata-kata
– suku kata – kata).
4. Metode
Global
a. Memperkenalkan
gambar dan kalimat
b. Menguraikan
salah satu kalimat menjadi kata; kata menjadi suku kata; suku kata menjadi
huruf-huruf.
Misalnya : ini mimi
i-n-i mi-mi
i-n-i m-i-m-i
5. Metode
SAS (Struktural Analitik Sintetik)
SAS merupakan salah
satu jenis metode yang biasa digunakan untuk proses pembelajaran membaca dan
menulis permulaan bagi siswa pemula.
Dalam hal ini Momo (1979) mengungkapkan beberapa cara, metode ini dibagi
menjadi dua tahap, yakni : tanpa buku dan menggunakan buku.
a. Tahap
tanpa buku, dengan cara :
1) Merekam
bahasa siswa, bahasa yang digunakan oleh siswa dalam percakapan mereka, direkam
untuk digunakan sebagai bahan bacaan. Karena bahasa yang digunakan sebagai bahan
bacaan adalah bahasa siswa sendiri maka siswa tidak mengalami kesulitan.
2) Menampilkan
gambar sambil bercerita. Dalam hal ini guru memperlihatkan gambar kepada siswa,
sambil bercerita seperti gambar tersebut. Kalimat-kalimat yang digunakan guru
dalam bercerita itu digunakan sebagai pola dasar bahan bacaan.
Contoh : guru memperlihatkan gambar seorang anak
yang sedang menulis sambil bercerita, misalnya : ini Adi, Adi sedang duduk
dikursi.
3) Membaca
gambar
Contoh : guru memperlihatkan gambar seorang ibu yang
sedang memegang sapu, sambil mengucapkan kalimat “ini ibu”. Siswa melanjutkan
bacaan tersebut dengan bimbingan guru.
4) Membaca
gambar dengan kartu kalimat.
Setelah siswa dapat membaca gambar dengan lancar,
guru menempatkan kartu kalimat gambar dibawah. Untuk memudahkan pelaksanaan
dapat digunakan media papan slip atau papan flanel, kartu kalimat, kartu kata,
kartu huruf, kartu gambar. Dengan menggunakan media seperti itu untuk
menguraikan dan menggabungkan kembali akan lebih mudah.
5) Membaca
kalimat secara struktural (S).
Setelah siswa dapat membaca tulisan dibawah gambar,
sedikit demi sedikit gambar dikurangi sehingga ahirnya mereka dapat membaca
tanpa dibantu gambar. Dalam kegiatan ini yang digunakan kartu-kartu kalimat
serta papan slip atau flanel. Dengan dihilangkan gambar maka yang dibaca siswa
adalah kalimat.
Misalnya
: ini bola
ini bola Adi
6) Proses
Analitik (A).
Sesudah siswa dapat membaca kalimat, mulailah
menganalisis kalimat itu menjadi kat, kata menjadi suku, suku menjadihuruf.
Misalnya : ini bola
Ini
bola
I ni
bo la
I n i b o l a
7) Proses
Sintetik (S).
Setelah siswa mengenal huruf-huruf dalam kalimat
yang digunakan, huruf-huruf itu dirangkai lagi menjadi suku kata dan akta
menjadi kalimat.
Misalnya : Ini bola
I ni
bo la
I n i b o l a
b. Tahap
dengan buku, dengan cara :
1) Membaca
buku pelajaran
2) Membaca
majalah bergambar.
3) Membaca
bacaan yang disusun oleh guru dan sisw
4) Membaca
bacaan yang disusun oleh siswa secara berkelompok.
5) Membaca
bacaan yang disusun siswa secara individual.
Kelemahan
Metode SAS yaitu:
-
Kurang Praktis
-
Membutuhkan banyak waktu
-
Membutuhkan alat peraga
D. Faktor-faktor
yang Menyebabkan Anak Mengalami Kesulitan Membaca Permulaan
1. Faktor
Internal
a. Minat
baca
Minat merupakan
kegiatan siswa dengan penuh kesadaran terhadap suatu objek, oleh karena itu
minat perlu dikembangkan dan dilatih dengan pembiasaan- pembiasaan terus
menerus. Jika minat baca anak rendah maka tingkat keberhasilan anak dalam
membaca akan sulit tercapai. Minat baca anak harus ditumbuhkembangkan sejak
dini. Dan untuk membangkitkan minat baca siswa, guru harus memberikan motivasi
dan bimbingan pada diri siswa.
b. Motivasi
Kegiatan pembelajaran
akan berhasil dan tercapai tujuannya jika dalam diri siswa tertanam motivasi.
Motivasi dalam proses pembelajaran berfungsi untuk: fungsi membangkitkan
(arousal function) yaitu mengajak siswa belajar, fungsi harapan (expectasi
function) yaitu apa yang harus bisa dilakukan setelah berakhirnya pengajaran,
fungsi intensif (incentive function) yaitu memberikan hadiah pada prestasi yang
akan datang, (4) fungsi disiplin (disciplinary function) yaitu menggunakan hadiah
dan hukuman untuk mengontrol tingkah laku yang menyimpang (Abd. Rachman, 1993 :
115 dalam http://digilib.unnes.ac.id)
c. Kepemilikan
Kompetensi Membaca
Keterampilan berbahasa
ada empat, yaitu : keterampilan membaca, berbicara, menyimak dan menulis.
Keterampilan dalam membaca diperlukan latihan- latihan tahap demi tahap.
Kegiatan membaca terkait dengan pengenalan huruf, bunyi dan huruf atau
rangkaian kata, makna atau maksud dan pemahaman terhadap makna atau maksud.
Jika kegiatan membaca tidak dilakukan secara teratur maka keterampilan membaca
yang dimiliki anak akan berkurang dengan sendirinya.
2. Faktor
Eksternal
Faktor eksternal ini
meliputi unsur-unsur yang berasal dari lingkungan baca. Dalam hal ini sekolah sebagai
pusat kebudayaan harus menciptakan siswa yang gemar membaca melalui
perpustakaan sekolah. Sekolah harus dapat menciptakan suasana perpustakaan yang
menyenangkan dan memberi kenyamanan siswa dalam belajar. Lingkungan baca sangat
mempengaruhi tingkat keberhasilan membaca anak. Lingkungan baca anak yang
menyenangkan akan memberi kenyamanan bagi si pembaca dan mempermudah anak dalam
membaca.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Membaca
Permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas
awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik
membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik.
Untuk
memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan
membunyikan :
·
Lambang-lambang tulis,
·
Penguasaan kosakata untuk memberi arti,
dan
·
Memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.
Pembelajaran
Membaca Permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar siswa
memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar,
sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Tujuan membaca permulaan juga
dijelaskan dalam (Depdikbud, 1994:4) yaitu agar “Siswa dapat membaca kata-kata
dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat”.
B. Saran
Hasil
penulisan ini diharapkan dapat membreikan sumbangan dalam upaya meningkatkan
mutu proses pembelajaran membaca. Dalam proses ini guru hendaknya dapat
menerapkan metode SAS. Dengan tulisan ini pula kami mengharapkan agar pembaca
lebih memahami cara mengajarkan membaca
permulaan yang benar dan mudah dipahami peserta didik. Selain itu juga agar
para pembaca lebih memahami model pembelajaran membaca permulaan.
DAFTAR PUSTAKA
Nuryati,
Sri. 2007. Pembelajaran Membaca Permulaan
Melalui Permainan Bahasa di Kelas Awal Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah Dasar.
Purwanto, M. Ngalim dan Djeniah.
1997. Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jakarta:
PT Rosda Jayaputra
Rahim,
Farida. 2005. Pengajaran Membaca di
Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar