Kamis, 06 Desember 2012

Monokotil dan Dikotil


BAB 1
Pendahuluan
  1. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering kali melihat tumbuh-tumbuhan yang beranekaragam. Kalau kita lihat secara sekilas, tumbuhan-tumbuhan tersebut mempunyai beberapa persamaan. Namun, kalau kita teliti secara detil, tumbuhan itu terbagi atas beberapa jenis, diantaranya tumbuhan berbiji.
Tumbuhan berbiji (spermatophyte) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan berbiji tertutup (angiospermae). Tumbuhan berbiji tertutup (angiospermae) dikelompokkan lagi menjadi dua, yaitu tumbuhan berkeping satu (monokotil) dan tumbuhan berkeping dua (dikotil). Masing-masing jenis tumbuhan berkeping biji tersebut mempunyai ciri karakteristik yang berbeda-beda, baik secara morfologi maupun anatomi.
Oleh karena itu, pada penelitian/praktikum kali ini saya akan melihat struktur pada Akar, Batang, dan Daun pada tanaman Monokotil dan Dikotil, guna mengetahui perbedaan strukturnya secara lebih jelas dan mengetahui masing-masing fungsinya.
  1. PERUMUSAN MASALAH
1.      Apakah tumbuhan monokotil itu ?
2.      Bagaimana struktur akar, batang, dan daun monokotil ?
3.      Apakah tumbuhan dikotil itu ?
4.      Bagaimana struktur akar, batang, dan daun dikotil ?
5.      Apa perbedaan tumbuhan monokotil dan dikotil ?

  1. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan :
1.      Agar siswa dapat mengetahui apa itu tumbuhan monokotil dan dikotil, serta membedakannya.
2.      Agar siswa dapat melihat struktur akar, batang, dan daun pada tumbuhan monokotil dan dikotil.
3.      Agar siswa dapat membedakan struktur akar, batang, dan daun pada tumbuhan monokotil dan dikotil.
Manfaat :
1.    Siswa dapat mengetahui tumbuhan berjenis monokotil dan dikotil dan perbedaannya
2.    Siswa dapat mengetahui struktur penyusun akar, batang, dan daun pada tumbuhan monokotil dan dikotil.
3.  Siswa juga dapat membedakan struktur penyusun akar, batang, dan daun pada tumbuhan monokotil dan dikotil.


BAB 2
Tinjauan Pustaka

JARINGAN TUMBUHAN
    Pada dasarnya jaringan pada tumbuhan ada dua macam, yaitu jaringan meristem (embrional) dan jaringan permanen (dewasa). Jaringan meristem tersusun oleh sel-sel muda sehingga selalu membelah dan belum terdiferensiasi. Sel-sel penyusun jaringan permanen sudah tidak membelah, tetapi telah terdiferensiasi sehingga membentuk berbagai jaringan yang lebih kompleks. Diferensiasi adalah proses perubahan jaringan meristem menjadi jaringan-jaringan lain. Hasil diferensiasi jaringan meristem antara lain jaringan epidermis, parenkim, kolenkim, klorenkim, sklerenkim, xilem, dan floem.
Berbagai macam jaringan tumbuhan, letak, dan fungsinya dijelaskan dalam uraian berikut.
 1.      Jaringan Meristem (Embrional)
    Meristem merupakan istilah dari kata Yunani, meristes, yang berarti ”terbelah”. Jaringan meristem disebut juga jaringan muda karena terdiri dari sel-sel yang masih muda (embrional) dan belum mengalami diferensiasi atau spesialisasi. Jadi, jaringan meristem adalah jaringan yang sel penyusunnya bersifat embrional, artinya sel-selnya senantiasa aktif membelah diri untuk menambah jumlah sel tubuh. Sel-sel jaringan meristem biasanya berdinding tipis, vakuola banyak dan ukurannya kecil, mengandung banyak protoplasma, plastida belum matang, dan inti besar. Bentuk sel penyusun jaringan meristem umumnya sama ke segala arah.      

Berdasarkan letaknya pada batang, jaringan meristem dibedakan menjadi tiga sebagai berikut.
a. Meristem lateral (lateral meristem) atau meristem samping, terdapat di kambium dan kambium gabus (felogen).
b. Meristem interkalar (intercalary meristem) atau meristem antara, terdapat di antara jaringan dewasa, misalnya di pangkal ruas batang.
c.  Meristem apikal (apical meristem) atau meristem ujung, terdapat di ujung batang dan ujung akar.
    Sementara itu, jaringan meristem dibedakan menjadi meristem primer dan meristem sekunder berdasarkan asal terbentuknya.
a.       Meristem Primer
    Meristem primer adalah jaringan muda yang berasal dari sel-sel embrional. Meristem primer merupakan kelanjutan dari kegiatan embrio atau lembaga yang terdapat pada kuncup ujung batang dan ujung akar. Hal inilah yang memungkinkan akar dan batang bertambah panjang sehingga tumbuhan dapat bertambah tinggi.
   Daerah-daerah pada meristem primer mempunyai tingkat perkembangan sel berbeda-beda. Meristem ujung terdapat pada ujung batang. Di dekat meristem ujung terdapat promeristem dan daerah meristematik lain. Daerah ini terdiri dari sekelompok sel yang telah mengalami diferensiasi sampai tingkat tertentu dan terdiri dari tiga jenis jaringan (meristem primer) sebagai berikut.
1)    Protoderma, bagian ini merupakan asal-usul jaringan kulit (epidermis).
2)  Prokambium, bagian ini akan membentuk jaringan ikat pembuluh primer (xilem    primer dan floem primer) dan kambium.
3)    Meristem dasar, bagian ini akan membentuk jaringan dasar (parenkim) tumbuhan.
b.      Meristem Sekunder
    Meristem sekunder terbentuk dari jaringan dewasa yang telah terhenti pertumbuhannya, tetapi menjadi embrional kembali. Kambium gabus pada batang Dicotyledoneae dan Gymnospermae terbentuk dari sel-sel korteks di bawah epidermis.
   Bagian ini merupakan salah satu contoh meristem sekunder. Sel-sel kambium tumbuh dan membelah sepanjang hidup tumbuhan, sehingga batang tumbuhan tumbuh menjadi lebih besar. Jaringan kambium yang terletak di antara xilem dan floem disebut meristem sekunder.
    Pertumbuhan sel kambium ke arah dalam akan membentuk xilem sekunder dan ke arah luar membentuk floem sekunder.
    Jaringan kambium dijumpai pada batang tumbuhan anggota kelas Dicotyledoneae. Sementara itu, tumbuhan kelas Monocotyledoneae tidak mempunyai jaringan kambium (meristem sekunder) sehingga batangnya tidak mengalami pertumbuhan sekunder.
1.      Jaringan Dewasa
   Di halaman depan telah disebutkan bahwa jaringan dewasa merupakan jaringan yang sel-selnya sudah tidak membelah, tetapi telah mengalami diferensiasi dan spesialisasi fungsi dari sel-sel hasil pembelahan meristem. Diferensiasi ini merupakan proses perubahan jaringan meristem menjadi jaringan-jaringan lain yang lebih kompleks. Jaringan dewasa meliputi jaringan pelindung (epidermis dan jaringan gabus), jaringan dasar (parenkim), jaringan penguat (kolenkim dan sklerenkim), dan jaringan pengangkut (xilem dan floem).
a.       Jaringan Pelindung
  Tumbuh-tumbuhan memerlukan perlindungan dari semua pengaruh luar yang merugikan pertumbuhannya, misalnya kekurangan air, kerusakan mekanis, suhu udara yang terlalu tinggi atau rendah, kehilangan zat-zat makanan, serta perlindungan terhadap serangan penyakit dan hama. Jaringan pelindung pada tumbuhan berupa jaringan epidermis dan jaringan gabus.
1)      Jaringan Epidermis
    Jaringan epidermis merupakan jaringan terluar tumbuhan yang berasal dari jaringan protoderma dan menutupi seluruh tubuh tumbuhan. Jaringan epidermis biasanya terdiri dari satu lapisan sel yang masih hidup dan terletak pada permukaan luar organ tumbuhan. Bentuk selnya bermacam-macam dan susunannya rapat sehingga tidak terdapat ruang-ruang antar sel (non intercellular spaces). Vakuolanya yang besar terdapat di bagian tengah, berisi cairan sel yang berwarna (antosianin) atau dapat pula tidak berwarna. Jaringan epidermis selain berfungsi sebagai jaringan pelindung juga berfungsi sebagai tempat pertukaran zat. Epidermis terdapat pada batang, akar, dan daun. Epidermis pada permukaan daun dan batang biasanya dilapisi semacam zat lemak yang disebut kutikula, misalnya pada daun nangka. Sementara itu, pada daun pisang dan daun keladi, epidermisnya membentuk lapisan lilin yang kedap air. Sebagian sel-sel epidermis dapat berkembang menjadi alat-alat tambahan lain yang disebut derivat epidermis, misalnya stomata dan trikomata.
a)      Stomata (Mulut Daun)
    Stomata merupakan derivat jaringan epidermis pada daun. Stomata berupa lubang-lubang yang masing-masing dibatasi oleh sel penutup, yaitu sel-sel epidermis yang telah mengalami perubahan bentuk dan fungsi. Stomata berfungsi untuk pertukaran gas. Adapun bagianbagian stomata sebagai berikut.
(1)   Sel Penutup (Guard Cell)
    Sel penutup disebut juga sel penjaga. Sel penutup terdiri dari sepasang sel yang kelihatannya simetris dan umumnya berbentuk ginjal. Sel-sel penutup merupakan sel-sel aktif (hidup). Pada sel-sel penutup terdapat kloroplas.
(2)   Celah (Aperture = porus)
   Di antara kedua sel penutup terdapat celah (porus) yang berupa lubang kecil. Sel penutup dapat mengatur menutup atau membukanya porus berdasarkan perubahan osmosisnya.
(3)   Sel Tetangga (Subsidiary Cell)
   Sel tetangga merupakan sel-sel yang berdampingan atau yang berada di sekitar sel-sel penutup. Sel-sel tetangga dapat terdiri dari dua buah atau lebih yang secara khusus melangsungkan fungsinya secara berasosiasi dengan sel-sel penutup.
(4)   Ruang Udara Dalam (Substomata Chamber)
    Ruang udara merupakan suatu ruang antarsel yang besar dan berfungsi ganda dalam fotosintesis, transpirasi, dan juga respirasi. Keadaan keempat bagian tersebut berbeda pada saat stomata terbuka dan tertutup.
   Berdasarkan letak sel penutupnya, stomata dapat dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut.
(1)  Stomata fanerofor, yaitu stomata yang sel-sel penutupnya terletak pada permukaan daun  (menonjol) sehingga memudahkan pengeluaran air, misalnya pada tumbuhan hidrofit.
(2)   Stomata kriptofor, yaitu stomata yang sel-sel penutupnya berada jauh di bawah permukaan daun (tersembunyi), fungsinya untuk mengurangi penguapan yang berlebihan. Contohnya pada tumbuhan xerofit.
b)      Trikomata
   Trikomata merupakan derivat epidermis yang membentuk struktur beragam seperti rambut, sisik, rambut kelenjar, tonjolan, dan lain-lain. Trikomata terdapat hampir pada semua organ tumbuhan. Terkadang trikomata berbentuk pendek yang tampak berupa penonjolan-penonjolan (seperti bukit-bukit kecil) pada permukaan epidermis. Trikomata seperti ini disebut papilla. Papilla merupakan alat sekresi yang mengeluarkan semacam lendir. Papilla yang tidak mengeluarkan sejenis lendir, tetapi hanya mengeluarkan air disebut papullae. Trikomata mempunyai fungsi sebagai berikut.
(1) Memperbesar fungsi epidermis sebagai jaringan pelindung terutama mencegah penguapan yang berlebihan. Misalnya trikomata pada daun, tulang daun, dan batang.
(2)    Sebagai alat pengisap air dan garam-garam tanah, misalnya bulu akar.
(3)     Membantu penyebaran biji dan memungkinkan biji-biji itu tumbuh.
(4) Melindungi tumbuhan dari gangguan luar. Misalnya rambut-rambut penyengat (pneumatokist).
(5)   Sebagai alat penerus rangsang yang datang dari luar. Misalnya trikomata pada daun tembikar.
(6)   Sebagai alat sekresi.
   Berdasarkan ada tidaknya fungsi sekret, trikomata dapat dibedakan menjadi dua sebagai berikut.
(1)   Trikomata yang tidak menghasilkan secret (trikomata nonglandular). Beberapa macam trikomata nonglandular sebagai berikut.
(a) Rambut bersel satu atau bersel banyak dan tidak pipih, contohnya pada        Lauraceae dan Moraceae.
(b)  Rambut sisik yang memipih dan bersel banyak, contohnya pada daun durian (Durio zibetinus).
(c)  Rambut bercabang dan bersel banyak, contohnya pada daun waru (Hibiscus tiliaceus).
(2)   Trikomata yang menghasilkan sekret (trikomata glandular). Trikomata pada daun tembakau (Nicotiana tabacum) merupakan trikomata glandular yang sederhana, memiliki tangkai dengan kepala bersel satu atau bersel banyak. Pada tumbuhan sering dijumpai berbagai macam trikomata glandular, yaitu sebagai berikut.
(a) Trikomata hidatoda, terdiri dari sel tangkai dan beberapa sel kepala dan mengeluarkan larutan. Misalnya pada keluarga keladi (Araceae).
(b)  Kelenjar garam, terdiri dari sebuah sel kelenjar besar dengan tangkai yang pendek, misalnya pada tumbuhan bakau.
(c)    Kelenjar madu, berupa rambut bersel satu atau lebih dengan plasma yang kental dan mampu mengeluarkan madu ke permukaan sel, misalnya pada tanaman pisang.
(d)   Rambut gatal, berupa sel tunggal dengan pangkal berbentuk kantung dan ujung runcing. Isi sel menyebabkan rasa gatal. Misalnya pada rambut sengat kemaduh (Laportea stimulans).
2)      Jaringan Gabus
   Selain epidermis ada sejenis jaringan tertentu yang sifatnya lebih kuat dari epidermis, jaringan ini dikenal sebagai jaringan gabus (cork tissue). Biasanya jaringan ini berada di bagian tepi, meskipun tidak mutlak dan banyak terdapat pada tumbuhan yang berumur panjang. Dalam hal ini, biasanya epidermis tumbuhan telah mati atau tidak aktif lagi sebelum terjadi penggabusan itu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jaringan gabus ini menggantikan fungsi epidermis. Selain itu, jaringan gabus juga berfungsi sebagai pembatas antara jaringan-jaringan di dalam tumbuhan. Jaringan gabus dibedakan menjadi 3 macam yaitu eksodermis, endodermis, dan kulit gabus (peridermis). Jika epidermis hilang atau rusak, lapisan sel di bawahnya akan berubah menjadi jaringan pelindung dan bergabus yang mengandung suberin. Jaringan inilah yang dinamakan eksodermis. Endodermis adalah lapisan sel yang terdapat dalam akar yang dinding selnya bergabus. Lapisan sel ini sering dianggap sebagai lapisan sel yang paling dalam dari korteks (kulit kayu) atau lapisan sel paling luar dari silinder pusat (stele). Sementara itu, kulit gabus atau peridermis mempunyai bagian-bagian sebagai berikut.
a)  Felogen (cork cambium) yaitu kambium gabus yang merupakan suatu lapisan sel meristematis.
b)      Felem (cork) yaitu gabus sebagai produk dari felogen yang terbentuk ke arah luar.
c)   Feloderma yaitu suatu parenkim gabus yang dapat dikatakan hampir homogen dengan parenkim korteks yang terbentuk ke arah dalam.
b.      Jaringan Dasar (Parenkim)
   Jaringan parenkim atau jaringan dasar (ground tissue) merupakan suatu jaringan  yang terbentuk dari sel-sel hidup dengan struktur morfologi serta fisiologi yang bervariasi dan masih melakukan segala kegiatan proses fisiologis. Disebut sebagai jaringan dasar karena hampir setiap bagian tumbuhan mempunyai jaringan ini. Parenkim terdapat pada akar, batang, daun, dan melingkupi jaringan lainnya, misalnya pada xilem dan floem.
     Parenkim mempunyai dinding sel tipis dan jika mengalami penebalan biasanya terdiri dari selulosa yang masih lentur. Dinding selnya jarang sekali mengandung lignin, kecuali organ yang telah tua. Dinding sel yang telah menebal umumnya mempunyai plasmodesmata yang dapat membantu kelancaran pertukaran zat. Jaringan parenkim mempunyai sel-sel yang masih hidup. Di bagian tengah ruang selnya terdapat sentra vakuola besar berisi zat-zat makanan cadangan. Dalam protoplasma biasanya terdapat plastida baik leukoplas, kloroplas, maupun kromoplas. Di antara sel-sel parenkim, terdapat ruang antarsel (intercellular spaces) yang berperan dalam pertukaran atau peredaran gas-gas. Kebanyakan sel parenkim berbentuk segi banyak (polihedral). Selain sebagai jaringan dasar, jaringan parenkim juga berfungsi sebagai jaringan penghasil dan penyimpan cadangan makanan. Parenkim penghasil makanan adalah parenkim yang digunakan sebagai tempat fotosintesis, misalnya pada mesofil daun. Hasil-hasil fotosintesis akan disimpan dalam parenkim. Parenkim batang dan akar pada beberapa tumbuhan berfungsi untuk menyimpan pati sebagai cadangan makanan, misalnya pada ubi jalar (Ipomea batatas). Selain itu, epidermis juga berfungsi sebagai penyokong tubuh apabila vakuolanya berisi air, seperti pada tumbuhan lunak (bayam). Terdapat berbagai macam jaringan parenkim antara lain parenkim asimilasi, parenkim makanan, parenkim air, parenkim udara, dan parenkim pengangkut. Parenkim asimilasi terdiri dari sel-sel yang mengandung banyak plastida kloroplas sehingga disebut juga klorenkim, misalnya pada daun. Parenkim ini bermanfaat bagi berlangsungnya fotosintesis (sintesis karbohidrat). Parenkim makanan mengandung plastida amiloplas yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan cadangan, misalnya pada akar, umbi, umbi lapis, dan akar rimpang. Parenkim air digunakan sebagai jaringan penyimpan air, di mana air ini terikat dalam vakuola dari selselnya secara aktif, misalnya pada batang yang bersifat succulent (mampu menyimpan air dalam jaringan sehingga tampak berdaging) seperti pada tumbuhan kaktus. Parenkim udara mempunyai ruang-ruang antarsel yang cukup besar dan di dalamnya terdapat udara, misalnya pada alat pengapung tumbuhan dan tangkai daun Canna sp. Sementara itu, parenkim pengangkut terdiri atas sel-sel memanjang dengan letak menurut arah pengangkutan, misalnya pada xilem dan floem.
c.       Jaringan Penguat
    Di dalam tubuh tumbuhan diperlukan adanya jaringan penguat untuk memperkokoh tubuh. Oleh karena itu, tumbuhan memerlukan jaringan penguat atau penunjang yang disebut juga jaringan mekanik. Jaringan mekanik ini umumnya terdiri dari sel-sel berdinding tebal serta mengandung lignin dan zat-zat lainnya. Zat-zat tersebut memberi sifat keras pada dinding selnya. Berdasarkan bentuk dan sifatnya, jaringan mekanik dibagi atas kolenkim dan sklerenkim.
1)    Jaringan Kolenkim
  Jaringan ini menjadi penguat utama organ-organ tumbuhan yang masih aktif mengadakan pertumbuhan dan perkembangan. Kolenkim merupakan jaringan homogen yang tersusun atas sel-sel kolenkim. Kolenkim umumnya terletak di bawah epidermis batang, tangkai daun, tangkai bunga, dan ibu tulang daun. Kolenkim jarang terdapat pada akar. Sel kolenkim biasanya memanjang sejajar dengan pusat organ tempat kolenkim itu.
  Dinding sel kolenkim tidak mengandung lignin, tetapi mengandung selulosa, pektin, dan hemiselulosa. Adakalanya dalam sel kolenkim terdapat kloroplas sehingga juga berfungsi dalam fotosintesis.
    Sel-sel kolenkim biasanya mengalami penebalan setempat pada dinding selnya. Berdasarkan letak dan bentuk penebalan, kolenkim dibedakan menjadi tiga macam yaitu kolenkim angular, kolenkim lamellar, dan kolenkim lacunate. Kolenkim angular (sudut) mengalami penebalan pada bagian-bagian sudutnya. Kolenkim lamellar (papan) mengalami penebalan pada dindingdinding sel yang tangensial saja. Sementara itu, kolenkim lacunate (lakuna) mengalami penebalan pada permukaan ruang antarsel.
2)    Jaringan Sklerenkim
   Jaringan ini juga merupakan jaringan penguat, tetapi hanya terdapat pada jaringan tumbuhan yang tidak lagi mengadakan pertumbuhan dan perkembangan. Jaringan sklerenkim terdiri atas sel-sel mati. Dinding selnya sangat tebal dan kuat karena mengandung lignin (komponen utama kayu). Dinding selnya mengalami penebalan primer dan penebalan sekunder oleh zat lignin.
  Berdasarkan bentuknya, sklerenkim dibagi menjadi dua, yaitu serabut sklerenkim yang berbentuk seperti benang panjang, dan sklereid (sel batu). Sklereid terdapat pada berkas pengangkut, di antara sel-sel parenkim, korteks batang, tangkai daun, akar, buah, dan biji.
   Sklerenkim berfungsi menguatkan bagian tumbuhan yang sudah dewasa. Sklerenkim juga berfungsi untuk melindungi bagian-bagian lunak yang berada di bagian lebih dalam misalnya pada kulit biji jarak, tempurung kelapa, dan buah kenari.
d.      Jaringan Pengangkut
    Jaringan pengangkut berfungsi untuk mengangkut zatzat mineral (unsur hara dan air) yang diserap oleh akar dari tanah. Selain itu, jaringan pengangkut juga sebagai pengangkut zat-zat makanan hasil fotosintesis untuk disalurkan ke bagian-bagian lain. Berdasarkan bentuk dan sifatnya, jaringan ini dibedakan menjadi jaringan floem dan jaringan xilem.
1)    Floem
   Berfungsi mengangkut dan mengedarkan zat-zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan. Floem tersusun atas sel-sel yang masih aktif atau hidup dan yang telah mati. Floem merupakan suatu jaringan dewasa yang kompleks. Pelaksanaan fungsi floem didukung oleh sel-sel penyusunnya. Floem terdiri dari beberapa sel atau unsur yaitu unsur-unsur kibral, sel pengantar, sel albumen, parenkim floem, dan serat-serat floem.
    Unsur-unsur kibral atau tapis terdiri atas dua macam, yaitu sel-sel tapis dan komponen buluh tapis. Sel-sel penyusun buluh tapis mempunyai dinding melintang yang berfungsi sebagai sekat-sekat. Sekatsekat ini mempunyai pori-pori dan berfungsi sebagai tapisan atau saringan. Parenkim floem merupakan jaringan parenkim yang terdapat di bagian pembuluh tapis (floem). Pada bagian ini terdapat sel-sel pengantar dan sel-sel albumen. Sel albumen merupakan sel jari-jari empulur dan sel-sel parenkim pembuluh tapis. Sel-sel ini kaya akan zat putih telur. Jaringan parenkim pada floem terdiri dari sel-sel yang masih hidup dan melakukan kegiatan-kegiatan tertentu. Parenkim floem berfungsi untuk menyimpan zat-zat tepung, lemak, dan zat organik lainnya serta merupakan tempat akumulasi beberapa zat, misalnya tanin dan resin.
   Sel pengantar atau pengiring terdiri dari sel-sel masih hidup dan bersifat meristematis. Fungsi sel-sel pengantar belum diketahui secara pasti. Namun, diperkirakan bahwa sel pengantar berfungsi sebagai pembawa hormon-hormon bagi penyembuhan luka dan menyalurkan zat-zat makanan bagi sel-sel tapis.
    Serat-serat floem terdiri atas floem primer maupun sekunder. Floem primer terbentuk dalam organ-organ tumbuhan yang masih mengadakan pertumbuhan memanjang. Adapun serat-serat floem sekunder terbentuk dari sel-sel kambium.
2)     Xilem
    Jaringan xilem merupakan jaringan dewasa yang kompleks dan tersusun dari berbagai macam sel. Pada umumnya, sel-sel penyusun xilem telah mati dengan dinding sel yang tebal dan mengandung lignin. Xilem berfungsi mengangkut air dan zat-zat mineral (hara) dari akar ke daun serta sebagai jaringan penguat. Xilem terdiri atas beberapa unsur atau sel-sel yaitu unsur trakeal (trakea dan trakeida), serat xilem, dan parenkim xilem.
  Trakea merupakan bagian terpenting pada xilem tumbuhan bunga (Anthophyta). Trakea tersusun atas tabung-tabung yang berdinding tebal karena adanya lapisan selulosa sekunder dan diperkuat lignin sebagai bahan pengikat. Lubang atau noktah yang terdapat di ujung-ujung sel trakea disebut perforasi. Trakea hanya terdapat pada Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup) dan tidak terdapat pada Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka), kecuali anggota Gnetaceae (golongan belinjo).
    Trakeida mempunyai diameter lebih kecil dibandingkan trakea, walaupun dinding selnya juga tebal dan berkayu. Rata-rata diameter trakeida 30 milimeter dan panjangnya beberapa milimeter. Trakeida terdapat pada semua tumbuhan Spermatophyta (tumbuhan berbiji). Pada ujung sel trakeida terdapat lubang seperti saringan. Pada batang anggota tumbuhan Dicotyledoneae, jika dilihat dari arah luar letak xilem berada pada bagian dalam sesudah kambium. Sementara itu pada akar, xilem terletak di tengah dan berbentuk menjari dikelilingi floem. Pada akar Monocotyledoneae, letak xylem berdampingan dengan floem dan xilem di sebelah luar. Antara xilem dan floem tidak dibatasi oleh kambium.

PENGANGKUTAN PADA TUMBUHAN
  Tumbuhan memerlukan berbagai macam zat untuk kelangsungan hidupnya. Zat-zat tersebut sebagian besar diambil dari lingkungan, misalnya mineral, air, karbon dioksida, dan oksigen. Tumbuhan tingkat tinggi mengambil oksigen dan karbon dioksida melalui daun. Air dan garam-garam mineral diserap oleh tumbuhan dari dalam tanah melalui rambut-rambut akar yang terdapat pada epidermis akar. Tumbuhan mengambil air, karbon dioksida, dan oksigen dengan cara difusi, osmosis, dan transpor aktif. Ingatlah kembali materi bab 1 tentang sel.
   Tumbuhan membutuhkan air sepanjang hidupnya. Setelah diserap akar, air digunakan dalam semua reaksi kimia, mengangkut zat hara, membangun turgor, dan akhirnya keluar dari daun sebagai uap atau air. Tumbuhan mempunyai sistem pengangkutan air dan garam mineral yang diperoleh dari tanah agar air tetap tersedia. Pada tumbuhan tingkat tinggi terdapat dua macam cara pengangkutan air dan garam mineral yang diperoleh dari tanah, yaitu ekstravaskular dan intravaskular.
  Pengangkutan ekstravaskular adalah pengangkutan di luar berkas pembuluh. Pengangkutan ini bergerak dari permukaan akar menuju ke bagian-bagian yang letaknya lebih dalam dan menuju ke berkas pembuluh. Sementara itu, pengangkutan intravascular adalah pengangkutan melalui berkas pembuluh dari akar menuju bagian atas tumbuhan.
1.      Proses Pengangkutan Ekstravaskular
   Pada pengangkutan ini, air akan masuk melalui sel epidermis akar kemudian bergerak di antara sel-sel korteks. Air harus melewati sitoplasma sel-sel endodermis untuk memasuki silinder pusat (stele). Setelah sampai di stele, air akan bergerak bebas di antara sel-sel. Cara transportasi dalam pengangkutan air dan mineral secara ekstravaskular ada dua macam, yaitu apoplas dan simplas.
   Transportasi apoplas adalah menyusupnya air tanah secara difusi bebas atau transpor pasif melalui semua bagian tidak hidup dari tumbuhan, misalnya dinding sel dan ruang-ruang antarsel. Transportasi apoplas tidak dapat terjadi saat melewati endodermis sebab dalam sel-sel endodermis terdapat pita kaspari yang menghalangi air masuk ke dalam xilem. Pita kaspari ini terbentuk dari zat suberin (gabus) dan lignin. Oleh karena itu, apoplas dapat terjadi di semua bagian kecuali endodermis. Air yang menuju endodermis ditranspor secara simplas melalui sel peresap.
   Kebalikan dari transportasi apoplas adalah transportasi simplas. Transportasi simplas yaitu bergeraknya air tanah dan zat terlarut melalui bagian hidup dari sel tumbuhan. Pada sistem simplas ini perpindahan terjadi secara osmosis dan transpor aktif melalui plasmodesmata. Transportasi simplas dimulai dari sel-sel rambut akar ke sel-sel parenkim korteks yang berlapis-lapis, sel-sel endodermis, sel-sel perisikel, dan akhirnya ke berkas pembuluh kayu atau xilem. Pengangkutan mineral melalui transpor aktif. Mineral mampu masuk ke dalam akar karena melawan gradien konsentrasi, yaitu dari daerah berkonsentrasi rendah ke daerah berkonsentrasi tinggi.
2.      Proses Pengangkutan Intravaskular
   Pengangkutan intravaskular adalah pengangkutan melalui berkas pembuluh (xilem) dari akar menuju bagian atas tumbuhan. Pengangkutan air dan mineral dimulai dari xilem akar ke xilem batang menuju xilem tangkai daun dan ke xilem tulang daun. Pada tulang daun terdapat ikatan pembuluh. Air dari xilem tulang daun ini masuk ke sel-sel bunga karang pada mesofil. Setelah mencapai sel-sel bunga karang, air dan garam-garam mineral disimpan untuk digunakan dalam proses fotosintesis dan transportasi. Transportasi pada trakea lebih cepat daripada transportasi pada trakeida.
   Ada beberapa jenis tumbuhan yang tidak mempunyai trakea sehingga trakeida merupakan satu-satunya saluran pengangkutan air tanah.
    Tumbuhan yang tidak mempunyai trakea misalnya pada tumbuhan paku dan tumbuhan berbiji terbuka.
   Pengangkutan air dan mineral dari bawah ke atas tubuh tumbuhan oleh xilem mengikuti beberapa teori sebagai berikut.
a.       Teori vital
   Teori vital menyatakan bahwa perjalanan air dari akar menuju daun dapat terlaksana karena adanya sel-sel hidup, misalnya sel-sel parenkim dan jari-jari empulur di sekitar xilem.
b.      Teori Dixon Joly
     Teori Dixon Joly menyatakan bahwa naiknya air ke atas karena tarikan dari atas, yaitu ketika daun melakukan transpirasi. Air selalu bergerak dari daerah basah ke daerah kering.
c.        Teori tekanan akar
    Teori tekanan akar menyatakan bahwa air dan mineral naik ke atas karena adanya tekanan akar. Tekanan akar ini terjadi karena perbedaan konsentrasi air dalam air tanah dengan cairan pada saluran xilem. Tekanan akar paling tinggi terjadi pada malam hari dan dapat menyebabkan merembesnya tetes-tetes air dari daun tumbuhan (gutasi).
  Pada dasarnya, pengangkutan air dan mineral dari tanah ke dalam tumbuhan melibatkan tiga proses sebagai berikut.
a.       Proses osmosis.
b.       Proses difusi.
c.       Proses transpor aktif.
   Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengangkutan air dan mineral dari dalam tanah ke tubuh tumbuhan melalui lintasan tertentu.
   Air yang diangkut xilem digunakan untuk fotosintesis dan sebagian mengalami transpirasi. Laju transpirasi dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, misalnya kelembapan, suhu, cahaya, angin, dan kandungan air tanah. Kelembapan berpengaruh terhadap laju transpirasi. Jika kelembapan udara lingkungan di sekitar tumbuhan tinggi maka difusi air dalam ruang udara pada tumbuhan akan berlangsung lambat. Sebaliknya, jika kelembapan di sekitar tumbuhan rendah, difusi air dalam ruang udara pada tumbuhan berlangsung cepat.
   Jika suhu lingkungan semakin tinggi maka laju transpirasi juga semakin cepat. Demikian juga jika intensitas cahaya meningkat maka transpirasi tumbuhan meningkat. Angin cenderung meningkatkan laju transpirasi karena angin dapat menyapu uap air yang terkumpul di dekat permukaan. Sementara itu, kandungan air tanah juga dapat mempengaruhi laju transpirasi. Jika kandungan air tanah cukup banyak sehingga potensial air tanah lebih tinggi daripada di dalam sel-sel tumbuhan maka aliran air di dalam pembuluh kayu dan laju transpirasi meningkat. Lakukan kegiatan berikut untuk lebih memahami proses transpirasi pada tumbuhan. Berbagai macam jaringan pada tumbuhan tersebut akan membentuk organ.
Struktur-struktur pada tumbuhan
  •            AKAR
                Struktur Morfologi
1.      Batang akar
2.  Rambut akar, untuk memperluas daerah penyerapan air dan mineral
3.    Ujung akar, sebagai daerah meristematik yang sel-selnya selalu aktif membelah
4.    Kaliptra / Tudung akar, sebagai pelindung dari ujung akar dari kerusakan mekanis ketika menembus tanah.
               Struktur Anatomi
               Dari lapisan luar ke dalam
                      1.  Jaringan Epidermis, terdiri dari sel selapis, tipis, rapat, dan mudah         .......................dilalui air
2.    Jaringan Korteks, terdiri dari sel beberapa lapis, berdinding tipis, berfungsi sebagai penyimpan cadangan makanan
3.   Jaringan Endodermis, terdiri dari sel selapis, tebal, sulit dilalui air (selektif)
4.    Stele, terdiri dari xylem dan floem

  Akar dikelompokkan menjadi dua, yaitu akar serabut dan akar tunggang.
1.    Akar Serabut
 Akar serabut berbentuk seperti serabut. Ukuran akar serabut relatif kecil, tumbuh di pangkal batang, dan besarnya hampir sama. Akar semacam ini dimiliki oleh tumbuhan berkeping satu (monokotil). Misalnya kelapa, rumput, padi, jagung, dan tumbuhan hasil mencangkok.
2.    Akar Tunggang
Akar tunggang adalah akar yang terdiri atas satu akar besar yang merupakan kelanjutan batang, sedangkan akar-akar yang lain merupakan cabang dari akar utama. Perbedaan antara akar utama dan akar cabang sangat nyata. Jenis akar ini dimiliki oleh tumbuhan berkeping dua (dikotil). Misalnya, kedelai, mangga, jeruk, dan melinjo.
Fungsi akar :
1.    Menyerap air dan garam-garam mineral
2.    Memperkokoh tegaknya tanaman
3.    Alat respirasi
4.    Penyimpan cadangan makanan
5.    Alat perkembangbiakan vegetative

  • BATANG
                 Struktur Morfologi
1. Batang herba, umumnya batang lunak, berwarna hijau (karena terdapat klorofil), terdapat stomata, sedikit / tidak ada jaringan kayu, ukuran kecil, dan umurnya relatif pendek.
2.   Batang berkayu, umumnya batang keras, terdapat jaringan kayu, berwarna coklat, terdapat lentisel, ukuran besar, dan umurnya relatif panjang.

     Struktur Anatomi
     Dari lapisan luar ke dalam
1.      Jaringan Epidermis, terdiri dari selapis sel, dinding sel menebal, dilindungi oleh kutikula.
2.      Jaringan Korteks, terdiri dari beberapa lapis sel, berongga-rongga, bervakuola besar, berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan.
3.      Stele, terdiri dari xylem dan floem. Letak jaringan pengangkut (xylem dan floem) pada tumbuhan dikotil lebih teratur daripada tumbuhan monokotil.

Batang tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu batang berkayu, batang rumput, dan batang basah.
1.      Batang berkayu memiliki kambium. Kambium mengalami dua arah pertumbuhan, yaitu ke arah dalam dan ke arah luar. Ke arah dalam, kambium membentuk kayu, sedangkan ke arah luar membentuk kulit. Karena pertumbuhan kambium inilah batang tumbuhan bertambah besar. Contoh tumbuhan yang memiliki batang jenis ini, antara lain, jati, mangga, dan mranti.
2.      Tumbuhan batang rumput memiliki ruas-ruas dan umumnya berongga. Batang jenis ini mudah patah dan tumbuhannya tidak sebesar batang berkayu. Misalnya, tanaman padi, jagung, dan rumput.
3.      Tumbuhan batang basah memiliki batang yang lunak dan berair. Misalnya, tumbuhan bayam dan patah tulang.

Fungsi batang:
1.      Sebagai organ perlintasan air dan makanan. Xylem sebagai jaringan yang mengangkut air dan garam mineral, sedangkan Floem sebagai jaringan yang mengangkut hasil fotosintesis (makanan).
2.      Sebagai organ pembentuk dan penyangga tubuh tumbuhan.
3.      Sebagai tempat penyimpan cadangan makanan
4.      Sebagai alat perkembangbiakan vegetative

  • DAUN
                  Struktur Morfologi
1.      Bentuk daun berdasarkan tepi daun (rata, bergerigi, dsb)
2.      Daun berdasarkan jumlah anak daun dalam 1 tangkai
3.      Daun berdasarkan tulang daun

            Struktur Anatomi
            Dari lapisan atas ke bawah
1.      Jaringan Epidermis atas, terdiri dari sel selapis yang dilindungi oleh kutikula
2.      Jaringan Palisade, sel berbentuk seperti tiang, terdapat banyak kloroplas
3.       Jaringan Spons, sel berlapis-lapis, terdapat rongga udara, terdapat sedikit kloroplas, terdapat jaringan pengangkut (xylem dan floem)
4.      Jaringan Epidermis bawah, terdiri dari sel selapis, terdapat stomata yang berfungsi sebagai tempat pertukaran udara

Bagian-bagian daun lengkap terdiri atas tulang daun, helai daun, tangkai daun, dan pelepah daun. Selain itu, daun juga memiliki urat. Urat daun adalah susunan pembuluh pengangkut pada daun. Bentuk tulang daun juga bermacam-macam, antara lain, menyirip, melengkung, menjari, dan sejajar.
1.      Menyirip.
Tulang daun jenis ini memiliki susunan seperti sirip-sirip ikan. Contoh tumbuhan yang memiliki jenis tulang seperti ini adalah tulang daun jambu, mangga, dan rambutan.
2.      Melengkung.
Tulang daun melengkung berbentuk seperti garis-garis melengkung. Misalnya, tulang daun sirih, gadung, dan genjer.
3.       Menjari.
Tulang daun menjari bentuknya seperti jari-jari tangan manusia. Misalnya, tulang daun pepaya, jarak, ketela pohon, dan kapas.
4.      Sejajar.
Tulang daun sejajar berbentuk seperti garis-garis sejajar. Tiaptiap ujung tulang daun menyatu. Misalnya, tulang daun tebu, padi, dan semua jenis rumput-rumputan.

1.      Daun tunggal adalah daun yang memiliki satu helai daun di setiap tangkainya.
2.      Daun majemuk adalah daun yang memiliki beberapa helai daun di setiap tangkainya

Fungsi Daun
1.      sebagai tempat fotosintesis
2.      sebagai tempat respirasi
3.      sebagai tempat transpirasi
4.   sebagai alat perkembangbiakan vegetative


TUMBUHAN MONOKOTIL DAN DIKOTIL
Tumbuhan dapat dibedakan atau dibagi menjadi dua macam, yaitu tumbuh-tumbuhan berbiji keping satu atau yang disebut dengan monokotil / monocotyledonae dan tumbuhan berbiji keping dua atau yang disebut juga dengan dikotil / dicotyledonae.
1. Monokotil
Tumbuhan berkeping biji tunggal (atau monokotil) adalah salah satu dari dua kelompok besar tumbuhan berbunga yang bijinya tidak membelah karena hanya memiliki satu daun lembaga. Kelompok ini diakui sebagai takson dalam berbagai sistem klasifikasi tumbuhan dan mendapat berbagai nama, seperti Monocotyledoneae, Liliopsida, dan Liliidae.
Kelompok tumbuhan ini mencakup berbagai tumbuhan paling berguna dalam kehidupan manusia. Sebagai sumber pangan, sumber energi nabati, sumber bahan baku industri, perumahan, dekorasi, pakaian, media penulisan, zat pewarna, dan sebagainya
Contoh tumbuhan monokotil :
1.      suku anggrek-anggrekan (orchidaceae)
ciri-ciri : sebagian besar hidup secara efipit atau menempel pada tumbuhan lain. akarnya berupa akar rimpang dan mempunyai sel khusus yang berguna untuk menempel pada tumbuhan yang ditumpanginya. daun orchidaceae berdaging dan tepinya rata-rata. kelopak dan mahkota bunganya berjumlah tiga buah.
2.      suku padi-padian atau rumput (Graminae)
ciri-ciri : daun berbentuk pita dengan tulang daun sejajar . daunnya melekat langsung pada batang,yaitu di tiap ruas batangnya. bunganya berupa bulir dengan penyerbukan dibantu angin. 
3.      suku pinang-pinangan (Palmae)
ciri-ciri :  mempunyai batang yang tidak bercabang. tulang daun menyirip, ada pula yang berbentuk kipas,bunganya berupa karangan atau tongkol,yang terletak diketiak daun atau ujung batang.
4.      suku bawang-bawangan (alliaceae)
5.      suku Zingiberaceae (jahe-jahean)
ciri-ciri : mempunyai batang yang tumbuh dari rimpang. daunnya mempunyai pelepah yang memeluk batang dan terletak berseling atau tersusun spiral. contoh : jahe,lengkuas,kunyit,dll.
6.      suku pisang-pisangan (Musaceae)
ciri-ciri : daunnya bebentuk seperti lanset dengan tulang daun menyirip. batangnya merupakan batang semu,sedangkan bunganya berupa karangan bunga yang terdiri atas banyak bunga. buah pisang banyak mngandung vitamin A.

ciri pada tumbuhan monokotil berdasarkan ciri fisik pembeda yang dimiliki adalah :
  • Bentuk Akar serabut
  • Bentuk sumsum atau pola tulang daun melengkung atau sejajar
  • Memiliki tudung akar / kaliptra
  • Jumlah keping biji atau  kotiledonnya satu buah
  • Kandungan akar dan batang tidak terdapat kambium
  • Jumlah kelopak bunga umumnya adalah kelipatan tiga
  • Ditemukan batang lembaga / koleoptil dan akar lembaga /keleorhiza sebagai pelindung akar dan batang.
  • Akar dan batangnya tidak bisa tumbuh berkembang menjadi membesar








      akar monokotil
batang monokotil
daun monokotil

2. Dikotil
Tumbuhan berbiji belah atau tumbuhan berkeping biji dua adalah segolongan tumbuhan berbunga yang memiliki ciri khas yang sama dengan memiliki sepasang daun lembaga (kotiledon:daun yang terbentuk pada embrio) berbentuk sejak dalam tahap biji sehingga biji sebagian besar anggotanya bersifat mudah terbelah dua dan sistem Crouquist mengakui kelompok ini sebagai takson dan menamakannya kelas Magnoliopsida. Nama ini dibentuk dengan menggantikan akhiran -aceae dalam nama Magnoliopsida dengan akhiran -opsida . Kelas Magnoliopsida dipakai sebagai nama takson bagi semua tumbuhan berbunga bukan monokotil. Magnoliopsida adalah nama yang dipakai untuk menggantikan nama yang dipakai sistem klasifikasi yang lebih lama, kelas Dicotyledoneae (kelas “tumbuhan berdaun lembaga dua” atau “tumbuhan dikotil”).
Contoh tumbuhan dikotil :
a.       Kacang tanah
b.      Mangga
c.       Rambutan
d.      Belimbing, dll.
Ciri pada tumbuhan dikotil berdasarkan ciri fisik pembeda yang dimiliki adalah :
1.      Bentuk akar Memiliki sistem akar tunggang
2.      Bentuk sumsum atau pola tulang daun Menyirip atau menjari
3.      Kaliptrogen / tudung akar Tidak terdapat ada tudung akar
4.      Jumlah keping biji atau kotiledon Ada dua buah keping biji
5.      Kandungan akar dan batang Ada cambium
6.      Jumlah kelopak bunga Biasanya kelipatan empat atau lima
7.      Pelindung akar dan batang lembaga Tidak ada pelindung koleorhiza maupun koleoptil
8.   Pertumbuhan akar dan batang Bisa tumbuh berkembang menjadi membesar







akar dikotil
batang dikotil







BAB 3

Metode Penelitian

1.      ALAT DAN BAHAN
Alat     : mikroskop cahaya, kertas, dan pensil.
Bahan  : preparat jadi, yaitu penampang akar, batang, dan daun.

2.      CARA KERJA
·         Mencari cahaya atau pemfokusan cahaya pada mikroskop
·         Setelah cahaya ssudah dapat, letakkan preparat yang telah jadi di mikroskop, dan atur fokusnya agar preparat terlihat dengan jelas
·         Setelah dapat gambarnya, baru melakukan pengamatan.
·         Hasil pengamatan tersebut kemudian di gambarkan pada kertas
·         Ssetelah itu baru menentukan bagian-bagian apa saja yang terlihat pada pengamatan tersebut
·         Karena ada beberapa macam yang di amati, setelah preparat yang satu selesai. Ganti lagi dengan preparat yang lain, dan lakukan yang seperti tadi. Begitu juga dengan yang seterusnya sampai semua preparat selesai di amati.
·         Laporkan hasil pengamatan tersebut kepada guru.
3.      WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada hari kamis, 29 september 2011. Pada jam pelajaran biologi yang memerlukan waktu selama 2 X 45 menit di Laboratorium Biologi, SMAN 2 Kandangan. Mulai dari penyiapan bahan dan pelaksanaan.



1.      PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian tersebut, saya dapat mengetahui struktur penyusun akar, batang, dan daun pada tumbuhan monokotil dan dikotil. Serta saya dapat membedakan tumbuhan monokotil dan dikotil secara anatomi.
*      Akar dikotil
a)        Epidermis, terletak dibagian terluar akar yang terdiri atas selapis sel, tersusun rapat dan dindingnya tipis, mempunyai rambut akar untuk memperluas bidang penyerapan. Epidermis berfungsi sebagai jalan masuknya air dan garam mineral.
b)        Korteks, daerah disebelah dalam epidermis yang tersusun atas sel yang berlapis-lapis, dinding selnya tipis, dan mempunyai ruang antar sel. Terdapat jaringan parenkim, kolenkim, dan sklerenkim. Korteks berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan.
c)        Endodermis, terletak di sebelah dalam korteks dan diluar perisikel. Berupa satu lapis sel yang tersusun rapat dan dinding selnya mengalami penebalan gabus. Deretan sel-sel penebalan gabus tersebut dinamakan pita kaspari. Endodermis berfungsi sebagai mengatur masuknya air tanah ke dalam pembuluh, dan sebagai penyimpan zat makanan.
d)       Perisikel terletak disebalah dalam endodermis. Perisikel membentuk cabang akar dan kambium gabus.
e)        Xilem, terletak di bagian tengah akar. Berfungsi untuk mengangkut air dan garam mineral dari tanah menuju daun.
f)         Floem terletak diantara jari-jari yang dibentuk oleh xilem. Berfungsi sebagai pengangkut makanan (hasil fotosintesis) dari daun keseluruh bagian tubuh
g)        Empulur, di bagian tengah diantara bangunan bentuk bintang didalam xilem.
*      Akar monokotil
a)      Epidermis, korteks, dan perisikel memiliki struktur, lokasi, dan fungsi seperti pada akar tanaman dikotil.
b)      Fungsi xilem dan floem sama seperti pada tanaman dikotil, tetapi letak keduanya saling berdekatan karena tidak memiliki kambium.
c)      Empulur, terletak di bagian tengah serta dikelilingi xylem dan floem yang berselang-seling.
*      Batang dikotil
a)      Epidermis, bagian terluar akar. Zat kitin pada batang melindungi agar tidak kehilangan air terlampau banyak.
b)      Koerteks diantara lapisan endodermis. Korteks mengandung amilum yang tersusun oleh sel-sel parenkim, kolenkim, dan sklerenkim.
Sel kolenkim sebagai jaringan penunjang.
Sel parenkim sebagai jaringan dasar, pengisi, dan penyimpan zat.
Sel sklerenkim sebagai penguat bagian tumbuhan yang sudah dewasa, dan pelindung bagian-bagian lunak yang berada dibagian dalam misalnya pada tempurung kelapa dan buah kenari.
c)      Stele, terdapat  peresikel dan berkas pengangkut (xylem dan floem).
·         Peresikel, terletak disebelah dalam endodermis yang menyelubungi berkas pembuluh batang. Yang berfungsi member kekuatan pada batang.
·         Berkas pembuluh berada dibagian dalam peresikel. Yang berfungsi sebagai pengangkut zat.
d)     Floem, di bagian luar berkas pembuluh atau dibagian luar kambium. Berfungsi mengangkut hasil fotosintesis dari daun keseluruh baggian tubuh.
e)      Xilem, bagian dalam berkas pembuluh atau dibagian dalam kambium. Berfungsi mengangkut air dan garam mineral dari akar ke daun.
f)       Kambium, terletak diantara berkas pembuluh xilem dan floem. Ke arah luar kambium membentuk felem, dan ke arah dalam membentuk feloderm.
*      Batang monokotil
a)      Epidermis merupakan bagian terluar batang, yang berfungsi melindungi air agar tidak terlalu banyak yang keluar.
b)      Xilem dan floem tersebar pada meristem dasar dan dilindungi arung berkas pengangkut. Fungsinya sama seperti pada tanaman dikotil.
c)      Meristem dasar adalah seluruh jaringan yang berada di bagian dalam epidermis.
*      Daun dikotil
a)      Epidermis, Menyusun lapisan permukaan atas dan bawah daun berfungsi melindungi lapisan sel di bagian dalam dari kekeringan  dan menjaga bentuk daun agar tetap.
b)      Kutikula Melapisi permukaan atas dan bawah daun. Zat kutin pada kutikula mencegah penguapan air melalui permukaan daun.
c)      Stomata melapisi permukaan atas dan bawah daun. Berfungsi sebagai jalan masuk dan keluarnya udara, dan sebagai pengatur membuka dan menutupnya stomata.
d)     Mesofil Di antara lapisan epidermis atas dan bawah. Tempat berlangsungnya fotosintesis.
– Terdiri dari sel parenkim, banyak ruang antarsel.
– Kebanyakan berdiferensiasi menjadi palisade (jaringan tiang) dan spons (jaringan bunga karang).
– Sel-sel jaringan tiang berbentuk silinder, tersusun rapat, dan mengandung klorofil.
– Sel-sel jaringan bunga karang bentuknya tidak teratur, bercabang-cabang dan berisi
kloroplas, susunannya renggang.
*      Ddaun monokotil
a)      Epidermis dan kutikula Lapisan permukaan atas dan bawah daun. Berfungsi melindungi lapisan sel di bagian dalam dari kekeringan. Mencegah penguapan air melalui permukaan daun.
b)      Stomata berderet di antara urat daun. Berfungsi sebagai jalan masuk dan keluarnya udara.
c)      Mesofil pada cekungan di antara urat daun. Membuat zat makanan melalui fotosintesis. Tidak mengalami diferensiasi, bentuknya seragam kecuali mesofil berkas pengangkut lebih besar, kloroplasnya lebih sedikit, dindingnya lebih tebal.

BAB 5
Penutup
A.     KESIMPULAN
     Dengan penelitin ini akhirnya saya dapat membedakan tumbuhan monoktil dan tumbuhan dikotil.
     Tumbuhan monokotil adalah tumbuhan biji berkeping satu atau biji yang hanya memilki satu daun lembaga.
     Tumbuhan dikotil adalah tumbuhan biji berkeping dua atau biji yang memiliki sepasang daun lembaga.
Perbedaan tumbuhan monokotil dan dikotil
Bagian yang diam
monokotil
dikotil
Akar
a.       Berkas pengangkutnya berjejer/berderet dengan xylem dan floemnya berselang.
b.      Ditengahnya terdapat empulur
c.       Tidak memiliki kambium
a.       Xilem berbentuk bintang yang ditengahnya terdapat empulur, dan dibagian luarnya terdapat floem.
b.      Diantara xylem dan flloem terdapat cambium.
Batang
a.       Dinding sel epidermisnya tebal. Didalamnya terdapat jaringan sklerenkima yaitu jaringan tipis yang merupakan kulit batang.
b.      Xilem dan floem terletak berdampingan dan tidak teratur.
c.       Tidak memiliki kambium, sehingga pertumbuhan yang terjadi hanya memanjang.

a.       Epiermisnya tersusun atas selaput sel yang rapat, dan memiliki ruang antar sel.
b.      Xilem dan floemnya terletak berdampingan dan tersusun dengan rapi.
c.       Diantara xylem dan floem terdapat kambium vaskular. Kambium ini merupakan pemisah antara kulit kayu dengan kayu Xilem.

Daun
a.       Tidak terdapat jaringan parenkim palisade (jaringan tiang)
b.      Xilem dan flloemnya terletak pada bunga karang
c.       Stomatanya berderet diantara urat daun
d.      Mesofilnya terletak pada cekungan diantara urat daun.
a.       Terdapat jaringan parenkim palisade (jaringan tiang)
b.      Xilem dan flloemnya terletak pada bunga karang
c.       Stomatanya melapisi bagian atas dan bawah daun
d.      Mesofilnya terletak diantara lapisan epidermis atas dan bawah.

A.    SARAN
1.      Lebih banyak mengambil dari referensi lain, agar lebih memahai mengenai jaringan tumbuhan, baik tumbuhan monokotil dan dikotil.
2.      Mencoba membuat preparat sendiri, agar kita dapat mengetahui dan dapat membedakan susunan jaringan pada tumbuhan yang asli dengan preparat yang sudah jadi. Dan dapat membuat kita terampil dalam membuat preparat.
3. Menambah ketelitian dalam mengamati objek

1 komentar: